Tanpa Alat Berat, Personel UPK Badan Air Pos Prajawangsa Angkut Sampah Secara Manual
Ketiadaan alat berat untuk mengangkut sampah dari dasar kali ke truk sampah membuat personel UPK Badan Air harus bekerja lebih keras.
Penulis: Bima Putra | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra
TRIBUNJAKARTA.COM, PASAR REBO - Ketiadaan alat berat untuk mengangkut sampah dari dasar kali ke truk sampah membuat personel UPK Badan Air Dinas Lingkungan Hidup Pos Prajawangsa harus bekerja lebih keras.
Ketua Regu Pos Prajawangsa Yudi mengatakan pengangkutan sampah dilakukan manual karena penggunaan alat berat di Pos Prajawangsa tau memungkinkan.
"Dari dulu memang diangkut manual seperti ini, alat berat enggak bisa dipakai di sini. Lokasinya susah, jadi sampah harus diangkat manual seperti ini," kata Yudi di Pasar Rebo, Jakarta Timur, Minggu (15/9/2019).

Sebelum diangkat ke truk buang, sampah yang mengalir di aliran Kali Baru Timur lebih dulu dipungut lalu dimasukkan ke dalam karung.
Setelah tumpukan karung sampah dirasa cukup banyak, truk pengangkut yang bertugas membuang sampah datang ke Pos Prajawangsa.
"Dalam satu minggu bisa dua sampai tiga kali dibuang sampahnya. Sekali buang bisa 10 kubik, kadang bisa lebih banyak. Kebanyakan sampah plastik," ujarnya.
Selama proses pengangkutan sampah, Yudi menuturkan tujuh personel yang bertugas di Pos Prajawangsa berbagi tugas.
Setidaknya dua orang berada di dasar kali dan bertugas mengaitkan tali tambang ke karung yang sudah terisi sampah.
Dua personel bertugas mengerek tali tambang berikut sampah ke bagian atas, sementara sisanya mengeluarkan sampah dalam karung ke truk buang.
"Manual begini lebih capek sih, tapi ya sekalian olahraga. Di beberapa pos memang ada yang diangkat secara manual seperti ini. Enggak semua pos ada alat berat," tuturnya.
Kasatlak UPK Badan Air Jakarta Timur Leo Tantino mengatakan ada sejumlah pos UPK Badan Air di Jakarta Timur yang pengangkutan sampah ke truk buang dilakukan manual.
Dia mencontohkan 24 alat berat milik UPK Badan Air yang ditempatkan di Kanal Banjir Timur (KBT) Duren Sawit, KBT Cakung, dan wilayah Kalimalang.
"Ada sebagian yang tidak mungkin pakai alat berat karena medan untuk alat tidak dapat dilalui. Alat berat kita di timur ada 24 alat ekskavator," kata Leo.
Kali Baru Timur Cijantung Mengering Akibat Pendangkalan dan Kemarau
Kali Baru Timur di Kelurahan Cijantung, Kecamatan Pasar Rebo mengering akibat musim kemarau dan pendangkalan.
Nanang (38), warga setempat mengatakan sudah nyaris satu bulan aliran Kali Baru Timur dekat Jalan Pedati Selatan mengering hingga membuat dasar kali terlihat.
"Sudah beberapa minggu ini kering, sampai kelihatan dasarnya seperti itu. Kalau di wilayah lain kering juga, tapi belum sampai terlihat dasarnya," kata Nanang di Pasar Rebo, Jakarta Timur, Minggu (15/9/2019).

Menurutnya pendangkalan terjadi karena banyaknya puing sisa pembangunan dan lumpur sisa pembangunan yang tak diangkut usai pengerjaan.
Beruntung dampak pendangkalan belum sampai mempengaruhi pasokan air warga bermukim di sekitar Kali Baru Timur dan masih menggunakan air tanah.
"Dulunya ini dalam, tapi karena banyak lumpur dan puing jadi dangkal. Kan suka ada tuh pengerjaan proyek yang buang puing ke kali, nah puing itu bikin dangkal kali," ujarnya.

• Mulai 1 Oktober 2019, 12 Jalur TransJakarta Diberlakukan Tilang Elektronik
• MASIH BERLANGSUNG Link Live Streaming Persija Jakarta Vs PSIS: Gol Simic Bawa Macan Kemayoran Unggul
• Anak Kandung Tega Aniaya Ibunya yang Baru Pulang dari Sawah, Kondisi Korban Kini Kritis & Masuk ICU
• Ini Langkah Petugas TMP Kalibata Jaga Makam BJ Habibie yang Banyak Didatangi Warga
Dia yakin pendangkalan imbas puing dan lumpur karena personel UPK Badan Air Dinas Lingkungan Hidup DKI rutin mengangkut sampah dari Kali Baru Timur.
Nanang menyebut sebelum ada pembuangan puing aliran Kali Baru Timur nyaris tak pernah mengering, pun saat musim kemarau panjang melanda.
"Kalau sampah sih sering dibersihin sama petugas, setiap minggu bisa tiga kali angkut. Jadi ini dangkal bukan karena sampah, memang karena lumpur dan puing saja," tuturnya.
Pantauan TribunJakarta.com di lokasi, bagian dasar aliran Kali Baru Timur dekat Jalan Pedati Selatan tampak jelas terlihat mengering dan bisa ditapaki.
Namun beberapa puluh meter sebelum dan setelah melalui Jalan Pedati Selatan aliran Kali Baru Timur masih mengalir meski ketinggiannya berkurang akibat kemarau.