Penderita Kusta Keluhkan Pelayanan RSK Sitanala, Disuruh Pulang Habis Operasi

Pelayanan Rumah Sakit Kusta (RSK) Sitanala, Neglasari, Kota Tangerang menuai banyak keluhan pasien penderita kusta.

TribunJakarta.com/Ega Alfreda
RSK Sitanala, Kota Tangerang, Jumat (29/3/2019). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Ega Alfreda

TRIBUNJAKARTA.COM, NEGLASARI - Pelayanan Rumah Sakit Kusta (RSK) Sitanala, Neglasari, Kota Tangerang menuai banyak keluhan pasien penderita kusta.

Pasalnya beberapa penderita kusta sering diacuhkan oleh pihak rumah sakit usai menjalani operasi.

Padahal, kondisi pasien belum pulih.

Bahkan, beberapa pasien mengaku masih dalam kondisi berdarah-darah.

Satu dari beberapa pasien, Syamsudin penderita kusta mengalami pengalaman pahit pada tahun 2018 ini.

Ia yang tergabung dalam Forum Komunitas Kusta Kota Tangerang, warga RW 13, Komplek Serbaguna RSK Sitanala, Neglasari saat itu baru selesai menjalani operasi amputasi ibu jarinya.

Namun, ia hanya diperbolehkan menjalani rawat inap selama tiga hari dan harus minggat dari RSK Sitanala walau masih merasa perih pada ibu jarinya.

"Waktu itu yang saya alami pas lagi dioperasi dan rawat inap, besoknya langsung disuruh pulang padahal masih berdarah-darah," cerita Syamdusin di gedung DPRD Kota Tangerang, Kamis (28/3/2019).

Satu pasien lainnya, Hawi juga mengalami hal serupa.

Hawi bercerita, di tahun yang sama tahun 2018, ia menjadi pasien di RSK Sitanala karena penyakit kusta yang dideritanya pada bagian kaki.

"Sama, saya juga begitu, Hari pertama rawat inap, hari kedua jalan operasi. Pas habis operasi saya disuruh keluar padahal saya sudah memohon untuk masih dirawat tapi tetap diusir dengan alasan peraturan pemerintah," kata Hawi.

Dikesempatan yang sama, Komarudin pasien kusta lainnya justru mendapatkan penanganan kesehatan yang layak beda dengan rekan sebelumnya.

Tapi perawatan yang sangat layak oleh pihak RSK Sitanala yang ia alami itu terjadi pada tahun 1980-an.

Ia mengatakan, pelayanan di RSK Sitanala sudah berubah mulai dari tahun 2000 hingga sekarang.

Menurutnya pelayanan lebih memprioritaskan pasien umum dibanding pasien kusta padahal RSK Sitanala dikhususkan untuk penyakit kusta.

"Memang kenyataannya seperti itu. Kok dulu saya dirawat sampai kenyang. Tapi pas dirawat lagi tahun 2015 malah tidak sesuai harapan," keluh Komarudin.

Sedangkan pasien lainnya, Suryadi, mengaku enggan melakukan perawatan di RSK Sitanala.

Ia mengatakan percuma berobat ke RSK Sitanala karena merasa tak akan dilayani.

"Saya mah sudah sembuh. Tapi pas sakit enggak mau lagi ke rumah sakit Sitanala karena percuma. Lebih baik sakit daripada engga ditanggapi," jelasnya.

Sementara itu, Ketua Forum Komunitas Kusta Kota Tangerang Amri menyampaikan bahwa para pasien kusta yang mengalami perlakuan tidak enak di RSK Sitanala tidaklah sedikit.

"Sekarang penderita kusta di Kota Tangerang ada 300-an. Dan memang banyak yang mendapatkan pelayanan tidak baik seperti ini," tuturnya.

Mayat Perempuan Ditemukan Sudah Membusuk di Neglasari Tangerang

Polisi Tembak Maling Sepeda Motor Bermodus Mendorong Kendaraan di Neglasari

Sedangkan, Anggota DPRD Kota Tangerang HM Sjaifuddin Z Hamadin mengatakan, pelayanan di rumah sakit tersebut telah terjadi pergeseran.

"Saya kira ini tidak bisa dibiarkan karena mereka itu bagian warga kota juga. Ini empati kita bahwa permasalahannya harus diselesaikan. RS Sitanala itu melakukan pembiaran terhadap orang-orang yang punya penyakit kusta dan baru sehari dipulangkan. Kalau pun misalnya mereka pasien BPJS harus ada skema khusus," jelas Wakil Ketua Fraksi PAN ini.

Hingga berita ini dilayangkan, TribunJakarta.com sedang melakukan konfirmasi terkait pemberitaan di atas ke RSK Sitanala, Kota Tangerang.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved