Pemilu 2019

Petugas KPPS Tewas Diracun Beredar di Medsos, Dokter UI Kasih Penjelasan dan Tak Berani Menyimpulkan

Isu soal petugas Kelompok Panitia Pemungutan Suara (KPPS) di Bandung meninggal karena diracun ramai beredar di media sosial. Apa kata dokter?

Penulis: Rr Dewi Kartika H | Editor: Y Gustaman
YouTube Metro TV
Dokter Muhammad Ilyas di Primetime News. 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Rr Dewi Kartika H

TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Beredar isu ada petugas Kelompok Panitia Pemungutan Suara (KPPS) di Bandung meninggal karena diracun ramai beredar di media sosial.

Ketua Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia (KPU RI) Arief Budiman membantah kabar tersebut.

Arief Budiman memastikan tak ada petugas KPPS yang meninggal karena diracun.

"Tidak ada sampai saat ini, tidak ada laporan yang menyatakan yang meninggal ini karena keracunan, itu tidak ada," kata Arief Budiman dikutip TribunJakarta.com dari Kompas.com pada Minggu (12/5/2019).

Arief Budiman mengatakan, berdasarkan laporan para petugas KPPS yang meninggal dunia itu kebanyakan sudah mempunyai riwayat penyakit sebelumnya.

Oleh karena itu, mereka sampai meninggal dunia karena kelelahan.

Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Muhammad Ilyas, akhirnya buka suara.

Sule Ungkap Ini Pasca Andre Taulany Diistirahatkan dari Program TV, Rina Nose Nangis

Habiskan Rp 39 Jutaan Demi Beli Parfum & Sabun, Nikita Mirzani: Hanya Artis Ternama yang Beli

TONTON JUGA

Hal itu disampaikan dokter tersebut saat menjadi narasumber di acara Primetime News, Metro TV.

Awalnya pembawa acara Zilvia Iskandar bertanya kepada dokter itu soal isu petugas KPPS yang tewas diracun.

Muhammad Ilyas kemudian menegaskan tak berani mengambil kesimpulan.

Pasalnya untuk menentukkan diracun atau tidaknya seseorang harus menjalani serangkai pemeriksaan.

Klaim Punya 1,6 Juta Satgas yang Kawal TPS, BPN Bocorkan Alasan Andalkan SMS Saat Kumpulkan Data

Pria Ancam Penggal Jokowi Berpose Begini Saat Ditangkap, Kapolres Tangerang: Kau Masih Muda

Dokter tersebut lalu mengatakan untuk mengetahui kebenaran kabar tersebut harus dilakukan uji toksisitas.

Uji toksisitas itu diteliti berdasarkan sampel dari tubuh petugas KPPS yang disebut diracun.

"Kami tidak berani mengambil kesimpulan," ucap Muhammad Ilyas dikutip TribunJakarta.com dari Metro TV.

"Diracun atau tidak kami harus mendapatkan uji toksisitas dari sample tubuh orang yang diracun tersebut,"

Harap Indonesia Waspada Utang ke China, Said Didu Beberkan Nasib Malang 3 Negara Ini: Terbukti

Gempita Sontak Lakukan Ini Saat Keceplosan Puji Sophia Latjuba, Gisella Anastasia Sampai Terpingkal

"Nah di sini kami belum berani karena harus mengumpulkan semuanya,"

"Terlalu dini kami menyampaikan ini diracun atau tidak," tambahnya.

Tak cuma itu, Muhammad Ilyas juga mengatakan untuk Pemilu selanjutnya petugas KPPS sebaiknya melalui proses seleksi kesehatan dengan cara mengisi sebuah kuesioner.

SIMAK VIDEONYA:

[HOAKS] Anggota KPPS di Bandung Meninggal karena Diracun Zat Kimia

Anggota KPPS di Bandung, Sita Fitriati meninggal dunia setelah menjalani tugasnya dalam Pemilu 2019 pada 17 April lalu.

Namun, di media sosial beredar kabar bohong yang menyebut Sita meninggal dunia karena diracun dengan zat kimia VX saat menjalankan tugasnya sebagai anggota KPPS.

Kabar bohong ini banyak beredar di media sosial Facebook dan Twitter pada Kamis (9/5/2019).

Pihak keluarga telah memberikan klarifikasi dan penjelasan atas beredarnya kabar bohong itu.

Keluarga Sita juga telah melaporkan kejadian ini kepada kepolisian setempat.

Berdasarkan penelusuran Kompas.com, kabar gugurnya Sita Fitriati ini awalnya beredar di media sosial Facebook pada Kamis (9/5/2019).

Dalam unggahan tersebut, dinarasikan bahwa Sita Fitriati (21) bertugas di TPS 32 RW12 Kelurahan Jayanti, Bandung meninggal karena adanya zat kimia VX dalam tubuh korban.

Selain itu, pengunggah juga menjelaskan bahwa senyawa VX merupakan senyawa golongan organofosfat yang sangat beracun.

Berikut bunyi narasinya:

"VX berupa cairan tidak berwarna dan tidak berbau yang mampu mengganggu sistem saraf tubuh dan digunakan sebagai racun saraf dalam perang kimia Sepuluh miligram, cukup untuk membunuh manusia melalui kontak pada kulit, dan median dosis letal untuk jalur inhalasi diperkirakan sekitar 30-50 mg min/m3 Sebagai sebuah senjata kimia, VX digolongkan sebagai senjata pemusnah massal (weapon of mass destrucktion, WMD) sesuai dengan Resolusi DK PBB 687"

Kemudian, di bawah narasi tersebut juga ditampilkan foto seorang perempuan memakai jilbab hijau dan berbusana merah yang disebut sebagai Sita.

Penelusuran Kompas.com, dilansir dari Antara, kakak kandung Sita Fitriati, Muhamad Rizal Misbahudin menyampaikan kabar meninggalnya Sita karena diracun tidak benar.

Pihak keluarga yang merasa dirugikan dengan beredarnya kabar bohong itu kemudian melaporkan unggahan itu ke polisi.

"Kalau kami dari pihak keluarga yang penting minimal sudah menjelaskan (kepada polisi) bahwa itu hoaks. Kalaupun misalnya ada yang tidak percaya, yang penting sudah laporan," ujar Rizal kepada Antara, Jumat (10/5/2019).

Rizal mengaku heran atas pemberitaan adiknya yang diduga karena diracuni zat kimia VX.

Padahal, saat Sita meninggal tidak ada pemeriksaan lebih lanjut oleh pihak medis.

Menurut Rizal, sejumlah informasi yang dituliskan dalam unggahan tersebut tidak benar.

Misalnya, umur Sita dan foto perempuan berkerudung hijau yang diduga sebagai Sita.

Rizal menyebutkan bahwa adiknya tersebut berumur 23 tahun, bukan 21 tahun seperti yang dituliskan dalam unggahan bohong itu.

"Terus fotonya itu bukan adik saya, yang dilingkari itu kebetulan anaknya pak RW, dan itu orangnya masih hidup," ujar Rizal. (TribunJakarta.com/ Kompas.com)

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved