Viral di Medsos
Cerita Seragam Loreng TNI Enzo Zenz Allie saat Parade di Perancis dan Dunia Militer
Pilihan Enzo Zenz Allie jatuh pada kostum loreng hijau mirip TNI lengkap dengan topinya saat ia ikut parade sewaktu TK di Perancis. Ini ceritanya.
Penulis: Y Gustaman | Editor: Y Gustaman
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Cerita sang kakek sewaktu terlibat Perang Dunia II di Afrika membuat Enzo Zenz Allie kecil bisa betah berjam-jam menyimaknya.
Kesukaan akan sejarah membuat Enzo lambat laun suka dunia militer dan akhirnya menjadi WNI mengikuti ibunya, Siti Hadiati Nahriah, lalu menetap di Cilegon.
Enzo viral karena meladeni wawancara dengan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dengan bahasan Perancis, setelah dinyatakan lulus seleksi calon Taruna Akmil.
"Waktu SMP tinggal sama kakeknya. Rumah kami di Normandie, Departemen 91, enggak jauh dari Paris," ungkap Siti kepada TribunJakarta.com dalam sambungan telepon pada Selasa (6/8/2019) malam.
• Kesaksian Orang Dekat Soal Enzo Blasteran Perancis-Indonesia Lulus Akmil: Ingin Jadi Prajurit Soleh
• Dua Kali Umrah Enzo Zenz Allie Berdoa Ingin Masuk Akmil dan Pilih Kopassus, Ini Cerita Ibunya
"Kalau lagi makan malam atau makan siang, kakeknya cerita soal perang. Dia bisa berjam-jam kalau ngobrol soal itu dan kuat," sambung Siti yang berdarah Banten dan Bogor dari ayah dan ibunya.
Meski sempat tinggal di Perancis, Enzo sudah menjadi WNI sejak usia 5 tahun.
Ia tercatat sebagai WNI sejak berlaku UU Kewarganegaraan No.12/2006.
"Lahir 2001. jadi sekitar umur 5 tahun resminya," ungkap Siti.
Seragam Loreng TNI
Ketertarikan Enzo menjadi tentara sudah terbesit sejak masih sekolah dini di Ecole St. Joseph, Cherbourg.
Waktu itu, saat mengikuti karnaval di sekolahnya pada bulan Oktober, anak-anak dipersilakan memakai kostum pilihan masing-masing.
Pilihan Enzo jatuh pada kostum loreng hijau mirip TNI lengkap dengan topinya.
Siti punya cerita di balik baju loreng TNI yang dipakai Enzo saat itu.
Ketika masih menetap di Perancis, Siti dan suaminya saban tahun selalu pulang kampung ke Indonesia bersama Enzo.
Nilai nasionalisme yang ditanamkan Siti kepada Enzo, salah satunya membelikan seragam TNI untuk kostum ikut karnaval.

"Jadi saat karnaval setiap Oktober anak-anak dibebaskan pakai baju apa terserah. Waktu itu Enzo selalu bilang, 'mama saya ingin jadi tentara.'"
"Akhirnya saya siapkan baju tentara yang TNI punya. Di foto itu memang Enzo memakai baju loreng TNI yang saya beli saat balik ke Cilegon dan Jakarta," imbuh dia.
Setelah ayahnya meninggal pada Juli 2012 di New Caledonia, Siti membawa Enzo pulang ke Indonesia.
Enzo saat itu sedang menjalani semester satu di Collège Juliette Adam, Gif sur Yvette, Perancis.
Akhirnya, Enzo pun meneruskan semester kedua sekolahnya di Cilegon.
Siti memasukkan Enzo ke SMP Al Azhar 27 di kompleks PT Krakatau Steel.
Keinginan Enzo menjadi tentara tak pudar, malah makin menggebu-gebu.
Selepas SMP, Siti ingin memasukkan Enzo ke SMA Taruna Nusantara di Magelang, Jawa Tengah.
"Tapi terkendala bahasa. Saat masih SMP bahasa Indonesianya masih agak kurang bagus," cerita Siti.
Akhirnya, Siti memasukkan Enzo ke SMA Pesantren Unggul Al Bayan, Anyer, Kabupaten Serang.

Sekolah dengan sistem asrama khusus pria ini membuat Enzo harus bergaul dengan murid-murid lainnya dan mandiri.
Enzo awalnya kesulitan mengikuti pelajaran, namun lambat laun karena tahu diri harus menguasai bahasa Indonesia akhirnya lancar.
Ketekunannya ingin cepat lancar berbahasa Indonesia disampaikan Enzo kepada guru kimianya, Deden Ridwan.
Satu kali ia menghadap ke Deden dan ingin kursus bahasa Indonesia agar mudah mengikuti pelajaran.
"Di SMA PU Al Bayan, Enzo sangat menikmati banget. Dia bersahabat dengan siapapun," ungkap Siti.
Saat masuk ke SMA PU Al Bayan, Enzo mengaku ingin sekali masuk Taruna Akmil dan minta didoakan oleh gurunya.
Enzo, Schummacher dan Ferrari
Meski memiliki darah Perancis, Enzo memiliki nama yang bukan Perancis.
Enzo adalah nama Italia.
Siti dan suaminya punya alasan kenapa menamakan anaknya ini dengan Enzo.
Di kemudian hari, karena namanya itu Enzo suka mengoleksi miniatur mobil Formula 1 atau F1.
Selain mengoleksi miniatur F1, Enzo juga hobi mengoleksi Lego seri Star Wars.
"Saya waktu hamil Enzo, karena saya dan papanya suka Michael Schumacher. Kan dia mengemudikan Ferrari. Nama Enzo diambil dari Enzo Ferrari," jelas Siti.

Pecinta mobil balap berlogo kuda jingkrak ini pasti tahu siapa Enzo Ferrari.
Enzo Ferrari merupakan seorang pendiri tim balap Scuderia Ferrari yang kemudian menjadi produsen mobil super Ferrari.
Siti dan Allie sangat mengagumi Ferrari ketika kendali F1 di bawah Schumi.
"Saya enggak pernah ketinggalan nonton Ferrari. Kita berdua demen banget sama Schumacher. Sejak Schumacher agak turun kita tidak ngikuti lagi," beber dia.
Enzo pun demikian, tak suka lagi mengoleksi miniatur F1 dan tekadnya sudah bulat menjadi tentara.
Seriusi Renang dan Atletik
Menurut Siti, Enzo sebagai tipikal anak yang kekeuh jika menginginkan sesuatu dan mengikuti prosesnya.
Hal itu terlihat ketika Enzo memutuskan sejak kecil menjadi tentara.
Di SMA PU Al Bayan, Enzo sudah mengincar setelah lulus untuk masuk Taruna Akmil.
Saat jam istirahat sore, hampir tiap hari Enzo melatih fisiknya naik turun asramanya yang berbukit.
"Itu sudah dilakukan Enzo rutin. Sampai teman-temannya di kantin menyemangati Enzo," kata Siti.
Beranjak di kelas dua, Enzo semakin serius sehingga dicarikan pelatih fisik sekaligus atletik, yaitu Exberg Kaary.

Exberg yang pernah menjadi guru olahraga di SMA PU Al Bayan menggembleng Enzo di Pantai Pondok Layung yang tak jauh dari sekolahnya.
"Latihan atletik ada sekitar enam bulan lebih," kenang Siti.
Berikutnya, Enzo semakin serius untuk atletik sehingga dicarikan pelatih lain oleh Exberg.
Dialah La Hasan, pelatih Porda Banten untuk cabang atletik.
Saat itu Enzo berlatih bersama atlet lari Porda Banten di Mako Kopassus Serang.
Setahun lebih Enzo berlatih khusus atletik. Tak heran Enzo bisa kuat lari karena latihan bareng atlet lari Provinsi Banten yang di antaranya prajurit Kopassus.
Lantaran harus beraktivitas di luar asrama, sang ibu meminta izin untuk mengajak Enzo keluar pada Sabtu dan baru balik Minggu.
Hari Sabtu, Enzo berlatih renang di bawah kendali mantan atlet asal Cilegon.
Kemudian berganti pelatih, yaitu Om Max, yang tak lain ayah perenang nasional Maxmillian Manurung.
Belakangan latihan renang mengendur karena Enzo harus intensif berlatih atletik.
Namun begitu, Enzo cukup menyeriusi renang karena pernah ikut tiga klub di antaranya Baladika dan Banten Swimming Club.
Baik atletik dan renang, kata Siti, Enzo berlatih di kompleks Mako Kopassus Serang.
"Insya Allah Enzo sudah enggak asing dengan dunia militer. Makanya kekeuh mau jadi Kopassus," ungkap Siti.
Dikatakan Siti, berada di lingkungan militer selama latihan renang dan atletik sedikit banyak yang memperkuat keinginan Enzo masuk Taruna Akmil.
Pantas ketika ditanya Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Enzo mengucap ingin menjadi anggota Infanteri atau Kopassus yang videonya viral.
Di balik proses yang dilalui Enzo, sang ibu tetap berpesan agar putranya tak kecil hati karena harus bersaing dengan calon taruna lainnya.
"Saingan kamu banyak anak jenderal, petinggi, kita engak punya pegangan apa-apa," begitu kata Siti kepada Enzo.
"Enggak apa mama, kita punya Allah," kata Enzo.
Bagi Siti, Enzo adalah anak yang luar biasa. Terlihat dari semangatnya mengejar cita-cita dan kasih sayangnya buat orangtua.
Saat Enzo dinyatakan lulus calon Taruna Akmil, tante-tante dari jalur ayahnya mengucapkan selamat.
"Tante-tantenya bilang. C'est bien, felicitation," ungkap Siti.