Meskipun Tuli, Driver Ojek Online Ini Tetap Semangat Jalani Hidup: Kejar Mimpi Jadi Chef Terkenal
Rustam menjawab anggapan masyarakat umum yang masih memandang sebelah mata para penyandang disabilitas.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Wahyu Aji
Di usia 19 tahun, ia telah bekerja sebagai nelayan kerang hijau di Pelabuhan Muara Kamal.
"Saya mulai kerja, diajak jadi Nelayan Kerang sama om saya. Setiap hari ngangkut kerang dari dalam laut," katanya.
Lambat laun, Rustam bekerja bersama ayahnya setelah memiliki perahu sendiri.
Seusai bekerja, ia biasanya dibayar sebesar Rp 80 ribu sampai Rp 100 ribu.
Selain bekerja sebagai nelayan kerang, ia juga membanting tulang sebagai kuli panggul.
"Jadi untuk nambah-nambah, saya kerja sebagai kuli panggul juga," bebernya.
Dari hasil jerih payahnya di lapangan, Rustam pun berhasil membeli sendiri alat pendengar.
Sebab, ia tak mempunyai alat dengar sejak divonis tuli sehingga menyulitkannya berkomunikasi.
"Jadi pas ngomong sama teman kerja di lapangan pake gerak tangan, gestur tubuh," lanjut anak ketiga itu.
Dari Gojek demi Capai Impian Jadi Chef
Baru dua bulan, Rustam bekerja sebagai ojek online.
Dalam setengah hari bekerja, ia pun mengaku meraup sekira Rp 200 ribu.
"Kalau kerja jadi Nelayan terus enggak ada pengalaman baru. Selain itu saya juga suka keliling Jakarta, jadi pilih ojek daring," ungkapnya.
Ia pun menyadari tak ingin menggantungkan hidupnya di ojek daring terus menerus.
Rustam mengatakan pekerjaan ini sebagai batu loncatan untuk mengumpulkan uang.
"Saya punya rencana pingin jadi chef dan jadi pemilik restoran. Kuncinya perbaiki hidup lah. Saat ini belum bisa masak, tapi baru suka makan," ujarnya seraya tertawa.
"Tapi kalau udah belajar jadi suka masak," tandasnya.