27 Hari Kepala dan Lengan Tak Ditemukan, Jenazah Karoman Diambil Keluarga untuk Dimakamkan
Di hari ke-27, keluarga terpaksa mengambil jenazah Karoman, korban mutilasi, dari instalasi forensik RS Bhayangkara Palembang.
"Kami ini tidak ngerti soal urusan seperti ini (mengurus jenazah di rumah sakit), tapi kami sangat yakin kalau itu Karoman. Sudah, itu saja yang kami tahu," ujar Rusdi.
• Perempuan di Blitar Diperiksa Polisi Setelah Sebar Foto Mumi Diganti Wajah Presiden Jokowi
• Keluh Kesah Orang Tua Murid Soal PPDB Zonasi di Tangerang
• Istri Sopir Jokowi Tewas Tertabrak Truk di Solo: Gibran Urus Jenazah Hingga Polisi Periksa 6 Saksi
• Mengenal Jakarta dari Kacamata Pemandu Wisata Melalui Buku Bukan Ratu Sejagat
• Diduga Akibat Rem Blong Saat Tanjakan, Truk Tercebur ke Empang di Jagakarsa

Saat tiba di Rumah Sakit Bhayangkara, Rusdi yang datang seorang diri tanpa ditemani anggota keluarganya yang lain tampak terlihat kebingungan.
Dia tidak tahu kalau harus membawa istri dan anak kandung korban untuk diambil sampel DNA mereka.
"Saya tahunya, datang kesini ambil jenazahnya dan mau kami makamkan, itu saja," sambung Rudi.
Pihak keluarga meyakini jenazah tersebut adalah Karoman berdasar celana yang dikenakan.
Ciri-ciri fisik lainnya berupa tanda lahir warna hitam di dekat mata kaki sebelah kiri jenazah.
"Kami yakinnya karena dia (Karoman) hilang. Dari situ kami yakin kalau yang dimutilasi itu dia," ujarnya.
Dikenal pekerja keras
Di antara keluarga Karoman dikenal sebagai sosok yang lugu namun pekerja keras.
Sehari-hari Karoman bekerja sebagai nelayan dan berusaha mencukupi kebutuhan istri dan lima orang anaknya dari hasil mencari ikan di sungai.
"Malam lebaran masih nyari ikan di sungai. Maaf ngomong alasannya apa, kalau tidak karena mereka butuh biaya," ucap Rudi.

"Dia (Karoman) itu ke pasar saja tidak pernah. Jadi yang jual hasil tangkapannya, ya anak dan istri dia."
"Kerja malam cari ikan, siang pulang untuk tidur, malamnya pergi lagi. Setiap hari seperti itu," dia menambahkan.
Rusdi mengaku sangat prihatin akan kejadian nahas yang dialami sepupunya tersebut.
"Dari dia (Karoman) kecil, saya tahu benar. Bagaimana perjuangannya untuk hidup, cari uang."