Meski Dihargai Rp 1.000 per buah, Nenek Berusia 101 Tahun Ini Tetap Jualan Cobek: Kami Ngutang Dulu
"Kalau jualan bisa empat hari sampai susunan gerabah di sepeda habis. Disusun tinggi itu gerabah di belakang sepeda,” ucapnya.
Karniem mengaku akan tetap bertahan membuat cobek meskipun satu buah dihargai Rp 1.000.
Selain karena tidak memiliki keahlian lain, Karniem mengaku punya tanggungan hutang kepada pengepul gerabah.
Dia merasa hutangnya kepada pengepul tak akan pernah habis karena untuk biaya membeli tanah liat dan membakar gerabah mereka harus kembali berhutang.
"Pasarannya ada yang Rp 1.500, kalau saya punya hanya dihargai Rp 1.000 karena kita ngutang dulu buat beli tanah, bakar cobek, dan buat belanja harian,” imbuhnya.
Saat ini dia mengaku cobek buatannya harus bersaing dengan cobek yang dibuat menggunakan mesin.
Minimnya modal bahkan membuat Karniem tidak bisa menyewa alat penggilingan tanah liat sehingga dia harus mengerjakan semuanya secara manual.
• Bentrok Lawan Polisi, Massa Mengamuk Hancurkan Pagar Pengadilan Negeri Tangerang
• VIDEO TNI Beri Kejutan kepada Polres Jakut di HUT ke-73 Bhayangkara
• Intip 7 Film Hollywood yang Tayang di Bulan Juli 2019
Setiap hari dia harus menginjak injak dan meremas tanah lempung.
Sebelumnya, tanah lempung tersebut dijemur hingga kering kemudian direndam semalaman dengan air.
“Terpaksa diulenin sendiri pake tangan karena tidak ada uang untuk sewa molen,” ucanya.
Meski berusia lebih dari seabad, Mbah Sarni mengaku akan terus membuat gerabah selagi masih mampu.
Baginya membuat gerabah adalah pengabdian hidup agar bisa berguna bagi orang lain.
"Dari dulu sampai sekarang gerabah akan tetap dibutuhkan, meski tak seramai dulu. Saya tetap akan tetap membuat gerabah,” pungkasnya sambil tersenyum. (Sukoco)
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Kisah Nenek 101 Tahun Asal Magetan Pembuat Cobek, Tak Putus Harapan Meski Dihargai Rp 1.000