Kisah Bocah ke Sekolah Pakai Baju Kotor & Tanpa Alas Kaki hingga Peran Atun Sang Guru yang Viralkan

Bocah itu juga menunjukkan lokasi rumahnya yang berada di atas perbukitan, terpencil, dan dalam kondisi memprihatinkan.

Penulis: Wahyu Aji Tribun Jakarta | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
KOMPAS TV/MUHAMAD SYAHRI ROMDHON
Sati (60), Jodi (7), dan Rakun (70) berdiri di sekitar rumahnya, di dusun pahing RT 1 RW 3, Desa Margabakti Kecamatan Kadugede Kabupaten Kuningan Jawa Barat, Senin (29/7/2019). 

Tidak cukup sampai di situ, dia dan sejumlah guru di sekolah itu juga memberikan sarapan untuk Jodi.

"Saya suapin makan pakai ayam. Kata Jodi enak, kalau di rumah makannya pakai lauk asin (ikan asin). Saya sedih. Apalagi pas minum susu, enggak tahu pernah minum susu atau enggak karena minumnya langsung habis tanpa jeda. Sedih banget lihatnya, saya kasihan," ungkap Rohayatun.

Guru olahraga di SDN Margabakti ini menyebut, Jodi berangkat ke sekolah menggunakan pakaian bermain dan belum mandi karena tidak ada air di rumahnya.

Dirinya bersama guru-guru di sekolah rela memandikan Jodi setiap pagi.

Mereka juga yang memakaikan seragam, kaus kaki, hingga sepatu untuk Jodi.

Mereka rela menjadi orangtua asuh Jodi semata-mata hanya ingin memenuhi hak pendidikan bagi Jodi.

Mereka tidak ingin Jodi bernasib sama seperti kakak-kakaknya, kedua orangtua, hingga kakek neneknya, yang tidak sempat mengenyam pendidikan secara memadai hingga tinggi.

Sebagian besar keluarganya putus sekolah.

Bujukan Atun

Atun Rohayatun (24) memandikan Jodi (7), di kamar mandi sekolah, SDN Margabakti Kecamatan Kadugede Kabupaten Kuningan, Senin (29/7/2019). Jodi terpaksa mandi di sekolah karena tidak memiliki aliran air, kamar mandi, dan sanitasi di rumah.
Atun Rohayatun (24) memandikan Jodi (7), di kamar mandi sekolah, SDN Margabakti Kecamatan Kadugede Kabupaten Kuningan, Senin (29/7/2019). Jodi terpaksa mandi di sekolah karena tidak memiliki aliran air, kamar mandi, dan sanitasi di rumah. (KOMPASTV/MUHAMAD SYAHRI ROMDHON)

Atun Rohayatun (24), guru honorer di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Margabakti, Kecamatan Kadugede, Kabupaten Kuningan, memiliki hati mulia.

Dia membantu Jodi, bocah yang memiliki semangat tinggi bersekolah tetapi berasal dari keluarga tidak mampu.

Saat itu, Jodi kerap mengenakan baju kotor ke sekolah.

Atun melakukan hal itu semata-mata untuk menarik perhatian banyak pihak agar tergerak hatinya membantu bocah tersebut.

Kepedulian Atun ternyata tidak hanya di media sosial.

Sebelumnya, dia sudah melakukan beberapa hal untuk Jodi.

Selain Atun, guru-guru lain dan kepala sekolah juga bersama-sama memperhatikan kondisi Jodi.

Kepada Kompas.com Atun menceritakan, Kepala SDN Margabakti Edi Junaedi sudah menawarkan Jodi untuk bersekolah.

Jodi pun bersedia.

Lalu, Dini, salah satu guru SDN Margabakti, meminta Atun membelikan baju seragam dan sepatu bagi Jodi.

“Pas Selasa (23/7/2019), kami nungguin Jodi di sekolah. Agak siangan, jam delapan lebih, dia ke sekolah untuk main dan jajan. Saya turun ke tempat jajan dan mengajak Jodi sekolah. Awalnya tidak mau. Saya bilang makanannya saya bawa ke sekolah dan makan sama ibu,” kata Atun kepada Kompas.com melalui sambungan seluler, Selasa (30/7/2019).

Setelah tiba di sekolah, Atun melihat Jodi belum mandi dan mengenakan baju kotor. Jodi berasal dari keluarga yang tidak memiliki kamar mandi dan sanitasi di rumah.

Seketika, Atun tergerak untuk memandikannya.

Atun selalu mengingat betul hari itu, hari pertama dia merasa seperti ibu meski belum menikah dan belum punya anak.

“Dengan Jodi sudah nurut mau dimandikan, ya rasanya seneng banget, rasa keibuannya langsung keluar. Enggak ada rasa jijik atau apa pun. Cuma ya sedih, seneng, terharu, pokoknya campur aduk. Yang di pikiran saya, cuma gimana kalau saya yang ada di posisi Jodi, apa bisa sesemangat Jodi, sekuat Jodi. Dari kejadian ini, saya belajar jadi lebih bersyukur,” ungkap Atun.

Seusai memandikan Jodi, Atun kemudian memakaikan seragam baru untuk Jodi.

Dia kemudian memberikan makan dan memberikan susu bantuan dari guru lain.

Atun melihat, Jodi begitu senang dengan seragam dan sarapannya. Atun juga mengantarkan Jodi untuk pertama kali masuk kelas I, berkenalan, dan belajar bersama teman-teman.

Tidak sampai di situ, Atun harus menunggu Jodi keluar kelas untuk mengganti seragam sekolah dengan pakaian bermain.

Seragam dan sepatu disimpan di sekolah, sementara tas berisi buku dan alat tulis lain dibawa pulang untuk belajar di rumah.

Ini dilakukan agar seragam dan sepatu tidak hilang dan dapat langsung dicuci oleh Atun.

Sejak hari itu, guru yang berasal dari Desa Ciketak, desa tetangga Jodi, memiliki tugas baru.

Selain mengajar, Atun juga memandikan dan menyiapkan seluruh kebutuhan Jodi setiap hari.

Oleh karena itu, Atun harus datang ke sekolah pagi hari.

Awalnya video untuk laporan

Atun Rohayatun adalah guru honorer yang sudah lebih dari satu tahun mengajar mata pelajaran olahraga di SDN Margabakti.

Dia menjadi guru pengganti apabila guru mata pelajaran olahraga sibuk dan berhalangan hadir.

Lulusan STKIP Muhamadiyah Kuningan ini selalu bersyukur meski dibayar tiga bulan sekali dengan upah yang minim.

Dengan pekerjaan barunya “mengasuh” Jodi, Atun tidak merasa terbebani sama sekali.

Bahkan, dia merasa sangat senang dapat membantu Jodi.

Menurutnya, dia dan seluruh guru di SDN Margabakti berupaya memberikan yang terbaik untuk memenuhi hak pendidikan warga setempat dengan layak.

Namun, dia menyadari, upaya maksimal yang diberikan dirinya serta pihak sekolah tetap terbatas.

Menurut Atun, Jodi dan keluarganya membutuhkan banyak bantuan, terutama untuk kebutuhan hidup dan tempat tinggal.

Jodi tinggal bersama kakek-nenek serta dua kakak di rumah yang memprihatinkan, tanpa kamar mandi, sanitasi, dapur, dan lainnya.

Kondisi itu yang membuat Atun memberanikan diri mengunggah informasi dan menceritakan kondisi Jodi di akun media sosial Instagram miliknya, @rohayatun7.

Informasi tersebut kemudian diunggah ulang oleh netizen di sejumlah media sosial lain, seperti Facebook dan YouTube.

Akhirnya video tentang Jodi pun menjadi viral.

Atun mengungkapkan, awalnya dia membuat foto dan video tersebut hanya untuk laporan dan bahan cerita kepada guru-guru lain.

Namun, belakangan dia berpikir barangkali informasi tersebut apabila diunggah dapat membantu Jodi dan keluarganya.

“Awalnya pengin tahu rumahnya, pengin ngasih tahu juga ke neneknya, bahwa Jodi sudah sekolah. Foto dan video (viral) itu juga awalnya dibuat untuk guru-guru. Saya pengin ngasih tahu ini begini jalannya pak menuju rumah Jodi,” ungkap Atun.

Atun tidak menyangka unggahannya mendapatkan banyak dukungan dan simpati dari banyak orang.

Tidak sedikit yang bertanya alamat tinggal Jodi dan berencana memberikan bantuan.

Tidak kurang juga, ungkapan kagum dan doa dari warganet untuk Atun dan Jodi agar terus tumbuh menjadi lebih baik. (Kontributor Kompas TV Cirebon, Muhamad Syahri Romdhon)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved