Bocah Obesitas Asal Karawang
5 Fakta Aria Permana Sempat Viral karena Bobot Badan, Akan Operasi Lanjutan Butuh Dana Rp 200 Juta
Aria yang obesitas kini bobotnya berkurang drastis menjadi 87 kilogram setelah menjalani operasi bariatrik atau operasi penyempitan lambung pada April
Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Mohamad Afkar Sarvika
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Elga Hikari Putra
TRIBUNJAKARTA.COM, KARAWANG - Masih ingat Aria Permana (13)? Bocah raksasa asal Karawang ini pada 2016 lalu viral karena bobot badannya 192 kilogram.
Aria yang obesitas kini bobotnya berkurang drastis menjadi 87 kilogram setelah menjalani operasi bariatrik atau operasi penyempitan lambung pada April 2017.
Perubahan yang sekarang bukanlah akhir perjuangan Aria karena untuk mengembalikan bentuk tubuhnya yang proporsional harus menjalani operasi lain.
Pascaoperasi bariatrik hingga saat ini, Aria yang dulu gemuk menyisakan kulit bergelambir sisa lemak di tubuhnya, terutama di lengan, perut, punggung hingga paha.
Aria memperlihatkan gelambir kulit tubuhnya saat tribunjakarta.com menemui penggemar pemain Persib Bandung Febri Hariyadi di rumahnya, Kampung Pasir Pining RT 002/01, Desa Cipurwasari, Tegalwaru, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
"Sakit sih enggak, tapi menggangu aktivitas saya," kata Aria menceritakan kondisi tubuhnya saat ini kepada TribunJakarta.com, Sabtu (15/6/2019).
Akan jalani operasi gelambir
Tahun ini Aria akan duduk di bangku sekolah menengah pertama. Semakin beranjak remaja, ia mengaku ingin tubuhnya seperti orang pada umumnya.
Beragam saran mulai dari diet teratur, olahraga rutin dan nasehat lainnya selalu dikerjakannya.
Namun, untuk kembali normal Aria harus menjalani operasi untuk menyedot sisa daging yang bergelambir di tubuhnya.
Bocah kelahiran 15 Februari 2006 itu kini sudah tak lagi terengah-engah ketika berjalan, bahkan ia sudah mampu bermain bola sampai satu jam.
"Sebenarnya saya dan ibunya kasihan kalau dia dioperasi lagi, tapi ternyata dianya sendiri malah lebih siap," kata Ade Somantri, ayah Aria.
Ade mengatakan rencananya Senin (17/6/2019) ia bersama istri akan mengajak Aria ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Jawa Barat untuk konsultasi tentang operasi lanjutan Aria.
Semua persyaratan sudah diurusnya, seperti surat rujukan dari RSUD Karawang agar biaya operasi bisa ditanggung BPJS Kesehatan.
Menjelang besok ke Rumah Sakit Hasan Sadikin, keluarga masih bingung soal biaya yang begitu besar.
Ia belum menerima kepastian bahwa biaya operasi tersebut akan ditanggung oleh BPJS Kesehatan.
Butuh dana Rp 200 juta
Sejatinya, Ade pun saat ini masih ragu. Satu sisi dia ingin menyembuhkan anaknya, namun, dia juga terhalang oleh biaya.
Ade menyebut biaya operasi dan perawatan Aria mencapai sekitar Rp 200 juta.
Angka tersebut merupakan estimasi yang diberitahukan oleh salah satu dokter yang nanti akan menangani Aria.
"Sampai saat ini belum ada gambaran jelas bagaimana nanti pembiayaannya. Tapi menurut dari dokter bedahnya operasi ini enggak cukup satu kali. Makanya besok Senin baru pertama mau ke RSHS untuk konsultasi dan nanya prosedurnya," ucapnya.
Wajar saja, Ade dibuat pusing setelah diberitahu soal besarnya biaya operasi tersebut.
Perjuangan orangtua Aria Permana
Keluarga ini memang terbilang bukanlah berasal dari kalangan mampu, namun demi Aria orangtua akan melakukan sekuat tenaga.
"Orang tua kalau untuk anak semua juga pasti dilakukan. Apalagi dulu pas inget bagaimana kondisi Aria. Hampir 16 bulan cuma bisa tengkurap aja, makanya saya juga pengen sembuhin dia," kata Ade.
Sehari-hari Ade bekerja sebagai security di salah satu pabrik tak jauh dari rumahnya. Sedangkan sang istri adalah ibu rumah tangga.
"Saya sampai bilang ke yayasan, enggak apa-apa gaji dipotong tapi saya tidak dikeluarkan kerja," kata Ade.
Sebelum membayangkan uang Rp 200 juta untuk biaya operasi Aria, Ade terlebih dahulu harus mengeluarkan uang di atas Rp 1 juta untuk perjalanannya ke Bandung esok.
Uang tersebut untuk keperluan transportasi dan makan mereka selama disana. Sebab, dengan kondisi Aria, Ade harus menyewa mobil untuk sampai di RSHS.
Ade merinci untuk biaya sewa mobil sehari ia harus merogoh kocek Rp 400 ribu, sewa sopir Rp 200 ribu belum lagi ditambah biaya tol, bahan bakar dan makan mereka selama di sana.
"Itu besok kita berangkat jam 05.00 WIB subuh dan bisa sampai tengah malam baru pulang lagi," kata Ade.
Dalam kondisi sulit seperti ini, Ade berharap biaya pengobatan Aria ditanggung BPJS. Ia pun sangat terbuka uluran bantuan dana dari siapa pun.
Hindari mi instan
Bagi Aria Permana (13), mi instan dan aneka minuman kemasan sudah menjadi masa lalu dan kini tak akan pernah ia sentuh lagi.
Bocah asal Karawang, Jawa Barat, viral pada 2016 karena mengidap obesitas dan bobotnya saat itu mencapai 192 kilogram.
Kini ia sadar mi instan dan minuman air kemasan yang sempat menjadi kegemarannya itu telah membuat hidupnya tersiksa saat berusia 10 tahun.
Selain kesulitan beraktivitas, lebih dari 1,5 tahun Aria juga hanya bisa telungkup di kasur.
"Sekarang saya jaga pola makan. Pantangannya itu selain mi instan juga enggak boleh makan atau minum yang manis-manis seperti minuman kemasan," kata Aria kepada TribunJakarta.com saat di rumahnya, Kampung Pasir Pining RT 002/01, Desa Cipurwasari, Tegalwaru, Karawang, Jawa Barat, Sabtu (15/6/2019).
Aria yang kini telah beranjak remaja memang sadar untuk mengatur pola makannya.
Ia tak lagi makan secara berlebihan dan mengimbanginya dengan berolahraga.
Bimbingan dari binaragawan Ade Rai dimanfaatkan betul oleh Aria untuk mengembalikan berat badannya agar proporsional.
"Dulu makannya banyak, tapi sekarang lima sendok aja sudah kenyang," kata Aria yang kini berat badannya ada di angka 87 kilogram.
Cerita soal kegemaran Aria terhadap mi instan dan minuman kemasan diamini ayahnya, Ade Somantri.
Konon, sebelum berat Aria "membesar", anak bungsunya itu dalam sehari minimal menghabiskan tiga bungkus mi instan dan puluhan gelas minuman kemasan.
"Aria hampir tidak pernah minum air putih," ungkap Ade.
Kata Ade, Aria akan terus menangis kencang jika kegemarannya itu tak terpenuhi.
Hal itu yang membuat Ade tak bisa berbuat apa-apa selain menuruti keginginan Aria.
"Mau gimana, namanya orangtua kita juga enggak tega kalau lihat anak itu nangis terus sambil guling-guling minta makan," kata Ade mengenang apa yang dialami Aria beberapa tahun silam.
Kondisi setelah operasi penyempitan lambung
Ade bersyukur setelah menjalani semua rangkaian pengobatan hingga akhirnya menjalani operasi bariatrik atau operasi penyempitan lambung pada April 2017, Aria sudah berubah.
Selain kondisi fisiknya berkurang lebih dari 100 kilogram, kesadaran Aria untuk menjaga pola makannya menjadi hikmah bagi Ade dan keluarganya.
"Dulu saya suka ingetin, 'Kamu emang mau blangsak lagi kayak dulu? Kamu enggak inget gimana dulu cuma bisa tengkurap doang? Tapi alhamdulilah sekarang dia sudah sadar dan rajin olahraga," kata Ade.
Meski berat badannya sudah turun drastis, namun tubuh bocah kelahiran 15 Februari 2006 itu belum sepenuhnya normal.
Pascaoperasi bariatrik hingga saat ini, Aria yang dulu gemuk menyisakan kulit bergelambir sisa lemak di tubuhnya, terutama di lengan, perut, punggung hingga paha.
Rencananya Senin (17/6/2019) , berbekal surat rujukan dari RSUD Karawang, Aria akan dibawa orangtuanya ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Jawa Barat.
Di Bandung, orangtua mendampingi Aria untuk berkonsultasi mengenai operasi untuk pengangkatan sisa kulitnya yang bergelambir.
Kendati begitu, belum ada kepastian bagaimana soal pembiayaan operasi dan perawatan yang menurut ayah Aria estimasinya mencapai Rp 200 juta.
Angka tersebut belum termasuk akomodasi untuk Aria dan keluarga yang harus menyewa kendaraan dari rumah mereka di Karawang menuju RSHS di Bandung.
Ia pun sangat terbuka uluran bantuan dana dari siapa pun.
Pembaca yang ingin membantu dana untuk pengobatan Aria Permana bisa klik kitabisa.com.(*)