Caleg, Mantan Napi Hingga Pelajar Terdaftar Jadi Pasien Gangguan Jiwa Yayasan Jamrud Biru

Panti rehabilisasi ODGJ Yayasan Jamrud Biru, Jalan Asem Sari II, Kelurahan Mustikasari, Kecamatan Mustikajaya, Kota Bekasi memiliki 116 pasien.

TribunJakarta.com/Yusuf Bachtiar
Pasien panti rehabilitasi orang gangguan jiwa Yayasan Jamrud Biru Bekasi. 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Yusuf Bachtiar

TRIBUNJAKARTA.COM, MUSTIKAJAYA - Panti rehabilisasi orang dengan gangguan jiwa (ODGJ)  Yayasan Jamrud Biru, Jalan Asem Sari II, Kelurahan Mustikasari, Kecamatan Mustikajaya, Kota Bekasi memiliki 116 pasien yang berasal dari berbagai daerah.

Hartono pengeloa sekaligus pendiri Yayasan Jamrud Biru Bekasi mengatakan, masing-masing pasiennya memiliki latar belakang penyebab gangguan jiwa yang berbeda.

Mulai dari Calon Anggota Legislatif (Caleg) gagal, mantan narapidana, hingga pelajar korban bulying tercatat sebagai pasiennya dan masih dalam proses penyembuhan.

"Caleg ada satu orang cuma saya enggak mau dia diekspose karena pihak keluarganya juga enggak berkenan, pelajar juga ada dia korban bulying, gangguan jiwa karena masalah keluarga juga ada, mantan napi stres karena dipenjara terus dikirim ke sini juga ada, macem-macemlah," kata Hartono.

Dia menjelaskan, untuk caleg yang mengalami gangguan jiwa sudah dirawat sejak dipastikan gagal lolos menjadi anggota dewan daerah.

Pihak keluarga lantas mengirimnya ke Jamrud Biru setelah sebelumnya masuk rumah sakit jiwa.

"Dari daerah dia bukan dari Bekasi, laki-laki jenis kelaminnya," ungkap Hartono.

Kondisi kejiwaan caleg tersebut kerap tidak stabil, Hartono mengatakan, pasien kadang mengucapkan "balikin beras saya", atau berbicara sendiri tidak karuan.

Sementara untuk pasien yang mengalami gangguan jiwa akibat bulying.

Menurut keterangan orangtuanya, laki-laki berusia 17 tahun ini stres akibat kerap diejek dan dihina secara fisik dan verbal di sekolah.

"Karena dulu waktu disekolah suka dibuly, dia enggak kuat sampai akhirnya mentalnya terguncang," jelas dia.

Yayasan Jamrud Biru didirikan sejak tahun 2009, pasien berasal dari berbagai daerah.

Tidak sedikit juga dari mereka yang dikirim dari Dinas Sosial setelah ditemukan terlantar di jalan.

"Yang sembuh udahnya banyak tahun 2018 sampai bulan Juli ini ada ada 69 orang yang sembuh bisa kembali ke masyarakat, masa pengobatannya macem-macem ada yang cuma sebulan udah sembuh, ada yang sampai bertahun-tahun," jelas dia.

Diduga Kecanduan Game, Iwan Kini Jadi Pasien Gangguan Jiwa di Yayasan Jamrud Biru Bekasi

Hartono saat mendampingi pasien dengan gangguan jiwa Iwan Game
Hartono saat mendampingi pasien dengan gangguan jiwa Iwan Game (TribunJakarta.com/Yusuf Bachtiar)

Iwan Setiawan pria kelahiran Kabupaten Tasikmalaya, 25 Desember 1987 merupakan pasien panti rehabilitasi orang gangguan jiwa Yayasan Jamrud Biru, Jalan Asem Sari II, Kelurahan Mustikasari, Kecamatan Mustikajaya, Kota Bekasi.

Sejak April 2019, Iwan mulai dirawat di yayasan tersebut. Awalnya, oleh keluarga dia dirawat Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) Tasikmalaya.

Namun, pihak Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat, kemudian merekomendasikan Iwan dirujuk ke Yayasan Jamrud Biru Bekasi.

Hartono, pengelola sekaligus pendiri Yayasan Jamrud Biru mengatakan, awalnya Iwan datang dengan kondisi yang sangat memprihatinkan. Penampilan fisik yang kurus kurang terawat serta gangguan mental yang tidak stabil.

"Dia diantar kesini, waktu itu badannya kurus, kurang terawat, mentalnya juga enggak karuan lumayan parah," kata Hartono.

Iwan mengalami gangguan jiwa cukup parah, tangannya tidak pernah berhenti bergerak seperti orang yang sedang fokus dengan gawai. Kondisi ini terus menerus dilakukan Iwan tanpa henti sepanjang hari.

Akibat keanehan ini, pihak yayasan kemudian menjulukinya Iwan Game lantaran dia, selalu menggerakkan tanggan seperti orang yang sedang bermain game.

"Dia cenderung pasif, diam di satu tempat bisa berjam-jam kaya begitu aja (gerakkan tangan seolah sedang bermain game di ponsel), kalau enggak kita pindahin, enggak akan pindah dia," ungkap Hartono.

Dibanding pasien lainnya, kondisi Iwan termasuk yang paling parah, dia tidak pernah merespon apapun ketika ditanya ataupun diajak bicara.

Untuk makan dan mandi saja, dia harus dibantu disuapi dan dimandikan petugas yayasan.

"Iwan kalau kita enggak gerakkan dia enggak akan gerak, karena sudah terpaku ke tangannya, goyang-goyang jempol seolah main game," ungkap Hartono.

Selayaknya pasien lain, Iwan setiap hari diberikan pengobatan berupa jamu buatan Hartono yang terbuat dari bahan-bahan herbal. Selain itu, dia juga diberikan vitamin agar daya tahan tetap terjaga.

"Ada beberapa yang kita lakukan, terapi saraf, totok, dan juga terapi ramuan jamu dan air kelapa, pembinaan agama walaupun dia (Iwan atau pasien lain) tidak merespon, tapi pelan-pelan kita didik agar dia mengerti," ujar dia.

Khusus untuk Iwan, setiap pagi diajak berolahraga menganggkat beban, Hartono menilai, kegiatan ini diharapkan dapat memberikan efek ditubuh Iwan sehingga saraf-sarafnya tangannya membaik serta dapat menghilangkan kebiasaan menggerakkan tangan.

"Makan disini empat kali sehari, pagi, siang, sore sama malam, Alhamdulillah Iwan berat badannya udah nambah temukan enggak kurus kaya waktu pertama kali datang kesini," ujar dia.

Hartono tidak tahu persis kapan Iwan mengalami gangguan jiwa begitu juga dengan penyebabnya, tapi sejauh ini perkembangan Iwan selama di Yayasan Jamrud Biru mulai menunju ke arah yang lebih baik.

"Kalau sekarang kesembuhan mentalnya baru 40 persen, mudah-mudahan kita obatin terus disini pelan-pelan bisa merespon omongan orang dan mentalnya sehat lagi," imbuhnya.

Usai Tampil di Mata Najwa, Adian Napitupulu Jadi Jadi Trending Topic di Twitter

Video 43 Detik Perampok Berhelm Lukai Satpam BRI, Uang Berhamburan di Meja Kasir

Tiga Prosedur yang Ditawarkan Bagi Perempuan Haid Yang Sedang Berhaji

Pasukan Oranye Gembira Bisa Nikmati Liburan Gratis di Dunia Fantasi

Pemprov DKI Jakarta Fasilitasi Ribuan Pasukan Oranye Nikmati Berbagai Wahana di Dunia Fantasi Ancol

Adapun di Yayasan Jamrud Biru terdapat 116 pasien, mereka berasal dari berbagai daerah. Tidak sedikit juga dari mereka yang dikirim dari Dinas Sosial setelah ditemukan terlantar di jalan.

"Tahun 2018 sampai pertengahan 2019 ini sudah ada 69 orang yang sembuh, macem-macem ada yang satu bulan dia udah sembuh, ada yang setahun, bertahun-tahun bahkan pasien abadi juga ada disini," jelas dia.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved