KH Maimun Zubair Wafat

Menteri Agama: Kemungkinan Besar Mbah Moen Akan Dimakamkan di Tanah Suci Makkah

Menurut informasi yang didapat dari pihak keluarga dan kerabat almarhum Maimoen Zubaik akan dimakamkan di Tanah Suci.

Editor: Wahyu Aji
Istimewa
Ketum PPP Romahurmuziy bersalaman dengan Ketua Majelis Syariah PPP, KH Maimoen Zubair 

Kiai Maimoen lahir di Sarang, Rembang, pada 28 Oktober 1928. Kiai sepuh ini, mengasuh pesantren al-Anwar, Sarang, Rembang, Jawa Tengah.

Pesiden Joko Widodo saat bersilaturahim dengan pimpinan Pondok Pesantren Al-Anwar KH Maimoen Zubair di Rembang, Jawa Tengah, Jumat (1/2/2019).
Pesiden Joko Widodo saat bersilaturahim dengan pimpinan Pondok Pesantren Al-Anwar KH Maimoen Zubair di Rembang, Jawa Tengah, Jumat (1/2/2019). (Agus Suparto/ Fotografer Kepresidenan)

Kiai Maimun merupakan putra dari Kiai Zubair, Sarang, seorang alim dan faqih.

Kiai Zubair merupakan murid dari Syaikh Saíd al-Yamani serta Syaikh Hasan al-Yamani al-Makky.

Kedalaman ilmu dari orang tuanya, menjadi basis pendidikan agama Kiai Maimun Zubair sangat kuat.

Kemudian, ia meneruskan mengajinya di Pesantren Lirboyo, Kediri, di bawah bimbingan Kiai Abdul Karim. Selain itu, selama di Lirboyo, ia juga mengaji kepada Kiai Mahrus Ali dan Kiai Marzuki.

Pada umur 21 tahun, Maimun Zubair melanjutkan belajar ke Makkah Mukarromah.

Perjalanan ini, didampingi oleh kakeknya sendiri, yakni Kiai Ahmad bin Syuáib. Di Makkah, Kiai Maimun Zubair mengaji kepada Sayyid Alawi bin Abbas al-Maliki, Syekh al-Imam Hasan al-Masysyath, Sayyid Amin al-Quthbi, Syekh Yasin Isa al-Fadani, Syekh Abdul Qodir al-Mandaly dan beberapa ulama lainnya.

Kiai Maimun juga meluangkan waktunya untuk mengaji ke beberapa ulama di Jawa, di antaranya Kiai Baidhowi, Kiai Ma'shum Lasem, Kiai Bisri Musthofa (Rembang), Kiai Wahab Chasbullah, Kiai Muslih Mranggen (Demak), Kiai Abdullah Abbas Buntet (Cirebon), Syekh Abul Fadhol Senori (Tuban), dan beberapa kiai lain. Kiai Maimun juga menulis kitab-kitab yang menjadi rujukan santri.

Di antaranya, kitab berjudul al-ulama al-mujaddidun.

Selepas kembali dari tanah Hijaz dan mengaji dengan beberapa kiai, Kiai Maimun kemudian mengabdikan diri untuk mengajar di Sarang, di tanah kelahirannya.

Pada 1965, Kiai Maimun kemudian istiqomah mengembangkan Pesantren al-Anwar Sarang.

Pesantren ini, kemudian menjadi rujukan santri untuk belajar kitab kuning dan mempelajari turats secara komprehensif.

Selama hidupnya, Kiai Maimun memiliki kiprah sebagai penggerak.

Ia peranh menjadi anggota DPRD Rembang selama 7 tahun.

Selain itu, beliau juga pernah menjadi anggota MPR RI utusan Jawa Tengah.

Sumber: Tribunnews
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved