Viral RSUD Kota Tangerang Larang Pasien Ditunggu dan Diantar yang Bukan Mahramnya, Ini Respon Dinkes
Belakangan ini warganet dihebohkan papan tulisan di RSUD Kota Tangerang yang melarang pasien ditunggu dan diantar oleh yang bukan mahramnya.
Penulis: Ega Alfreda | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Ega Alfreda
TRIBUNJAKARTA.COM, TANGERANG - Belakangan ini warganet dihebohkan papan tulisan di RSUD Kota Tangerang yang melarang pasien ditunggu dan diantar oleh yang bukan mahramnya.
Pasien diimbau untuk ditunggu oleh suami/istri atau keluarganya saat berobat dan rawat inap
"Dalam rangka menghindari Khalwat dan Ikhtilatah. Penunggu pasien wanita seyogyanya adalah wanita. Penunggu pasien pria seyogyanya adalah pria. Keculai penunggu pasien adalah keluarga (mahramnya)," imbauan papan tulisan di RSUD Kota Tangerang.
Imbauan tersebut pun memancing banyak komentar pro dan kontra di dunia Twitter belakangan ini.
Namun, dari penelusuran TribunJakarta.com lebih banyak warganet yang kontra atas imbauan tersebut dan melayangkan berbagai cuitan di Twitter.
Seperti cuitan dari akun Twitter bernama @yellowdeadsea
"Baru tau kalau RSUD Kota Tangerang skrng punya aturan syariah. Tangerang mulai menggila, aku mau pindah aja rasanya," Dikutip dari akun @yellowdeadsea.
Sama halnya dengan akun Twitter @kinugh yang mencibir soal imbauan RSUD Kota Tangerang tersebut.
"Ini yang bikin pengumumannya kyknya gak pernah tenang hidupnya. Isinya curigaan mulu," kata @kinugh.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang, Liza Puspadewi mengatakan, imbauan tersebut sejatinya semata-mata untuk kenyamanan pasien yang berobat.
"Syariah di Tangerang dan Aceh ini beda. kalau kami ini lebih ke universal, jadi sebenarnya semua ajaran mengajarkan hal yang sama. kebetulan visi dan misi Kota Tangerang ini berakhlakul karimah. Untuk non-muslim, non-muslim sama diterapkan tata caranya sama yang syariah," jelas Liza di kantornya, Selasa (11/6/2019).
Lanjutnya, imbauan tersebut hanya untuk menghindari kejadian-kejadian yang tidak diinginkan selama menunggu pasien apa bila bukan mahramnya.
Yang pasti, kata Liza, ruangan rawat inap di RSUD Kota Tangerang memang sudah dibagi menurut jenis kelamin sejak mendapatkan sertifikat RSUD Syariah.
"Di RSUD Kota Tangerang, bangsal itu kan udah dibagi per gender, perempuan beda dengan laki-laki. Contoh misal satu ruangan ibu-ibu semua tapi ada satu cowo di sana, sedangkan kalau sakit kan ibu-ibu harus lepas kerudung lah, pakai daster segala macam apa tidak risih?" ucap Liza.
Namun, untuk urusan perawat dan dokter, Liza mengatakan tidak ada pembatasan gender lantaran terbatasnya tenaga kerja dan perihal kedaruratan kesehatan pasien.
Lanjutnya, bila kedepan dapat menambah tenaga kerja maka tidak menutup kemungkinan akan diberlakukan hal yang sama seperti layaknya pasien.
"Jadi dokter dan perawat itu dokter yang ada, karena dokter itu jumlahnya sedikit dan terbatas. Kompetensinya juga beda-beda, apalagi kalau sudah sub, untuk kelas B aja cuman dua, kalau untuk kelas C itu empat. Kalau untuk perawat kan ada laki-laki dan perempuan, kalau memang pas gendernya ada perawat laki-laki, memang kalau untuk merawat pasien laki itu sebaiknya laki, boleh engga perempuan? Boleh," ucap Liza.
Liza mengatakan, dalam pemeriksaan apakah yang menunggu itu mahramnya atau bukan, pihak rumah sakit tidak serta-merta meminta tanda pengenal keluarga atau Kartu Keluarga (KK).
• Layanan Poli Rawat Jalan RSUD Kota Bekasi Tutup saat Libur Lebaran
• 168 Nama Korban Kerusuhan Aksi 22 Mei di RSUD Tarakan, 3 Meninggal
Melainkan, semua itu berdasarkan kepercayaan antara penunggu pasien dan pihak RSUD Kota Tangerang.
"Bahwa sebenarnya itu kan hanya imbauan, tidak aturan resmi dan mutlak. Misal ibunya sakit yang nungguin anaknya laki ya tidak masalah. Lebih kepada kepercayaan saja," kata dia.
Menurutnya, hingga saat ini pihaknya belum menerima teguran atau bentuk protes langsung dari pasien atau pun warga yang merasa keberatan dengan imbauan tersebut.
"Engga pernah tuh, enggak ada. Tidak ada sama sekali, karena pada prinsipnya kami meninformasikan lebih ke one by one, jadi lebih ke perorangan. Selama ini pasien fine-fine saja," tandasnya.