Warga Kampung Luar Batang Masih Butuh Penjual Air Keliling
Siti mengatakan, dengan kondisi tersebut dirinya masih kerap membeli air bersih dari penjual air gerobak yang rutin lewat di permukiman itu
Penulis: Gerald Leonardo Agustino | Editor: Muhammad Zulfikar
Siti masih merasakan aliran air di rumahnya lancar-tak lancar di jam-jam tertentu.
"Jadi pipanya lain-lain. Salurannya beda-beda, kadang kita lancar dia enggak. Nggak pernah rata. Pokoknya kalo pagi nggak pernah nyala. Paling nyala itu jam 10an lah. Terus entar berhenti. Tapi entar abis dzuhur nyala lagi," kata Siti.
Siti mengatakan, dengan kondisi tersebut dirinya masih kerap membeli air bersih dari penjual air gerobak yang rutin lewat di permukiman itu.
Dirinya pun masih belum bisa menghilangkan ketergantungannya pada tempat penampungan air seperti jirigen ataupun gentong.
"Suka juga beli dari gerobak. Kalo itu emang agak murah kalo ngambil sendiri. Satu gerobak isi 8 jirigen itu Rp 7-8 ribu. Itu nanti bisa dapat satu gentong," kata Siti.
Anto (52), warga RT 07 menyatakan bahwa sampai saat ini aliran air di rumahnya masih tersendat ketika siang hari.
Menurut Anto, kondisi itu lantaran posisi permukiman RT 07 yang berada agak ke belakang sehingga apabila air mengalir dari permukiman yang terlebih dahulu dilewati pipa, aliran ke RT 07 pun terpaksa tertunda selama beberapa saat.
"Sampai saat ini sih masih tersendat kalo siang aja masih kadang suka nggak jalan. Karena saluran kita ini RT 07 ini terakhir. Kalo di depan mulai pake sanyo ya di sini nggak kebagian," ucap Anto.
• Ketua KPAI: Banyak Pemberitaan Kasus Kekerasan, Ketimbang Berita Ramah Anak
• Catat! Ini Waktu Beroperasi MRT Setiap Harinya
• Seminggu Pertama Beroperasi, MRT Jakarta Akan Gratiskan Tarif
Anto mengatakan air di rumahnya biasa mengalir lancar pada malam hari. Dikarenakan kebutuhan air cukup krusial untuk mandi, mencuci baju, ataupun memasak, otomatis Anto tak bisa sekadar mengandalkan air dari pipa.
Ia pun menyiasatinya dengan membeli dari penjual air gerobakan. Menurutnya, selama sebulan belakangan ia rutin membeli air gerobakan dengan harga Rp 25 ribu per gerobaknya.
"Nyalanya itu subuh aja jam 1-jam 2. Malem kita isi, nanti kalo penuh mungkin bisa bertahan dua hari. Hampir semua rata-rata jirigen penampungan juga di sini, beli juga dari gerobakan," katanya.
Anto pun berharap supaya pemerintah ke depannya bisa membenahi saluran pipa air bersih di lokasi itu lebih baik lagi agar aliran air bisa merata di permukiman itu tanpa tersendat lagi.