Dibayar Ratusan Juta Rupiah, Benyamin Davnie Pertanyakan Peran Pengawas Pembangunan SDN Rawa Buntu 3
Namun tak sampai 10 tahun, bahkan baru enam tahun, bangunan sekolah untuk anak-anak itu sudah reot.
Penulis: Jaisy Rahman Tohir | Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Jaisy Rahman Tohir
TRIBUNJAKARTA.COM, SETU - Pembangunan SDN Rawa Buntu 3 Tangerang Selatan (Tangsel) sudah dua kali dilakukan, dengan judul tambahan ruang kelas, oleh Dinas Bangunan dan Penataan Ruang (DBPR) atau yang sebelumnya bernama Dinas Tata Kota, Bangunan dan Pemukiman.
Pembangunan itu dilakukan pada tahun 2013 dan 2014, terlihat dari tahun anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) yang digunakan.
Namun tak sampai 10 tahun, bahkan baru enam tahun, bangunan sekolah untuk anak-anak itu sudah reot.
Bangunannya goyang jika diterpa angin kencang, lantai keramik terangkat dan plafon tak tahan guncangan, langsung jatuh saat ada gempa.
Kerusakan itu berada di lantai tiga gedung.
Hal itu menjadi pertanyaan, sebab dua kali pembangunan itu diawasi oleh pihak ke tiga yang biayanya tidak kecil.

Pada pembangunan ruang kelas pertama, proyek pembangunannya diawasi oleh PT Putra Galunggung Mandiri yang beralamat di Kabupaten Tasikmalaya.
Mereka dibayar sebesar Rp 178.025.000 hanya untuk mengawasi proses pembangunan agar sesuai spesifikasi yang ada.
Sedangkan pada pembangunan kelas tahun 2014, juga diawasi pihak ke tiga, yakni PT Ambara Puspita, Jakarta Selatan, dengan anggaran Rp 102.100.000.
Melihat kondisinya sekarang ini, Wakil Wali Kota Tangerang Selatan, Benyamin Davnie menyebut pengawasan yang bernilai ratusan juta rupiah itu tidak maksimal.
"Pengawasan bangunan itu melalui pihak ke tiga, konsultan pengawas. Ya konsultan pengawas tidak melakukan kerjanya secara optimal," ujar Benyamin di Gedung DPRD Tangsel, Jalan Raya Serpong, Setu.
Benyamin mengaku belum mengetahui masalah yang sesungguhnya, kondisi bangunan, sampai dugaan alamat fiktif perusahaan yang memenangkan tender rehabilitasi sekolah itu tahun ini.
"Perusahaannya dulu siapa saya enggak tahu, perusahaan yang sekarang enggak tahu, nilainya berapa enggak tahu," ujarnya.
Namun saat awak media mengeluhkan sikap pejabat Dinas Bangunan dan Penataan Ruang yang tertutup karena tidak bersedia ditemui dan sulit dihubungi, Benyamin malah pasang badan.