HUT ke 74 Kemerdekaan RI
Ayah Duga Oknum Pelatih Cari Kesenangan Saat Paskibra Tangsel Aurel Ditampar dan Makan Kulit Jeruk
Faried Abdurrahman, Ayahanda Paskibra Tangsel Aurellia Qurratu Aini bercerita mengenai anaknya saat menjalani pendidikan dan pelatihan (diklat).
Penulis: Jaisy Rahman Tohir | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Jaisy Rahman Tohir
TRIBUNJAKARTA.COM, CIPONDOH - Faried Abdurrahman, Ayahanda Paskibra Tangsel Aurellia Qurratu Aini bercerita mengenai anaknya saat menjalani pendidikan dan pelatihan (diklat)
Diberitakan TribunJakarta.com, Aurel sapaan karib pelajar SMA Islam Al-Azhar BSD Serpong itu, meninggal dunia saat menjalani diklat Paskibra Tangsel.
Ditemui di rumahnya di bilangan Taman Royal 2, Cipondoh, Tangerang, Faried mengungkapkan bahwa anaknya disuruh memakan jeruk beserta kulitnya saat diklat.
Terlebih, Faried menduga, oknum pelatih yang menyuruh anaknya melakukan hal di luar kebiasaan itu hanya untuk mencari kesenangan atau have fun.
"Kemudian untuk makan jeruk dengan kulit kulitnya, saya rasa juga hal yang tidak perlu. Karena ini juga sebagai psikologis, jangan sampai hal yang tidak wajar yang dilakukan, yang entah seniornya atau entah siapapun oknum di situ yang melakukan, hanya untuk sekedar have fun ya, tapi ternyata itu yang menjadikan perang psikologis, dropping psikologis bagi anak anak, itu yang sangat luar biasa memberatkan," ujar Faried, Jumat (2/8/2019).
Faried juga mempermasalahkan anaknya yang disuruh push up dengan tangan mengepal di atas aspal.
"Almarhumah sendiri cerita dan ada bekasnya hitam hitam. Perempuan disuruh push up kepal di aspal," jelasnya.
Faried tak habis pikir, hal-hal di luar koridor itu bisa sampai hati diterapkan kepada diklat Paskibraka tingkat kota.
Sang ibu, Sri Wahyuniarti, mengatakan. Anaknya tidak hanya diminta memakan kulit jeruk dan push up dengan tangan mengepal.
Aurel bahkan dicubit hingga lebam di benerapa bagian tubuhnya.
Sri juga mengungkapkan anaknya pernah ditampar saat dillat itu.
"Kalau yang Aurel akui Aurel pernah ditampar. Saya bilang kalau sampai ditampar itu salah. Kembali saya rekap bahwa ada sistem yang salah. Dan dia seolah-olah mengoreksi, enggak kok mah, tamparannya enggak keras cuma didorong," ujar Sri.
Saat ini jenazah sudah dimakamkan di hari yang sama Aurel menghembuskan nafas terakhirnya, Kamis (1/8/2019).
Pihak keluarga masih mengatakan tahlilan sampai tujuh hari sepeninggal Aurel.
Luka Lebam Dicubit dan Push Up Kepal
Luka lebam terdapat di beberapa bagian tubuh jenazah Aurellia Qurratu Aini.
Aurel merupakan calon Paskibra Tangerang Selatan (Tangsel) yang meninggal dunia pada masa pendidikan dan pelatihan (diklat).
Ibunda Aurel, Sri Wahyuniarti, mengatakan pelajar SMA Islam Al-Azhar BSD Serpong itu kerap bercerita kepadanya.
Sri juga seorang Purna Paskibra.
Aurel, panggilan karib Aurellia, akan mendapat saran dari seorang ibu sekaligus senior.
Tangan Aurel terdapat luka lebam hitam, di jari-jari bagian atas.
Hal itu akibat push up dengan tangan mengepal pada diklat Paskibraka yang dijalaninya.
Dengan suara berat Sri bercerita bahwa push up seperti itu sebenarnya tidak diperbolehkan untuk wanita.
"'Ma, tadi kita push up. Ma, tadi kita begini'. Saya juga bilang, 'itu hal biasa nak, itu konsekuensi ikut paskibraka'. Tapi waktu saya lihat tangannya luka, hitam, saya bilang 'kamu push up kepal?', dia jawab 'iya'. Push up kepal itu sudah menyalahi aturan. Bahkan di militer sendiri pun ada waktu dan tempat untuk push up kepal bagi laki laki, tapi tidak untuk perempuan," ujar Sri di kediamannya di bilangan Taman Royal 2, Cipondoh, Tangerang, Jumat (2/8/2019).
Selain di pergelangan, luka lebam lain ada di bagian belakang lengan.
Sri mengatakan Aurel dicubit saat pelatihan.
Suara Sri merendah dan semakin berat.
Ia mengatakan seharusnya diklat Paskibraka tidak boleh ada kontak fisik.
"Lalu memang ada spot atau lebam, dia bilang 'Ma ini dicubit, biasa kok'. Saya bilang 'itu tidak biasa nak, karena harusnya tidak ada body contact untuk pendidikan paskibraka'," ujarnya.
Sri meyakini cubitan yang dialami anaknya sangat keras.
Hal itu karena bekas lebam yang kentara.
"Seingat saya ada di lengan kiri belakang kalau enggak kiri kanan belakang. Cukup besar biru. saya tanya kenapa, dicubit. Dicubit kenapa sampai segitunya nak. Kulit Aurel tidak putih, kulit aurel cukup gelap, jadi kalau sampai biru lebam artinya cubitan sangat keras," jelasnya.
Tak hanya di lengan, pihak keluarga lain juga mendapati lebam di bagian lutut Aurel.
"Ada spot lain, di lengan kiri depan itu saya lihat waktu almarhum dimandikan. Kalau enggak salah keponakan saya juga melihat ada spot biru lain di dengkul," ujarnya.
Ibunda Yakin Paskibra Tangsel Aurel Meninggal Diduga Akumulasi Kelelahan Saat Diklat
Meninggalnya Aurellia Qurratu Aini, pelajar SMA Islam Al-Azhar BSD Serpong diduga karena kelelahan.
Kondisinya yang fit dan tidak memiliki penyakit dalam membuat dugaan mengarah kepada pendidikan dan pelatihan (diklat) Paskibraka yang sedang ia jalani.
Sang ibu, Sri Wajyuniarti, juga merupakan seorang Purna Paskibraka.
Ia mengetahui betul diklat seharusnya dijalankan seperti apa.
Sri meyakini, anaknya bukanlah sosok yang lemah dan tidak mampu mengikuti diklat yang juga menggunkan pendekatan militer itu.
Ibu dua anak itu meyakini Aurel meninggal dunia karena diduga akumulasi kelelahan baik secara fisik maupun mental selama menjalani diklat.
Saat Aurel jatuh di dapur pada Kamis pagi, Sri dan suaminya, Faried Abdurrahman, langsung melarikannya ke rumah sakit.
Namun dokter mengatakan fungsi otaknya sudah tidak bekerja.
"Dokter tidak menyebutkan diagnosa sejauh itu. Hanya dokter bertanya apa yang terjadi, yang kami sampaikan bahwa Aurel terjatuh. Yang kami yakini bahwa Aurel sudah sangat lelah. Akumulasi dari sekian puluh hari dia latihan, minim istirahat," ujar Sri saat ditemui di rumahnya, Jumat tengah malam (2/8/2019).
Sri memaparkan, hampir setiap hari selain Jumat, Aurel harus sudah sampai lokasi latihan pada pukul 06.00 WIB dan selesai latihan sampai 16.30 WIB.
Posisi rumah yang jauh membuat Aurel harus jalan dari rumah antara pukul 04.00 dan 05.00 WIB.
Setelahnya dia baru sampai rumah lagi setelah latihan, sekira pukul 19.30 WIB.
Ditambah lagi beban menulis diary atau buku harian.
Hal itu membuat Aurel bangun pukul 03.00 WIB dini hari untuk menulis kesannya terhadap diklat yang dijalaninya per hari.
"Karena dia sampai rumah lebih dari magrib, karena rumah kami memang cukup jauh, sekitar jam 7 atau setengah 8 malam. Dia baru bisa tidur jam setengah 9 setelah salat dan membersihkan diri. Tapi dia harus bangun lagi hampir selalu jam 3 pagi, untuk membuat cerita buku harian," paparnya.
Usaha keras membuat buku harian setiap subuh dengan istirahat yang minim, berbuah beban psikis tambahan, karena tulisan Aurel dalam diary itu disobek pada Rabu (31/7/2019).
Aurel harus mengulang menulis diary selama 22 hari pelatihan.
Setiap harinya, ia harus menulis dua halaman dan jika ditotal selama 22 hari, ia harus menulis sekian puluh halaman hanya dalam waktu satu hari.
Bayang-bayang hukuman membuat psikis Aurel beegejolak.
• Gempa Banten, 1 Orang Wanita Berumur 48 Tahun Meninggal Serangan Jantung karena Panik
• Polri Lakukan Rotasi, Kapolrestro Jakarta Selatan Kombes Pol Indra Jafar Duduki Jabatan Baru
• Sinopsis Drama India Ishq Subhan Allah Episode 20, Sabtu 3 Agustus 2019 Pukul 14.30 WIB di ANTV
Terlebih, pada pelatihan Paskibraka, jika ada satu orang yang melakukan kesalahan, yang dihukum semuanya.
"Dan saat buku harian itu semua dirobek, sudah kurang lebih 22 hari membuat harian, dirobek dan harus menyalin dari ulang, itu sedikit memberikan pressure yang lebih lagi bagi Aurel di tengah istirahatnya yang sangat kurang," ujarnya.
Menurut Sri, tekanan psikis seperti itu dialami semua para calon Paskibraka yang menjalani diklat.
Namun dengan besar hati, Sri menerima anaknya lah yang menjadi pengingat bagi tim pelatih dan penyelenggara diklat itu dari Purna Paskibraka Indonesia (PPI) Tangsel.
"Tidak ada salahnya, tidak ada yang salah dengan sistem yang sudah dibuat Purna Paskibraka Indonesia. Tapi oleh beberapa oknum yang latah dan berlebihan. Itu yang membuat pendidikan yang dijalani Aurel dan teman-temannya menjadi jauh lebih berat dari biasanya," ujarnya.
Cerita Sang Ibu Saat Hari Terakhir Bersama Paskibra Tangsel Aurel di Rumah
Memiliki hati sekuat baja, mungkin pantas disematkan kepada Sri Wahyuni, ibunda Aurellia Qurratu Aini.
Aurellia Qurratu Aini merupakan Paskibraka Tangerang Selatan (Tangsel) yang meninggal dunia pada masa pendidikan dan pelatihan (diklat).
Di hari kedua meninggalnya Aurel, panggilan karib almarhumah, Sri menguatkan dirinya berbincang dan tetap menyambut ratusan tamu yang datang untuk menyampaikan duka ke rumahnya di bilangan Perumahan Taman Royal 2, Cipondoh Tangerang.
Dari kerabat, wali kota hingga pejabat dari berbagai kementerian silih berganti datang.
Karangan bunga ucapan duka sudah tak terhitung jumlahnya, bahlan posisinya sudah tidak beraturan karena saking banyaknya.
Selepas tahlilan hari ke dua meninggalnya Aurel, saat jarum jam sudah menunjukkan pukul 23.00 WIB, bersama sang suami, Faried Abdurrahman, Sri masih menerima awak media dan menceritakan hari terakhirnya bersama putri sulungnya itu.
Masih mengenakan mukena selepas tahlilan, Sri bercerita, saat itu Kamis (31/7/2019), Aurel dalam keadaan fit dan prima.
Aurel siap menjalani pelatihan Paskibraka hari itu.
Dari informasi yang dihimpun, saat itu adalah hari terakhirnya latihan bersama TNI dari Batalyon Kavaleri La 9.
Suara Sri seperti tertahan. Wanita dua anak itu berbicara dengan suara pelan dan nada yang datar.
"Aurel dalam kondisi yang sangat fit. Dia sudah kasih tahu bahwa akan ada renang di sore hari. Saya sempat bilang, setelah kalian kegiatan fisik, itu tidak semua siap langsung masuk ke kolam nak. Kamu jangan ikut kalau kamu tidak sanggup," ujar Sri menceritakan nasihatnya kepada Aurel.
Namun Aurel seperti hendak menenangkan ibu tercinta. Ia mengatakan sanggup dan ingin tetap berenang.
Pukul 19.30 WIB hari itu, Aurel pulang dalam kondisi kelelahan. Kacamata seorang ibu tahu benar tanda-tanda pada anak.
"Dia sudah kelihatan sangat lelah. Sangat lelah. Tapi masih sempat cerita. Tadi kakak main air, mama, tadi ada empat orang teman kakak membuat kesalahan dan dihukum. Kakak berzikir jangan sampai kakak punya kesalahan. Alhamdulillah bukan kakak. Tapi karna korsa kami semua pasti dihukum bersama," ujar Sri menceritakan percakapan dengan anaknya yang ternyata itu adalah percakapan terakhir mereka.
Setelah satu jam bercerita, pelajar di SMA Islam Al-Azhar BSD Serpong itu masuk kamar Sri.
Sudah beberapa hari belakangan, Aurel memilih tidur bersama ayah dan ibunya.
"Waktu kita masuk kamar kita baru sadar badannya panas. Demam. Tapi tidak kami bangunkan karena kami anggap, kami masih berpositif thinking, itu proses metabolisme tubuh karena dia melakukan kegiatan fisik yang lebih dari biasanya," ujarnya.
Pukul 01.00 WIB, Jumat (1/8/2019) weker bunyi. Sri dan Aurel bangun.
"Jam 1 bangun karena wekernya, 31 juli itu dirobek bukunya. Dia bangun jam 1 saya bilang nak masih jam 1, dia tidur lagi. Weker berikutnya itu jam setengah 4 atau jam 3 saya nggak ingat," jelasnya.
Setelah itu Aurel keluar kamar tanpa membangunkan kedua orang tuanya.
Sri menjelaskan konteksnya, pada hari terakhir latihan sebelum meninggal dunia, buku harian Aurel disobek pelatihnya.
Ia harus menulis ulang diary yang merupakan tugas untuk selalu ditulis setiap hari.
Aurel memiliki PR menulis diary untuk 22 hari pelatihannya. Sedangkan per harinya Aurel harus menulis minimal dua lembar kertas.
"Dia keluar kamar mengisi buku harian untuk tanggal 31 Juli. Karena untuk buku harian dari tanggal sebelumnya yang dia harus salin ulang, dia sudah enggak terkejar waktunya. 22 hari dengan minimal dua halaman. Jadi sekian puluh halaman harus dia salin dalam waktu sangat singkat. Sudah tak terkejar," paparnya.
Tidak lama, Aurel jatuh di dapur. Sri menyebut suaranya kencang hingga membangunkan ia dan suaminya.
"Tidak lebih dari lima menit kami berusaha membangunkan dia, langsung kami bawa dia ke rumah sakit. Saat di dapur dia jatuh dia sudah tidak bereaksi," jelasnya.
Sampai rumah sakit, dokter menyebut fungsi otak Aurel berhenti.
"Dokter di UGD bilang fungsi otaknya sudah terhenti. Ikhlaskan. Kami masih bilang ke dokter, maksimalkan," ujarnya.
Alat pacu jantung tak berhasil membuat Aurel hidup. Sri hancur, sulung yang sangat dicintainya itu sudah tidak ada.
"Dibantu dengan alat pacu jantung, Aurel tidak bereaksi sama sekali. Aurel sudah tidak ada. 1 Agustus 2019," ujarnya dengan suara yang semakin pelan.
Curhat Terakhir Paskibra Tangsel Aurel Sebelum Meninggal, Diary Merah Putih Jadi Saksi Bisu
Mendadak tubuh Aurellia Quratu Aini ambruk di rumah pada Kamis (1/8/2019) bakda Subuh dan meninggal di rumah sakit.
Malamnya, sang nenek merayakan ulang tahun dan semua anggota keluarga besar hadir termasuk Aurel, dara cantik sapaan akrab Aurellia.
Kematian anggota Paskibra Kota Tangerang Selatan ini disambut duka bukan hanya keluarga besar tapi juga Benyamin Davnie, Wakil Wali Kota Tangsel.
"Kami sekeluarga melihat ada yang berbeda dari Aurel," ujar Romi saat dijumpai WartaKotaLive.com di rumah duka di Perumahan Taman Royal 2, Cipondoh, Kota Tangerang, Kamis (1/8/2019) malam.
Aurel tercatat sebagai murid Kelas XI MIPA 3, SMA Islam Al Azhar BSD, Tangsel.
• Sebelum Maut Merenggut Nanda Sampaikan ini Kepada Kekasih, Sepupu Beberkan Nasib Tokonya
• ART Dianggap Tak Kerja Karena Rumah Raffi Ahmad Berantakan, Syahnaz Kaget, Nisya Justru Kasihan
• Jerit Tangis Kaila Sambut Jenazah Ibunya Korban Tertindih Truk Tanah: Mama Jangan Pergi
• Bukan karena Sopir Mengantuk, Ini Dugaan Penyebab Truk Tanah Tindih Mobil Tewaskan 4 Orang
Benyamin menilai Aurel sosok yang diunggulkan selama pendidikan dan pelatihan Paskibraka Kota Tangsel.
Aurellia salah satu kandidat kuat pembawa baki pada upacara peringatan kemerdekaan saat 17 Agustus 2019.
"Saya sangat bersedih ketika mengetahui bahwa almarhum adalah anak yang aktif, ceria dan tidak pernah sakit selama mengikuti diklat Paskibraka," ucap Benyamin.
"Malah almarhum dijagokan oleh senior dan teman seangkatannya untuk membawa bendera kebanggaan rakyat Indonesia," ujar Benyamin.
Ia belum mengetahui penyebab Aurel meninggal.
"Tidak ada sebab sakit, almarhum meninggal husnul khotimah Insya Allah," doa wakil Airin Rachmi Diany ini.
Ucapan duka turut Benyamin sampaikan melalui Instagram pribadinya di akun @benyamindavnie, juga sejumlah foto Aurel dan suasana rumah duka.
Pucat Sejak Rabu Malam
Meninggalnya Aurel secara mendadak dirasa sangat janggal oleh pihak keluarga, seperti dituturkan Romi, paman Aurel.
Romi bercerita pada Rabu malam keluarga kumpul di rumah untuk merayakan ulang tahun nenek.
Wajah Aurel malam itu terlihat pucat. "Pucat banget, seperti kelelahan. Padahal dia (Aurel) tidak memiliki riwayat penyakit," ucap dia.
Tubuhnya pun tampak lemas. Aurel saat tak ceria seperti biasanya.
Aurel mengaku tak menyampaikan keluhan apa-apa kepada keluarganya. Malam itu Romi dan lainnya menganggap Aurel hanya lelah karena ikut paskibra.
Pagi Subuh keluarga panik mendapati Aurel ambruk. Menurut pihak rumah sakit Aurel sudah meninggal.
Kematian Aurel yang masih misteri mendorong pihak keluarga meminta Dinas Pendidikan dan Pemuda Olahraga untuk mengusut kasus ini.
"Saya minta kepada Dispora Tangsel usut kasus ini," beber Romi.
Romi meminta agar Pemkot Tangsel menindak dugaan kekerasan dialami Aurel, karena ada luka lebam di tubuhnya.
"Kalau tidak ditangani masalah ini, kami berencana melaporkan kepada pihak berwajib," kata Romi.
Ngaku Dipukuli Senior
Setelah kematiannya, perlahan terungkap sejumlah fakta yang mengejutkan keluarga di balik aktivitas Aurel yang padat selama mengikuti paskibra.
Atarisa, yang terpaut dua tahun di bawahnya mulai bercerita tentang kakaknya, Aurel.

"Dia cerita ke adiknya, katanya dipukuli oleh seniornya di Paskibra. Tubuhnya juga lebam-lebam," beber Romi.
Selain Romi, Indra menangkap kejanggalan di balik kematian keponakannya, Aurel.
Terungkap selama menjalani latihan Paskibra, Aurel melewatinya dengan sangat keras. Hal itu Aurel ceritakan kepada keluarga.
"Di Tangsel itu latihannya mengenal sebutan latihan cincin, yaitu push up di aspal dengan cara tangan mengepal. Sehingga jari-jari cincin tangan menghitam," ujar Indra.
Indra terperanjat dengan pengakuan Aurel. Baginya latihan tersebut tak lazim dengan kegiatan Paskibra selama ini.
"Saya juga Paskibraka. Keluarga kami Paskibra. Ayah dan ibu Aurel juga Paskibra, tapi latihannya tidak sekeras itu," papar Indra.
Diary Merah Putih Saksi Bisu
Meninggalnya Aurel memiliki hubungan dengan buku Diay Merah Putih, tempat ia menuangkan segala pengalamannya di paskibra selama ini.
Diary Merah Putih menjadi saksi bisu sekaligus kenangan terakhir Aurel yang hancur dirobek oleh seniornya di Paskibra.
Di malam selesai mengikuti pesta ulang tahun sang nenek, Indra melihat Aurel sangat pucat dan tampak begitu lelah.
"Dia menulis di buku diary sampai jam satu dini hari. Dia menulis dari awal sampai akhir di buku diary yang barunya itu, karena yang lama punya dirobek oleh seniornya di Paskibra," ucap Indra.

Indra sempat membaca goresan tangan terakhir keponakannya di buku Diary Merah Putih.
Alasan Aurel menyebut judul buku Diary Merah Putih karena selama ini memang mencintai dunia Paskibra.
Keluarga besar Aurel hampir semuanya pernah terlibat dan menjadi anggota Paskibra. Begitu juga dengan ayah dan ibu Aurel.
"Dalam tulisannya itu ini latihan terakhir di Paskibra. Mungkin itu firasat dari keluarga kami yang mengartikan," papar Indra.
Pihak Sekolah Bereaksi
Pihak SMA Islam Al Azhar BSD Serpong mengevaluasi pengiriman wakil sekolah untuk mengikuti diklat Paskibra Tangsel tahun mendatang.
Evaluasi cukup beralasan menyusul meninggalnya anak didik mereka, Aurellia Qurratu Aini atau Aurel, saat mengikuti masa diklat Paskibra.
"Sebenarnya kita sih karena ini ranahnya sudah di ranah pemerintah ya, kita dari pihak sekolah tidak terlalu banyak mengikuti proses," ucap Yosef Hermawan, Humas Al Azhar BSD Serpong, Jumat (2/8/2019).
"Cuma mungkin, buat evaluasi kita saja dan menanyakan ke PPI kronologis kejadian yang sebelumnya selama diklat itu," imbuh Yosef.
Pihak SMA Islam Al Azhar BSD Serpong tengah mempertimbangkan mengurangi wakil untuk mengikuti seleksi Paskibra Tangsel.
"Kemungkinan ke situ arahnya, mengurangi perwakilan. Sebelum ada perbaikan dari PPI ya. Disporalah Pemerintahnya," ujarnya.
Pihak sekolah belum bergerak lebih jauh untuk mengetahui penyebab meninggalnya Aurel karena meninggal di rumah, bukan saat pelatihan.
"Sementara belum kita lihat unsur-unsur yang lain. Kejadiannya di rumah sih ya, jadi kondisi pelatihan apakah siang itu bagaimana, ada kekerasan atau tidak, kita belum ke ranah itu," ujarnya.
Meninggalnya pelajar SMA Al Azhar BSD Serpong baru pertama kalinya sejak puluhan tahun mengirim perwakilan untuk Paskibra Tangsel.
"Puluhan tahun kan kita ikut belum ada kejadian. Setiap tahun siswa kita pasti mengirim perwakilan," ungkap Yosep. (TribunJakarta.com/Warta Kota)