Viral di Medsos
Cerita Nenek Dian Gendong Jenazah Cucu yang Lahir Prematur, Sosok Ini Kasih Uang untuk Beli Nisan
Seorang nenek di Cilincing viral di media sosial Instagram karena berjalan kaki sambi menggendong jenazah cucunya yang lahir prematur.
Penulis: Gerald Leonardo Agustino | Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Gerald Leonardo Agustino
TRIBUNJAKARTA.COM, CILINCING - Seorang nenek di Cilincing viral di media sosial Instagram karena berjalan kaki sambi menggendong jenazah cucunya yang lahir prematur.
Nenek tersebut bernama Dian Islamiyati (36), sedangkan si cucu ia beri nama Andi Saputra sebelum dimakamkan di TPU Malaka, Jakarta Utara, Selasa (17/9/2019).
Terselip cerita kenapa Dian sampai jalan kaki menggendong jasad cucunya dan orang penolong yang mengantarnya sampai ke rumah duka.
Insani menjalani persalinan di Puskesmas Cilincing tapi bayinya yang lahir prematur meninggal.
Ryan, sang suami, sedang kerja sehingga tak sempat menemani persalinan Insani tapi sudah dikabari bayinya meninggal.
Jenazah bayi itu pun sempat ditempatkan di Ruang Bersalin Puskesmas Kecamatan Cilincing selama beberapa jam.

Dian memutuskan membonceng motor keponakannya dan di tengah jalan mogok saat melintas di Jalan Akses Marunda.
Ia terpaksa berjalan kaki sementara keponakannya menuntun motor untuk mengisi bensin di SPBU terdekat.
Di video yang viral, Dian menutupi jenazah bayi laki-laki dengan beberapa lapisan kain.
"Saat itu dalam keadaan macet, di perempatan KBN motor mogok karena kehabisan bensin," ujar Dian kepada TribunJakarta.com, Rabu (18/9/2019).
"Saya jalan sampe pom bensin. Itu macet banget saya jalan pelan-pelan," Dian menambahkan.
Ketika menyeberang ke arah pom bensin, Dian bertemu dengan tiga polisi yang tengah mengatur lalu lintas.
Salah satu polisi mendapati jenazah bayi yang digendong Dian, lalu bertanya siapa bayi itu.
Dian menjawab, bayi laki-laki itu adalah cucunya yang baru saja meninggal dunia.

Ia mengaku akan membawa bayi itu ke rumahnya untuk segera dikuburkan.
"Pas saya nyebrang, pas mau belok ke kanan ada pak polisi."
"Dia tanya, ini siapa, ini yang meninggal, ini cucu saya. Baru meninggal," jelas Dian.
Polisi yang bertanya adalah Kapolsubsektor KBN Marunda Aiptu I Wayan Putu Sumerta.
Akhirnya Aiptu I Wayan mengendarai mobil dan mengantar Dian yang membawa jenazah cucunya ke rumah duka.
Aiptu I Wayan sempat lama mengobrol di rumah duka. Dian tiba di rumahnya sekitar pukul 17.30 WIB.
Jenazah bayi itu baru dimakamkan sekitar selepas salat Isya di TPU Malaka.
Dapat Uang untuk Beli Nisan
Dian mengaku mendapatkan uang Rp 200 ribu dari Aiptu I Wayan. Uang itu sangat berharga untuk membeli nisan buat cucunya.
"Setelah diantar itu polisinya sempat lama ngobrol di sini," ujar Dian di rumahnya, Kampung Malaka I, RT 07/RW 12 Rorotan, Cilincing.
"Sebelum pulang saya dikasih uang, dikasih Rp 200 ribu buat bantu gitu," Dian menambahkan.
Setelah diberi uang, Dian sangat terharu. Apalagi kondisi keuangannya saat ini sedang surut dan dirinya sedang tidak bekerja.
Nisan kayu seharga Rp 170 ribu pun berhasil dibeli Dian. Ia juga memberi nama jenazah bayi itu Andi Saputra atas kemauannya sendiri.
"Saya waktu itu nggak pegang uang sama sekali. Dapat dari pak polisi langsung saya bikinin nisan untuk cucu saya," kata Dian.
Tak Ditawari Ambulans
Dian mengaku tak mendapatkan tawaran secara eksplisit dari pihak Puskesmas Kecamatan Cilincing agar dibawa menggunakan mobil jenazah sampai ke rumah duka.
Selain itu, karena buru-buru, Dian memutuskan untuk membawa jenazah membonceng motor yang dikendarai oleh keponakannya.
"Emang dari Puskesmas sih terus terang nggak ada (tawaran mobil jenazah), " ujar Dian.
"Cuman karena keponakan saya udah nunggu di bawah, saya kan ditanya ibu naik apa di sana, ada keponakan saya naik motor," kata Dian.
Sebelum membawa jenazah cucunya menggunakan motor, Dian menerima surat kematian dari pihak Puskesmas.
Kemudian, dokter berpesan supaya menunjukkan surat itu apabila Dian disetop polisi di tengah jalan.
"Nanti kalau ada kendala atau tilang dari polisi ibu tunjukkan aja ini, bahwa ini ada surat dari dokter tunjukkin aja," begitu ucap dokter Puskesmas seperti ditirukan Dian.
Meski tak menggunakan mobil jenazah, Dian mengaku tak mempermasalahkan Puskesmas Kecamatan Cilincing.
Dian malah berterima kasih upaya Puskesmas yang menangani anaknya selama persalinan.
Kepala Puskesmas Kecamatan Cilincing, Edison Saputra mengatakan, standar operasional puskesmas menyatakan mobil jenazah bisa diberikan setelah pasien mengurusi surat-surat kematian.
Setelah itu, pasien mesti menunggu mobil jenazah tersedia. Namun, kemarin, diklaim Edison, Dian memang terburu-buru sehingga tak mau menunggu mobil jenazah.
"Kan kalau ada yang meninggal itu SOP nya ditunggu dulu dua jam, jadi masuk ditransit sambil menunggu surat-surat kematiannya."
"Nah ditanyain kalau ambulans ditunggu dulu dua jam dia bilang enggak bisa," kata Edison kepada wartawan.
Edison menambahkan, mobil jenazah tidak tersedia di Puskesmas Kecamatan Cilincing karena pengurusannya berada di Suku Dinas Pertamanan dan Pemakaman.
"Itu ada nomor teleponnya, cuma memang menunggu sebentar, tapi dia enggak mau, maunya dia buru-buru kata dia begitu, langsung jalan aja kata dia begitu," tutup dia.