Pilpres 2019
Jokowi Bisa Kalah, Komika Ernest Prakasa Ingatkan Pendukung Tak Terbuai Polling
Capres Jokowi bisa saja kalah dalam Pilpres 2019 pada 17 April 2019 mendatang. Ini hipotesa komika Ernst Prakasa.
Penulis: Erlina Fury Santika | Editor: Y Gustaman
TRIBUNJAKARTA.COM - Calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo ( Jokowi) bisa saja kalah dalam Pilpres 2019 pada 17 April 2019 mendatang.
Prediksi sutradara Ernest Prakasa itu disampaikan melalui akun Instagramnya, @ernestprakasa.
Bukan tanpa alasan komika ini menjelaskan prediksinya didasari pada hipotesis beserta contoh penyebab Jokowi bisa kalah pada Pilpres 2019 ini.
Ernest Prakasa menyebut poling bukanlah tolak ukur kemenangan capres pada Pilpres 2019 nanti.
Iapun mengimbau untuk melupakan poling, terlebih hasil yang membuat para pendukung Jokowi itu merasa nyaman.
"Lupakan semua hasil polling yang mengatakan Jokowi unggul. Kita tetap bisa kalah," jelas Ernest Prakasa dikutip TribunJakarta.com, Sabtu (6/4/2019).
Ernest Prakasa menilai, hasil poling turut melenakan para pendukung.
Hal itu membuat para pendukung malas ke Tempat Pemungutan Suara ( TPS).
"( Jokowi bisa kalah) kalo para pendukungnya lantas overconfident (terlalu percaya diri) & nggak dateng ke TPS," tulis suami Meira Anastasia ini.
"'Males ah nyoblos, mending liburan. Udah pasti menang juga'," imbuhnya menyampaikan contoh pernyataan.
• Dituding Beli Subscriber, Atta Halilintar Bereaksi Singgung Akun Bodong dan Hotman Paris
• Adik Gading Marten Nyanyi Pergilah Kasih, Roy Marten Singgung Soal Cinta yang Sudah Berlalu
• Wajah Putrinya Dicemooh Tak Simetris, Nikita Mirzani Pasang Badan: Ini dari Rahim Berkualitas
Ernest Prakasa memberikan satu contoh kasus pada pemilihan presiden Amerika Serikat 2016 silam.
Kala itu, lanjutnya, Hillary Clinton kerap kali unggul di polling melawan Donald Trump.
Namun saat penghitungan suara, Donald Trump mengungguli Hillary Clinton.
"Lalu banyak anak muda terlena dan ga nyoblos, ketika kalah baru ribut-ribut #NotMyPresident. Lah gimana," ujar Ernest Prakasa.
Ernest Prakasa secara tegas menolak cara seperti itu. Ia mengimbau, terutama para pemuda, untuk turun ke TPS menggunakan hak suaranya.
"Masih ada waktu menjelang 17 April. Pastikan hak suara kamu aman, dan manfaatkan hak tersebut sebaik mungkin," terang pria jebolan ajang komedian tunggal ini.
Lebih lanjut, Ernest Prakasa menyampaikan satu pertanyaan akhir sebagai penutup unggahannya.
“Kalo kamu nggak nyoblos lalu Jokowi kalah, apakah kamu akan menyesali diri?”
"If it’s a yes, then you know what to do. (Jika iya, kamu tahu apa yang harus kamu lakukan)," jelas sutradara film Milly & Mamet Movie ini.
Terlepas dari unggahannya, Ernest Prakasa menegaskan pesannya ini ia sampaikan untuk pendukung kubu 01, Jokowi-Maruf.
Ia meminta para pendukung kubu 02, Prabowo-Sandiaga untuk mengabaikan pesannya.
"Salam damai buat semua (emoji cinta)," tutup Ernest Prakasa.
Hasil survei
Ernest Prakasa memang sempat menyinggung polling atau survei yang dilakukan beberapa lembaga survei nasional.
Jelang H-10 Pilpres 2019, sedikitnya ada 7 lembaga survei yang sudah merilis hasil surveinya.
Dari keseluruhan hasil survei yang dilansir dari Kompas.com, didapati bahwa pasangan jokowi-Maruf mengungguli Prabowo-Sandiaga.
Beriut rangkumannya, ditulis oleh Fitria Chusna Farisa dari Kompas.com.
1. Alvara
Survei yang digelar lembaga Alvara Research Center menunjukkan elektabilitas pasangan Jokowi-Maruf unggul atas Prabowo-Sandiaga.
Berdasarkan survei terhadap 1.200 responden yang mewakili 34 provinsi, dari 22 Februari hingga 2 Maret 2019, 53,9 persen responden memilih Jokowi-Maruf.
Sementara 34,7 persen responden memilih Prabowo-Sandiaga. "Jumlah responden yang menjawab tidak tahu sebanyak 11,4 persen," ujar CEO Alvara Research Center Hasanuddin Ali kepada Kompas.com, Rabu (27/3/2019).
Hasanuddin mengungkapkan, tren elektabilitas Jokowi-Maruf itu cenderung stabil. Pada Agustus 2018, survei Alvara menunjukkan elektabilitas Jokowi-Maruf sebesar 53,6 persen, sementara Prabowo-Sandiaga 35,2 persen.
Oktober 2018, elektabilitas Jokowi-Maruf naik sedikit menjadi 54,1 persen, sementara elektabilitas Prabowo-Sandi turun jadi 33,9 persen.
Desember 2018, elektabilitas Jokowi-Maruf kembali naik jadi 54,3 persen, sementara Prabowo-Sandi juga naik menjadi 35,1 persen.
2. Vox populi
Pasangan Jokowi-Maruf juga unggul pada survei yang digelar lembaga survei Vox Populi. Survei digelar dari 5 hingga 15 Maret 2019.
"Elektabilitas Jokowi-Maruf sebesar 54,1 persen, sementara elektabilitas Prabowo-Sandiaga 33,6 persen," ujar Direktur Riset Vox Populi Research Center Dika Moehamad dalam siaran pers resminya, Senin (25/3/2019).
Adapun jumlah responden yang memilih tidak tahu/tidak menjawab sebesar 12,3 persen.
Dika mengatakan, tingginya selisih elektabilitas antara Jokowi-Maruf dan Prabowo-Sandiaga disebabkan tingginya kepuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintah.
3. Indobarometer
Survei yang dilakukan Indo Barometer pada 15-21 Maret 2019 menunjukkan selisih elektabilitas antara pasangan calon Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno mencapai 18,8 persen.
Elektabilitas Jokowi-Maruf mencapai 50,8 persen, sedangkan Prabowo-Sandi 32 persen.
Sisanya ialah mereka yang masih merahasiakan pilihannya sebesar 17,2 persen.
"Pilpres 2019 merupakan pengulangan pada Pilpres 2014. Sebab, yang bertarung adalah calon presiden yang sama, yakni Jokowi vs Prabowo.
Tercatat capres petahana masih memiliki elektabilitas lebih tinggi dari Prabowo Subianto," ujar peneliti Indo Barometer, Hadi Suprapto Rusli, di lokasi pemaparan hasil survei, Hotel Century, Senayan, Jakarta, Selasa (2/4/2019).
Jika dibandingkan hasil survei Indo Barometer Februari lalu, elektabilitas Jokowi-Maruf naik 0,6 persen, sedangkan Prabowo-Sandi naik 3,1 persen.
4. Roy Morgan
Sementara lembaga survei asal Australia Roy Morgan menyebut elektabilitas Joko Widodo sebesar 56,5 persen dan Prabowo 43,5 persen.
Survei ini tak mengikutsertakan nama calon wakil presiden.
Namun demikian, angka keterpilihan Jokowi mengalami penurunan 0,5 persen dibanding satu bulan sebelumnya atau Februari 2019.
Sebaliknya, Prabowo naik 0,5 persen pada periode yang sama.
Survei ini dilakukan pada pertengahan Februari sampai pertengahan Maret 2019 dengan responden sebanyak 1.102 orang di atas 17 tahun di 17 provinsi.
Roy Morgan menggunakan metode wawancara tatap muka pada survei ini dengan Margin of error kurang lebih 1,3 persen.
5. LSI
Pada Survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA dan dirilis pada Selasa (2/4/2019). Elaktabilitas Jokowi-Maruf sebesar 56,8 persen hingga 63,2 persen
"Sementara elektabilitas pasangan Prabowo-Sandiaga sebesar 36,8 persen hingga 43,2 persen," ujar peneliti LSI Denny JA, Ardian Sopa.
Pengumpulan data survei dilakukan dari 18 hingga 26 Maret 2019.
Survei yang dilakukan terhadap 1.200 responden ini menggunakan metode multistage random sampling.
6. Litbang Kompas
Survei terbaru yang dilakukan Litbang Kompas pada 22 Februari 2019 - 5 Maret 2019 menunjukkan, elektabilitas Jokowi-Maruf berada di angka 49,2 persen, sementara Prabowo-Sandiaga 37,4 persen.
Adapun, 13,4 persen responden menyatakan rahasia.
Namun, jika kelompok yang belum memutuskan pilihan (undecided voters) terbagi secara proporsional, potensi kemenangan Jokowi-Maruf ada di angka 56,8 persen, sementara Prabowo-Sandiaga 43, 2 persen.
Survei ini dilakukan melalui wawancara tatap muka dengan melibatkan 2.000 responden yang dipilih secara acak melalui pencuplikan sistematis bertingkat di 34 provinsi di Indonesia, dengan tingkat kepercayaan 95 persen, dan margin of error +/- 2,2 persen.
Peneliti Litbang Kompas, Bambang Setiawan menuliskan, jarak elektabilitas kedua pasangan calon semakin menyempit, 11,8 persen.
7. Indikator
Sementara menurut lembaga survei Indikator, elektabilitas Jokowi-Maruf 55,4 persen dan Prabowo-Sandiaga 37,4 persen.
Direktur Eksekutif Indikator, Burhanudin Muhtadi, mengatakan, hingga akhir Maret 2019, dukungan terhadap Jokowi-Maruf masih unggul signifikan atas Prabowo-Sandiaga.
"Jokowi-Maruf mendominasi pada kelompok gender, usia, desa/kota, kelas ekonomi, etnis jawa, basis Nahdlatul Ulama (NU), pendidikan menengah ke bawah, terutama dari kalangan blue collars," ungkap Burhanudin di kantor Indikator Politik Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (3/4/2019).
Sementara survei ini dilakukan terhadap 1.220 responden dengan metode random samping.
Adapun margin of error sebesar 2,9 persen dan tingkat kepercayaanya 95 persen. Survei ini dibiayai secara mandiri. (TribunJakarta.com/Kompas.com)