Pemilu 2019
Duka Keluarga Ketua KPPS di Tangsel yang Meninggal Usai Bertugas, Dikenal Pekerja Keras
"Masih belum bisa berkata-kata saya," ujar Tri Widartani (49), istri Hanafi (49) Ketua KPPS TPS 50, Jurang Mangu Timur, Pondok Aren, Tangsel.
Penulis: Jaisy Rahman Tohir | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
"Sebagai KPPS, setiap ada pemilihan, selalu jadi ketua," ujar Gino mengenang adiknya.
Hanafi harus membagi perannya.
Ia harus bekerja, sekaligus mengurus keluarga, hingga mengatur kerja anggota KPPS dan memepersiapkan TPS.
Tiga hari terakhir jelang pemungutan suara adalah yang terberat.
Hanafi turun lansgung membagikan formulir C6. Pada H-1, kotak dan surat suara datang ke TPS.
Hanafi mempertimbangkan betul masalah kecurigaan tentang kecurangan.
Ia memilih untuk menyimpan logistik pemilu itu di TPS tanpa dibawa pulang agar bisa dilihat semua orang.
Hanafi menjaganya, begadang semalam suntuk.
"Dia nungguin di TPS sampai setengah lima subuh. Abis salat dia balik lagi untuk upacara buat sumpah KPPS lagi," ceritanya.
Tak sempat tidur, Hanafi membuka pemungutan suara dan terus mengawalnya sampai siang hari.
Gino memperkirakan, adiknya saat itu lupa makan dan lupa akan kesehatan dirinya.
Pukul 12.00 WIB perut Hanafi bergejolak, ia memutuskan pulang. Ia mencari air kelapa untuk obat perutnya.
Belum sempat rehat, ketua KPPS itu dijemput untuk memulai penghitungan. Sekira pukul 14.00 WIB, Hanafi tak kuat, ia pulang.
Pihak keluarga mulai khawatir dan memanggil dokter dari klinik 24 jam terdekat.
"Kita panggil dokter 24 jam katanya asam lambungnya tinggi. Darahnya 140/70, /70nya ini yang membuat kolaps."