Penembakan di Selandia Baru
Temani Istri Bekerja, Zulfirman WNI yang Jadi Korban Tewas Penembakan Selandia Baru Senang Melukis
Saat Tribun Jogja datang ke Sekretariat Komunitas Sakato yang berada di daerah Kasihan, Bantul, Jumat malam, tampak beberapa rekan dekat Zul.
Penulis: Wahyu Aji Tribun Jakarta | Editor: Kurniawati Hasjanah
TRIBUNJAKARTA.COM, BANTUL - Salah satu korban penembakan di Christchurch, Selandia Baru pada Jumat (15/9/2019) malam merupakan warga negara Indonesia bernama Zulfirman Syah.
Zul, panggilan akrab Zul adalah seniman seni rupa berasal dari Padang, Sumatra Barat.
Ia, tergabung dalam Komunitas Seni Sakato, Yogyakarta.
Saat Tribun Jogja datang ke Sekretariat Komunitas Sakato yang berada di daerah Kasihan, Bantul, Jumat malam, tampak beberapa rekan dekat Zul berada di sana.
Empat rekan Zul, masing-masing Erizal As, Joni Waldi, Anton Rais dan Suhanda bersedia berbagi cerita tentang salah satu sahabat dekat mereka itu.
• 4 Korban Sudah Dibawa ke Rumah Sakit, Pilot Helikopter Jatuh di Tasikmalaya Ingin Mendarat Darurat
Erizal adalah rekan seangkatan Zul sewaktu kuliah di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta jurusan Seni Rupa angkatan 1997.
Keduanya satu tempat tinggal kontrakan waktu kuliah sampai keduanya sama-sama tergabung di Komunitas Seni Sakato.
Hubungan persahabatan keduanya masih terjalin sangat baik sampai kini.
Menurut Erizal, sahabatnya itu mulai pindah domisili di Selandia Baru sejak Januari bersama istri dan anaknya.
Sang istri, diketahui merupakan warga negara Amerika bernama Alta.
Zul dan Alta menikah sekitar bulan November 2015 dan sempat tinggal di Jl Godean, Sleman. Zul aktif melukis dan istri membuka les bahasa inggris.
“Istri Zul ini mengajar les bahasa Inggris. Dulunya di Surabaya lalu menikah dengan Zul dan tetap membuka les di sini. Les nya model jarak jauh. Jadi seperti pakai videocall. Sementara istrinya mengajar les, Zul aktif melukis. Setau saya dia aliran abstrak. Sampai anaknya umur dua tahun lebih,” kata Erizal.
Sampai sekitar tiga bulan lalu, Erizal dan Zul bertemu.
Zul bercerita jika dirinya akan pindah ke Selandia Baru karena istrinya sedang mencoba mencari pekerjaan di sana.
Kabarnya, sang istri mendapat prioritas pekerjaan disana karena hubungan bilateral antara Amerika dan Selandia Baru namun sampai batas usia 36 tahun.
Sementara tahun ini, istri Zul sudah berusia 36 tahun.
Inilah yang membuat Zul dan sang istri bergegas ke Selandia Baru demi memanfaatkan momentum.
Meski demikian, sampai sekarang Erizal tidak pernah tahu pekerjaan Zul dan sang istri di sana.
Yang jelas, Zul sempat mengatakan akan tetap melukis sembari menemani istri.
“Katanya Zul mau coba dulu setahun tinggal di Selandia Baru sambil melihat perkembangan kerja istrinya. Kalau nanti dia nyaman dan mendapat pekerjaan juga yang layak dan menjanjikan baru dia akan memperpanjang tinggal di sana. Saya dan rekan-rekan sendiri mendukung pilihan Zul tersebut,” kata Erizal.
Sedangkan Zul menjadi korban penembakan ini diketahui Erizal dan rekannya dari istri rekan mereka yang mengatakan jika Istri Zul update status di facebook jika suaminya menjadi korban penembakan.
Dari istrinya, Zul dikabarkan terkena tembakan di dada sedangkan anaknya di kaki. Keduanya pun masih mendapat perawatan serius.
Mewakili rekan-rekan di Komunitas Seni Sakato, Erizal pun cukup dibuat syok.
Ia merasa terpukul karena perbuatan pelaku menembak banyak orang tersebut merupakan tindakan brutal. Menurut dia, tindakan pembunuhan tidak pernah bisa diterima dengan sisi kemanusiaan maupun sisi manapun.
“Semoga jadi momentum penyadaran bagaimana melihat perbedaan sebagai proses menjadi manusia yang baik. Untuk rekan kami Zul kami berharap bisa segera disadarkan dan bisa pulih kembali. Secepatnya kami bersama rekan-rekan juga akan berkumpul untuk berdoa bersama dan berdiskusi respon selanjutnya,” kata Erizal.
Satu WNI yang hilang dipastikan meninggal
Duta Besar Indonesia untuk Selandia Baru Tantowi Yahya menyampaikan kabar duka.
Satu orang Warga Negara Indonesia atas nama Lilik Abdul Hamid, yang sempat dikabarkan hilang, dikonfirmasi meninggal dunia dalam peristiwa penyerangan berdarah di Christchurch Selandia Baru pada Jumat (15/3/2019).
"1 WNI atas nama Lilik Abdul Hamid dikonfirmasikan meninggal dunia di Christchurch," tulis keterangan yang diterbitkan KBRI Wellington, Selandia Baru, Sabtu (16/3/2019).
Menurutnya Menteri Luar Negeri Retno Marsudi sudah menyampaikan duka cita kepada keluarga almarhum.
Duta Besar RI di Wellington Tantowi Yahya saat ini bersama keluarga Almarhum.
"Pada sore hari, Duta Besar RI Bapak Tantowi Yahya melakukan peninjauan ke lokasi Masjid Al-Noor serta melakukan doa bersama masyarakat di taman Hagley Park yang ditujukan bagi bagi para korban serta keluarganya".
Sebelumnya, Tantowi Yahya dan tim konsuler KBRI Wellington juga telah menjenguk WNI yang menjadi korban penembakan yakni Zulfirman Syah di RS Christchurch Public Hospital.
Zulfirman telah menjalani multiple operations dan saat ini masih terus mendapatkan perawatan medis dari pihak RS.
"Kondisi anak dari Bapak Zulfirman Syah yang juga tertembak, saat ini diketahui sudah stabil," katanya.
Sebelumnya Tantowi mengimbau kepada WNI yang berada di Selandia Baru untuk tetap waspada, saling berkomunikasi satu sama lain dan mengikuti imbauan yang diterbitkan kepolisian
Menurutnya, hingga saat ini suasana di Christchurch masih sepi dan tegang.
"Polisi menerbitkan larangan keluar rumah dari polisi kepada warga yang tinggal di pusat kota belum dicabut oleh kepolisian," kata Tantowi Yahya.

Dirinya juga membagikan hotline yang bisa dihubungi 24 jam di KBRI Wellington.
Menurutnya, sanak keluarga di Indonesia bisa menghubungi nomor ini.
+64211950980 dan +64223812065.
Sebelumnya diberitakan ada enam warna negara Indonesia ( WNI) yang berada di dalam Masjid Al Noor, Christchurch, Selandia Baru tersebut.
Hal tersebut dinyatakan Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi kepada wartawan di Indonesia, seperti yang dikutip dari sejumlah media.
"Tiga warga negara Indonesia berhasil melarikan diri dan sudah bisa melakukan kontak," ujarnya.
Kepada ABC, KBRI Wellington di Selandia Baru mengonfirmasi pernyataan Retno dan mengatakan pihaknya akan terbang ke Christchurch untuk berkoordinasi.
Info terkini, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI, Arrmanatha Nasir menyebut jika ada dua WNI yang terkena tembakan di tragedi Chistchurch siang tadi.
Hal ini dilaporkan oleh Koresponden ABC Australia, David Lipson melalui media sosial Twitter pribadinya.
• Korban Tewas Penembakan Masjid di Selandia Baru Menjadi 49 Orang
• Seorang Anak dan Ayah WNI Jadi Korban Penembakan di Masjid Selandia Baru, Kondisinya Kritis
David Lipson menyebut jika dua WNI tersebut adalah ayah dan anak.
Keduanya kini sedang dirawat di rumah sakit setempat.
"Kemlu spokesperson says 2 Indonesians were shot in the #Christchurch terrorist attack. Father and child. They're being treated in hospital," cuit akun @davidlipson.
KBRI Wellington juga mengimbau agar masyarakat Indonesia di kawasan Selandia Baru, Samoa, dan Kerajaan Tonga agar waspada dan aktif memantau perkembangan pemberitaan media.
Mereka juga telah membuka saluran komunikasi soal keberadaan masyarakat Indonesia yang terdampak dari insiden tersebut.
Baca: Kronologi Penembakan di Christchurch oleh Brenton Tarrant, Polisi Selandia Baru Update Kabar Terkini
Diketahui saat ini ada sekitar 331 orang WNI yang tinggal di Christchurch dan 134 di antaranya adalah pelajar.
Hingga berita ini dimuat, sebanyak 49 orang tewas dan 20 luka-luka setelah insiden penembakan terjadi di masjid di Kota Christchurch, Selandia Baru saat solat Jumat.
Pelaku sengaja datang dari Australia

Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengonfirmasi, satu dari empat orang yang ditangkap terkait penembakan masjid Selandia Baru adalah warga negaranya.
ABC News melaporkan Jumat (15/3/2019), warga Australia itu diketahui adalah seorang pria berumur 28 tahun bernama Brenton Tarrant dan berasal dari Grafton.
Tarrant mengklaim sebagai teroris yang bertanggung jawab atas serangan saat Salat Jumat di Masjid Al Noor Christchurch, dan menewaskan 40 orang.
Sebuah manifesto setebal 37 lembar seperti dikutip AP menyatakan Tarrant memang sengaja datang dari Australia untuk merencanakan dan melakukan aksinya.

"Menuju masyarakat baru kita maju pantang mundur dan membicarakan krisis imigrasi massal," demikian salah satu petikan manifesto berjudul "The Great Replacement" itu.
Manifesto itu juga menuliskan bahwa serangan itu adalah balasan untuk para penyerang di Tanah Eropa dan mereka yang memperbudak jutaan warga Eropa.
"Kita harus memastikan eksistensi masyarakat kita dan masa depan anak-anak berkulit putih," demikian bunyi dari manifesto tersebut.
Morrison melanjutkan Australia bakal memberikan bantuan penyelidikan bagi otoritas Selandia Baru untuk mengungkap motif penembakan tersebut.
Sebelumnya, saksi mengungkapkan pelaku berpenampilan kamuflase militer dan membawa senapan otomatis, serta menembaki jemaah ketika Salat Jumat.
Selain 40 orang tewas, PM Selandia Baru Jacinda Ardern menjelaskan serangan itu juga melukai 20 orang lainnya, dan menyebut insiden itu salah satu hari terkelam di negara itu. (TribunJogja/TribunJakarta.com/Kompas.com)