Kisah Pandra Arsyad, Eks Abang Jakarta Jadi Polisi, Pencipta Lorong Penebus Dosa di Polres Meranti

Sekilas kisah AKBP Pandra Arsyad dari mantan abang Jakarta menjadi seorang polisi, sempat membuat lorong penembus dosa.

Penulis: Kurniawati Hasjanah | Editor: Mohamad Afkar Sarvika
Instagram @pandra.arsyad
AKBP Pandra Arsyad 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Kurniawati Hasjanah

TRIBUNJAKARTA.COM - Sosok AKBP Pandra Arsyad menceritakan sekilas kisah perjuangannya dari mantan abang Jakarta menjadi seorang polisi.

AKBP Pandra Arsyad kini telah menjadi Kabid Humas Polda Lampung.

Sebelumnya Pandra menjabat sebagai Kasubbagopinev Bagpenum Ropenmas Divhumas Mabes Polri.

Pandra merupakan Abang Jakarta 1991 dari ajang pemilihan Abang dan None Jakarta.

Tak hanya itu, Ia juga pernah menjadi ajudan Kapolri Jenderal pol Sutanto.

Kepada TribunJakarta.com, pria kelahiran Semarang, 30 Mei 1970 menceritakan kisahnya saat menjadi abang none Jakarta hingga terjun menjadi seorang polisi.

Pandra Arsyad menuturkan, ia mengikuti abang none Jakarta tahun 1991 di wilayah Jakarta Timur saat masih menjadi mahasiswa Universitas Pancasila Jakarta.

"Jadi kita menyisihkan beberapa wilayah, di Jakarta saat itu hanya ada lima wilayah karena Kepulauan Seribu belum ada. Dari perwakilan tiap wilayah baru kami masuk ke DKI Jakarta," imbuh Pandra Arsyad.

Pandra Arsyad menyatakan, ia satu angkatan dengan Indira Sudiro, tenaga ahli Menteri ESDM Ignasius Jonan, saat mengikuti abang none Jakarta 1991.

Sempat Diantarkan Gisel, Ini Ekspresi Gempita Saat Gading Marten Tepati Janji Nginap di Hotel

Vanessa Angel Ingin Bunuh Diri di Penjara, Sahabat Singgung Hak, Ini Kesaksian Feby Febiola

Debat Cawapres Maruf Amin dan Sandiaga Uno Dianalogikan Bak Film Drama Misteri, Ini Analisanya

"Mengikuti abang none Jakarta, saya mendapatkan berbagai pelajaran selama empat minggu diantaranya belajar berempati sebagai selayaknya manusia," papar Pandra Arsyad pada Selasa (19/3/2019).

Pembelajaran berempati sebagai manusia itu penting ditekankan karena penilaian abang none saat itu menekankan pada intelegensi seseorang, kecakapan dan sebagainya.

Setelah mengikuti abang none Jakarta, Pandra Arsyad kemudian bertekad untuk mengikuti tes untuk mengabdi jadi pelayan masyarakat.

"Saat itu saya mengikuti tes (red: untuk jadi polisi) dan bersekolah di Sekolah Perwira Polri Prajurit Karier pada tahun 1995," papar Pandra Arsyad.

Pandra Arsyad mengaku ketika ia masuk ke dunia Polri masih terdapat pernyatuan dengan Abri, sehingga harus bersikap tegas dan keras.

Makna di Balik Banyak Angka 14 di Senapan Milik Brenton Tarrant

Terungkap Makna Lambang Tangan Brenton Tarrant Penembak Jemaah Masjid saat di Pengadilan

Penembak Jemaah Masjid Brenton Tarrant Dipertontonkan Sebelum Sidang, Nyengir di Depan Kamera

 

"Dahulu enggak ada sisi penerapan humanis tetapi kini telah diterapkan polisi harus menjadi sipil yang humanis," imbuh Pandra Arsyad.

Awal menjadi anggota Polri,  Pandra Arsyad ini ditempatkan di bagian Reserse dan Intelijen Mabes Polri.

Saat ini ia menjabat di Divisi Humas Polri, Pandra Arsyad mengatakan, dirinya mendapatkan sejumlah bekal ketika menjadi abang none Jakarta.

"Jadi passion saya berkomunikasi dengan orang yang belum dikenal itu belajar saat menjadi abang none Jakarta," tutur Pandra Arsyad.

Bahkan, berkat passion komunikasinya itu, Pandra Arsyad membuat lorong tempat menembus dosa di Sel Polres Meranti, Riau.

Pandra Arsyad membuat lorong menembus dosa ketika dirinya menjabat sebagai Kapolres Meranti pertama di Kabupaten Meranti pecahan dari Kabupaten Bengkalis sebagai induknya.

Kamu Gagal SNMPTN 2019? Ini Cara Daftar UTBK SBMPTN, Jadwal Pelaksanaan dan Besaran Biayanya

Pengumuman Hasil SNMPTN Dimajukan 22 Maret, Berikut Daftar PTN di SNMPTN 2019

Lowongan Kerja PLN Dibuka 11 Posisi, Pendaftaran Sampai 22 Maret 2019, Catat Persyaratannya!

Lorong penebus dosa itu lebarnya hanya satu meter menuju ke dua sel yang berjeruji besi.

Di lorong itulah, para tahanan dari pelaku kriminal mencoba 'mencari' setitik pengampunan dosa atas perilaku mereka selama ini.

Meski lorong itu sempit, tahanan tetap menjadikan lorong  sebagai tempat salat berjamaah dan tempat untuk membaca kitab suci Alquran.

Pandra Arsyad mengaku tiap kali berkumpul di lorong penebus dosa tersebut dan melakukan serangkaian kegiataan ibadah bersama dengan tahanan. 

Tak hanya untuk umat muslim saja, Pandra Arsyad menuturkan, ia kerap kali memanggil pendeta untuk melaksanakan ibadah bagi tahanan yang beragama nasrani.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved