Pernah Ikhlaskan Pembeli Tak Bayar, Ini Cerita Udin Dagang Ketupat Sayur Selama 20 Tahun
Sudah lebih dari 20 tahun Udin berjualan ketupat sayur di kawasan Jakarta Pusat. Begini sekelumit kisah hidupnya.
Penulis: Muhammad Rizki Hidayat | Editor: Satrio Sarwo Trengginas
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Muhammad Rizki Hidayat
TRIBUNJAKARTA.COM, MENTENG - Sudah lebih dari 20 tahun pria ini berjualan ketupat sayur di kawasan Jakarta Pusat.
Hujan dan panas dia pernah rasakan. Tetap kuat menjajakan ketupat sayur dengan melangkahkan kaki menggunakan sandal jepit.
Ya, dia juga mendorong gerobak dari Tanah Abang menuju Stasiun Gondangdia, Jakarta Pusat.
• Meskipun Berdiri di Bawah Jalur Kereta, Dua Bocah Ini Tak Khawatir Bermain Bola di RPTRA Gondangdia
• Daripada Ojol, Yudi Ungkap Alasan Tetap Pilih Jadi Driver Ojek Pangkalan di Stasiun Gondangdia
• Eskalator Peron 1 Stasiun Gondangdia Tak Beroperasi, Penumpang Kelelahan Naik Tangga
• Ikuti Reuni 212, Jumlah Penumpang di Stasiun Gondangdia Meningkat 15 Kali Lipat
Adalah Udin, pria kelahiran Rangkas Bitung, Jawa Barat ini mulai berjualan ketupat sayur sejak pukul 05.00 WIB hingga 17.00 WIB.
"Saya pernah tidak dapat uang seharian. Ditipu sama pembeli juga pernah," kata Udin, di Jalan Gondangdia, Jakarta Pusat, Kamis (2/5/2019).
"Ya mau tidak mau saya usahakan ketupat sayur saya laku sampai habis. Laku sih beberapa, alhamdulillah untungnya laku," lanjutnya.
Pengalaman pahitnya ini tak membuatnya takut lagi untuk berjualan.
Sebab, Udin tak punya pilihan lagi selain menjual ketupat sayur.
• Menjajal Rute Baru Transjakarta Stasiun Tanah Abang-Gondangdia, Pulang-pergi Cuma 20 Menit
• Pedagang Bunga Musiman di TPU Pondok Ranggon Diminta Biaya Retribusi
• Harga Cabai dan Bawang Sempat Naik Jelang Puasa, Pedagang Pasar Induk Kramat Jati Sebut Masih Stabil
"Saya cuma punya keahlian bikin ketupat sayur. Ini juga diajarkan sama bapak saya dulu," ujar Udin yang memakai topi.
"Soalnya kan bapak saya dulu juga jualan ketupat," sambung pria yang memiliki seorang anak.
Udin bercerita, pernah ada orang yang hendak membeli ketupat sayurnya namun tak memiliki uang.
"Pernah juga ada orang mau beli ketupat saya tapi tidak punya uang. Ya karena kasihan ya, saya mah tidak tega," jelasnya.
"Terus saya tanya, Ibu punya uang berapa. Ternyata dia tidak punya sama sekali. Ya sudah saya bikin ketupat sayur buat dia," sambung Udin sambil duduk di kursi plastik.
Hal tersebut dia lakukan lantaran teringat dengan sang istri yang berada di Rangkas Bitung.
"Saya juga kepikiran gitu ya, sama istri di Rangkas. Iya, dia tinggal sama anak saya. Saya sih pikirnya, kalau saya berbuat baik sama orang, pasti ada orang baik lagi untuk keluarga saya," tutur Udin.
Dalam per hari, Udin menghasilkan minimal Rp 100 ribu.
"Ya namanya juga dagang ya, kadang dapat banyak, sedikit. Ya alhamdulillah seratus ribu minimal mengantongi," Udin bersyukur.
Diketahui sebelumnya, Udin pernah berjualan ketupat sayur dengan cara memikul.
Sejak zaman orde baru, reformasi, hingga pada hari ini, berkat keteguhan dan semangatnya Udin mampu bertahan hidup.
"Ya karena keahlian saya ini saja, jadi saya fokusin terus," tegas Udin.
Dia pun berharap, kelak bisa memiliki tempat makan ketupat sayur dan tidak berjalan keliling lagi.
"Semoga saja saya punya warung makan ketupat sayur nanti kalau ada uang lebih," ujarnya.
Saat ini, Udin mengontrak di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Senin sampai Sabtu, Udin berdagang di dekat Stasiun Gondangdia, Jakarta Pusat.
Dan Minggu, dia berjualan di kawasan Jalan Sabang, Jakarta Pusat.
Harga per porsi ketupatnya yakni Rp 10 ribu sampai Rp 12 ribu.
"Kalau dua belas ribu pakai telur," pungkas Udin.