15 Tahun Kasus Munir Tak Terungkap, Sang Putri: Dia Orang Hebat Meski Aku Tak Perlu Mengetahuinya

Munir Said Thalib tewas diracun dalam penerbangannya menuju Amsterdam, Belanda pada 7 September 2004.

Penulis: Kurniawati Hasjanah | Editor: Erik Sinaga
Twitter @matanajwa
Diva Suukyi Larasati Putri Aktivis HAM Munir 

TRIBUNJAKARTA.COM - Hampir 15 tahun lamanya, kasus pembunuhan Munir Said Thalib, putra terbaik dalam hal penegakan hukum belum terungkap.

Munir Said Thalib tewas diracun dalam penerbangannya menuju Amsterdam, Belanda pada 7 September 2004.

Kasus pembunuhan Munir hingga saat ini masih menjadi misteri. 

Sebagai seorang aktivis hak asasi manusia (HAM), Munir banyak menangani berbagai kasus, terutama kemanusiaan dan pelanggaran HAM.

Ditinggal selamanya oleh sang ayah, putri Munir Said Thalib, Diva Suukyi Larasati saat itu masih berusia 2 tahun.

Tonton Juga:

Diva Suukyi Larasati belum sempat mengenal sosok sang ayah.

Kendati demikian, Diva Suukyi Larasati mengaku bangga dengan apa yang dikerjakan ayahnya.

Hal tersebut diungkapkan putri Munir saat menjadi narasumber di acara Rosi Kompas Tv dilansir TribunJakarta.com pada Jumat (6/9).

Awalnya Diva Suukyi Larasati menuturkan bahwa banyak orang yang berpendapat bahwa sosoknya begitu mirip dengan Munir.

Disebut Punya 3 Anak dari 3 Suami, Nikita Mirzani Bahas Masa Lalu Elza Syarief: Bertabur Benih Cinta

"Mungkin 99 persen orang bilang bahwa kita mirip," imbuh Diva Suukyi Larasati.

Lebih lanjut, Diva Suukyi Larasati menyatakan bahwa ia kerap kali mendapatkan pertanyaan mengenai rupa Munir.

Bahkan, pertanyaan tersebut juga terbersit di hatinya.

Simak Videonya:

"Sebenarnya kalau orang-orang bertanya kepada saya 'seperti apa ayahmu itu?' saya sendiri pun sebenarnya enggak tau. Seperti apakah sebenarnya ayah saya?," papar Diva Suukyi Larasati.

Diva Suukyi Larasati mengaku, ia akan menjawab pertanyaan tersebut dan menjelaskan bahwa ia telah ditinggalkan sosok ayah saat berusia 2 tahun.

"I'm too little to understand anything. Tapi yang aku pengen show ke orang-orang kalau dia merupakan orang hebat meski aku tak perlu mengetahuinya," jelas Diva Suukyi Larasati.

2 Eksekutor Akui Dihipnotis Bunuh Pupung, Aulia Kesuma Emosi saat Rekonstruksi: Jangan Belaga Bego

Diva Suukyi Larasati begitu paham dengan perasaan sang ibunda yang ditinggal Munir meninggal sehingga saat itu ia tak pernah menanyakan isu pembunuhan yang menimpa ayahnya.

Pollycarpus dan Munir
Pollycarpus dan Munir (Kolase TribunJakarta.com)

Putri Munir itu hanya menanyakan sekali mengapa sang ayahnya dibunuh kepada ibunda namun pertanyaan itu tak terjawab karena sang ibu menunjukkan ekspresi sedih.

"Saat itu rumah sangat penuh dan banyak orang yang berbisik melontarkan kata pembunuhan. Jadi dari situ saya mendapatkan apa ini yang menimpa saya. Saya akhirnya tanya ke ibu tetapi pertanyaan itu justru buat ibu sedih. Jadi saya mungkin tak menanyakan lagi," jelas Diva Suukyi Larasati.

Celetukan Nia Ramadhani saat Marshanda Ungkap Sosok Ben Kasyafani, Bereaksi dengan Nada Tinggi

Mengenal sosok Munir

Munir Said Thalib lahir di Malang, Jawa Timur pada 8 Desember 1965.

Dia berkuliah di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya (Unibraw) dan terkenal sebagai seorang aktivis kampus.

Berkat ketekunannya, Munir dipilih rekan-rekannya untuk menjadi Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Hukum Unibraw pada 1998, Koordinator wilayah IV Asosiasi Mahasiswa Hukum Indonesia.

Munir juga merupakan anggota Forum Studi Mahasiswa untuk Pengembangan Berpikir, Sekretaris Dewan Perwakilan Mahasiswa Hukum Unibraw, dan anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

Pengalaman menjadi aktivis pada masa mudanya menghadirkan keseriusan Munir terhadap masalah hukum dan pembelaan terhadap sejumlah kasus.

Dia pernah menjadi seorang Dewan Kontras (Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan).

Kontras merupakan sebuah kelompok yang dibentuk oleh sejumlah LSM seperti LPHAM, Elsam, CPSM, PIPHAM, AJI, dan sebuah organisasi mahasiswa PMII.

Sebagai sebuah komisi yang bekerja memantau persoalan HAM, Kontras banyak mendapat pengaduan dan masukan dari berbagai elemen masyarakat mengenai pelanggaran HAM di berbagai daerah.

Munir pernah terjun menangani berbagai kasus, misalnya menjadi penasihat hukum korban dan keluarga korban penghilangan orang secara paksa terhadap 24 aktivis politik dan mahasiswa di Jakarta pada 1997 hingga 1998. Dia juga pernah menjadi penasihat hukum keluarga korban tragedi Tanjung Priok 1984 .

Selain itu, Munir juga pernah menangani kasus Araujo yang dituduh sebagai pemberontak yang melawan pemerintah Indonesia untuk memerdekakan Timor Timur pada 1992.

Kasus besar lain yang ditangani Munir adalah pembunuhan aktivis buruh Marsinah yang diduga tewas di tangan aparat keamanan pada 1994. Ketika menjabat Dewan Kontras, namanya melambung sebagai seorang pejuang membela bagi orang-orang hilang yang diculik.

Munir membela aktivis yang hilang karena penculikan yang disebut dilakukan oleh Tim Mawar dari Kopassus TNI AD.

Sikap berani dan sigapnya dalam menentang ketidakadilan oleh beberapa pihak pada masa pemerintahan Orde Baru, membuat Munir tak disukai oleh pemerintah.

Dirinya menjadi sasaran dan lingkaran merah dari pihak intelijen karena dianggap berbahaya. Munir juga sering mendapat banyak ancaman dari beberapa orang. Namun dirinya tetap tidak gentar terhadap ancaman yang menimpa dirinya tersebut. (TribunJakarta/Kompas)

 

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved