Banting Tulang Sri Bantu Suami Cari Nafkah, Ngamen Ditemani Balita dan Tentang Rasa Khawatirnya
Sri berkeliling sambil mendorong anaknya yang berada di dalam kereta dorong bayi.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Mohamad Afkar Sarvika
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas
TRIBUNJAKARTA.COM, PASAR MINGGU - Dalam gemerlap cahaya lampu pertokoan yang membelah malam, Sri Indah (45) bersama anaknya Bela (3) berjalan di pinggir jalan Warung Jati Timur Raya, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Sri berkeliling sambil mendorong anaknya yang berada di dalam kereta dorong bayi.
Tampilan Sri, sederhana tak mencolok bak penyanyi karaoke keliling pada umumnya.
Mengenakan kaos warna biru, celana hitam, kupluk hijau dan beralaskan sandal jepit, ia menembus malam yang jatuh di Pejaten itu sambil mengharapkan derma warga sekitar.
Sementara pada wajahnya, Sri tak bersolek untuk mencuri perhatian orang-orang.
Ia tampil apa adanya.
Di dalam kereta dorong bayi, Bella, anak terakhir dari Sri itu, tampak terbaring.
Kaus kaki telah terpasang di kedua kaki mungilnya.
Sri pun tak lupa menaruh selimut dan bantal di dalam kereta dorong setiap ia berjalan bersama Bela.
"Saya taruh selimut dan bantal agar tidak kedinginan. Di kereta ini ada penutupnya biar dia enggak langsung kena angin," katanya pada Rabu (21/8/2019) malam.
Di antara dua pegangan kereta bayi itu, Sri menggantungkan tali dari pengeras suara sembari ia berkeliling memutar lagu.
Biasanya, Sri menyusuri gang-gang perumahan warga.
Malam ini, toko demi toko ia lalui demi mengharapkan kemurahan hati orang.
Bekerja seperti ini, lanjutnya, untuk membantu perekonomian sang suami yang terombang-ambing sebagai sopir angkot.
"Saya begini untuk bantu suami saya. Maklum dia sopir angkot sudah mulai kalah dengan ojek online," terangnya.
Penghasilannya, bagi Sri, masih belum cukup untuk menghidupi keluarga.
Oleh karena itu, ia memutuskan untuk membantu suaminya itu.
"Bantu buat bayar kontrakan dan makan di rumah," katanya.
Dari hasil jerih payahnya berkeliling semalaman, Sri biasanya mendapatkan Rp 100 ribu.
Terhitung, baru dua bulan Sri Indah menjadi seorang pengamen keliling.
Selama dua bulan itu, ia berangkat pukul 16.00 WIB hingga selesai mengamen pukul 01.00 pagi.
Nasib malang pun hampir menimpanya akibat ulah pengendara di jalan.
"Hampir pernah keserempet saya. Waktu itu taksi online main hape terus agak minggir ke arah saya," ujarnya.
Mantan TKW di Arab Saudi
Pada tahun 2019, Sri merantau ke Jakarta dari kampungnya di Surabaya untuk mencari hidup yang lebih baik.
Berbagai pekerjaan pun pernah ia lakoni, mulai dari pembantu rumah tangga, dagang kopi hingga jadi Tenaga Kerja Wanita di luar negeri.
Ia pernah bekerja di Arab Saudi sebagai pembantu rumah tangga.
"Tahunnya saya lupa karena udah lama, saya dapat tiga tahun di sana," katanya.
Akan tetapi, harapan Sri untuk mendapatkan gaji yang layak di Arab, kandas.
Pasalnya, majikannya tempat ia bekerja kasar.
"Saya kerja di sana malah trauma. Berkali-kali pindah majikan. Dikasarin, enggak betah minta dipulangin," kata perempuan asal Surabaya itu.
Dua Anaknya Tak Kunjung Beri Kabar Usai Gempa Lombok 2018
Dua anak Sri, yang masih usia 18 tahun, pergi mencari kerja di Pulau Lombok.
Semenjak gempa di Lombok yang terjadi pada 2018 silam, kedua anaknya tak pernah memberikan kabar.
"Anak saya semenjak gempa di Lombok tidak pernah lagi ada beritanya. Biasanya suka telepon," ungkapnya.
Sri berkeinginan untuk mencari tahu keberadaan mereka.
Namun ia terkendala untuk mencari tahu keberadaannya.
"Mau nulis surat tapi enggak bisa. Makanya nanti akan saya cari tahu keberadaannya," bebernya.
Sebenarnya, ujar Sri, ia nekat menjadi pengamen keliling sambil mendorong anaknya di kereta bayi.
Sebab, kebutuhan hidupnya jauh lebih mendesak.
Rencananya, uang yang dikumpulkannya dari hasil mengamen itu juga akan dibuat usaha baru.
"Saya ngamen begini buat nyari modal usaha. Kalau kekumpul bisa jual baju atau dagang mainan anak-anak kelak," ujarnya.