Penembakan di Selandia Baru

1 WNI Hilang, Tantowi Yahya Dapat Laporan Ayah dan Anak Jadi Korban Tembak Teroris di Linwood

Tantowi mengimbau kepada WNI yang berada di Selandia Baru untuk tetap waspada, saling berkomunikasi satu sama lain dan mengikuti imbauan.

Penulis: Wahyu Aji Tribun Jakarta | Editor: Erlina Fury Santika
TRIBUNNEWS/DANY PERMANA
Duta Besar Indonesia untuk Selandia Baru Tantowi Yahya. 

TRIBUNJAKARTA.COM, WELLINGTON - Tragedi penyerangan berdarah di Christchurch Selandia Baru pada Jumat (15/3/2019).

Duta Besar Indonesia untuk Selandia Baru Tantowi Yahya menjelaskan ayah dan anak itu berada di Masjid Linwood.

"Ayahnya kritis terkena tembakan beberapa kali, sementara anaknya sudah berkumpul kembali dengan ibunya," kata Tantowi dalam wawancara dengan Kompas TV.

Tantowi mengimbau kepada WNI yang berada di Selandia Baru untuk tetap waspada, saling berkomunikasi satu sama lain dan mengikuti imbauan yang diterbitkan kepolisian

Menurutnya, hingga saat ini suasana di Christchurch masih sepi dan tegang.

"Polisi menerbitkan larangan keluar rumah dari polisi kepada warga yang tinggal di pusat kota belum dicabut oleh kepolisian," kata Tantowi Yahya.

Duta Besar Indonesia untuk Selandia Baru Tantowi Yahya.
Duta Besar Indonesia untuk Selandia Baru Tantowi Yahya. (ISTIMEWA/Tangkap layar Kompas TV)

Dirinya juga membagikan hotline yang bisa dihubungi 24 jam di KBRI Wellington.

Menurutnya, sanak keluarga di Indonesia bisa menghubungi nomor ini.

+64211950980 dan +64223812065.

Sebelumnya diberitakan ada enam warna negara Indonesia ( WNI) yang berada di dalam Masjid Al Noor, Christchurch, Selandia Baru tersebut.

Hal tersebut dinyatakan Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi kepada wartawan di Indonesia, seperti yang dikutip dari sejumlah media.

"Tiga warga negara Indonesia berhasil melarikan diri dan sudah bisa melakukan kontak," ujarnya.

Kepada ABC, KBRI Wellington di Selandia Baru mengonfirmasi pernyataan Retno dan mengatakan pihaknya akan terbang ke Christchurch untuk berkoordinasi.

Info terkini, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI, Arrmanatha Nasir menyebut jika ada dua WNI yang terkena tembakan di tragedi Chistchurch siang tadi.

Hal ini dilaporkan oleh Koresponden ABC Australia, David Lipson melalui media sosial Twitter pribadinya.

Korban Tewas Penembakan Masjid di Selandia Baru Menjadi 49 Orang

Seorang Anak dan Ayah WNI Jadi Korban Penembakan di Masjid Selandia Baru, Kondisinya Kritis

David Lipson menyebut jika dua WNI tersebut adalah ayah dan anak.

Keduanya kini sedang dirawat di rumah sakit setempat.

"Kemlu spokesperson says 2 Indonesians were shot in the #Christchurch terrorist attack. Father and child. They're being treated in hospital," cuit akun @davidlipson.

KBRI Wellington juga mengimbau agar masyarakat Indonesia di kawasan Selandia Baru, Samoa, dan Kerajaan Tonga agar waspada dan aktif memantau perkembangan pemberitaan media.

Mereka juga telah membuka saluran komunikasi soal keberadaan masyarakat Indonesia yang terdampak dari insiden tersebut.

Baca: Kronologi Penembakan di Christchurch oleh Brenton Tarrant, Polisi Selandia Baru Update Kabar Terkini

Diketahui saat ini ada sekitar 331 orang WNI yang tinggal di Christchurch dan 134 di antaranya adalah pelajar.

Hingga berita ini dimuat, sebanyak 49 orang tewas dan 20 luka-luka setelah insiden penembakan terjadi di masjid di Kota Christchurch, Selandia Baru saat solat Jumat.

Pelaku sengaja datang dari Australia

Inilah Brenton Tarrant. Terduga teroris penembakan masjid di Selandia Baru yang menewaskan 40 orang pada Jumat (15/3/2019).
Inilah Brenton Tarrant. Terduga teroris penembakan masjid di Selandia Baru yang menewaskan 40 orang pada Jumat (15/3/2019). (ABC News via Kompas.com)

Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengonfirmasi, satu dari empat orang yang ditangkap terkait penembakan masjid Selandia Baru adalah warga negaranya.

ABC News melaporkan Jumat (15/3/2019), warga Australia itu diketahui adalah seorang pria berumur 28 tahun bernama Brenton Tarrant dan berasal dari Grafton.

Tarrant mengklaim sebagai teroris yang bertanggung jawab atas serangan saat Salat Jumat di Masjid Al Noor Christchurch, dan menewaskan 40 orang.

Sebuah manifesto setebal 37 lembar seperti dikutip AP menyatakan Tarrant memang sengaja datang dari Australia untuk merencanakan dan melakukan aksinya.

Polisi berjaga di luar Masjid Al Noor di Christchurch, Selandia Baru.
Polisi berjaga di luar Masjid Al Noor di Christchurch, Selandia Baru. (New Straits Times via TribunJabar)

"Menuju masyarakat baru kita maju pantang mundur dan membicarakan krisis imigrasi massal," demikian salah satu petikan manifesto berjudul "The Great Replacement" itu.

Manifesto itu juga menuliskan bahwa serangan itu adalah balasan untuk para penyerang di Tanah Eropa dan mereka yang memperbudak jutaan warga Eropa.

"Kita harus memastikan eksistensi masyarakat kita dan masa depan anak-anak berkulit putih," demikian bunyi dari manifesto tersebut.

Morrison melanjutkan Australia bakal memberikan bantuan penyelidikan bagi otoritas Selandia Baru untuk mengungkap motif penembakan tersebut.

Sebelumnya, saksi mengungkapkan pelaku berpenampilan kamuflase militer dan membawa senapan otomatis, serta menembaki jemaah ketika Salat Jumat.

Selain 40 orang tewas, PM Selandia Baru Jacinda Ardern menjelaskan serangan itu juga melukai 20 orang lainnya, dan menyebut insiden itu salah satu hari terkelam di negara itu. (TribunJakarta.com/Kompas.com)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved