Tim Selamatkan Dua Orang Utan dari Kebakaran Hutan di Ketapang, Ada Bekas Peluru di Kepala

Dua orang utan berhasil diselamatkan dari Desa Sungai Awan Kiri, Kecamatan Muara Pawan, Kabupaten Ketapang, Senin (16/9/2019).

Editor: Suharno
Sosok.id Kolase gambar dokumentasi IAR Indonesia via Kompas.com
Orang utan yang diselamatkan IAR Indonesia dari kebakaran hutan dan lahan di Ketapang. 

TRIBUNJAKARTA.COM - Dua orang utan berhasil diselamatkan dari Desa Sungai Awan Kiri, Kecamatan Muara Pawan, Kabupaten Ketapang, Senin (16/9/2019).

Para penyelamat adalah tim gabungan dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat Seksi Konservasi Wilayah (SKW) 1 Ketapang bersama Yayasan IAR Indonesia.

Kedua orang utan ini terdiri dari 1 orangutan jantan yang diberi nama Bara dan 1 orangutan betina yang diberi nama Arang.

Keduanya diperkirakan berusia sekitar 20 tahun.

Kedua orang utan ini awalnya ditemukan berada di atas pohon di tengah lahan yang sudah terbakar oleh staf IAR Indonesia yang sedang melakukan patroli kebakaran.

"Melihat kondisi hutan di sekitar orang utan yang sudah habis terbakar, IAR Indonesia memutuskan untuk segera mengevakuasi orangutan ini," kata Ketua Yayasan IAR Indonesia, Tantyo Bangun, melalui keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Rabu (18/9/2019).

Tim penyelamat kemudian bergerak cepat.

Dalam tempo kurang dari 1 jam, kedua orangutan itu sudah dibius dan segera diamankan di dalam kandang transportasi.

Addie MS Ingin Bertemu Fingerstyle Alip Ba Ta, Sosok Alief Gustakhiyat dan Pekerjaannya

Presenter Cantik Olla Ramlan Kecelakaan Ditabrak Taksi Online, Sang Pelaku Malah Ketiban Rezeki

HASIL PMCO Fall Split SEA League Hari Kedua, Bigetron ke Puncak Klasemen Geser Tim Thailand

Setengah Anggota DPRD Kota Depok Gadaikan SK-nya ke Bank, Pinjaman Hingga Ratusan Juta Rupiah

Ada bekas peluru senapan angin

ILUSTRASI - Orangutan di Tanjung Puting, Kalimantan
ILUSTRASI - Orangutan di Tanjung Puting, Kalimantan (Nanosanchez/Wikipedia)

Ketika diselamatkan, kondisi kedua orang utan ini mengalami dehidrasi.

Bahkan ditemukan juga peluru senapan angin di muka salah satu orang utan ini.

Penyelamatan orang utan di tengah lahan yang terbakar ini menjadi bukti nyata bahwa kebakaran hutan dalan lahan dalam skala sebesar ini turut mengancam eksistensi keanekaragaman hayati termasuk orangutan.

"Orangutan, yang selama ini sudah menghadapi ancaman perburuan dan pembukaan lahan, sekarang harus juga menghadapi ancaman kebakaran," ucap dia.

Tantyo melanjutkan, penyelamatan orangutan kali ini hanya permulaan.

Berdasarkan pengalaman, dalam kasus kebakaran hutan pada 2015, efek kebakaran ini akan terasa bahkan sampai 1 tahun pascakebakaran.

"Akan banyak sekali orangutan yang kehilangan rumahnya akibat kebakaran ini. Hal ini akan memicu gelombang besar penyelamatan orang utan," kata dia.

Pada 2015, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan Yayasan IAR Indonesia menyelamatkan lebih dari 40 orangutan.

Kementerian LHK dan Yayasan IAR Indonesia serta pusat penyelamatan orangutan lainnya bisa kewalahan menghadapi gelombang ini jika terus terjadi.

"Efeknya akan panjang dan tingkat kerentanan orangutan terhadap kepunahan akan semakin besar," ujar dia.

Jalani perawatan observasi

Saat ini, kedua orang utan ini masih menjalani observasi dan perawatan lebih lanjut di Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi Orangutang IAR Indonesia di Ketapang.

Pemeriksaan lebih lanjut diperlukan untuk memastikan kondisi kesehatan mereka karena keduanya merupakan orang utan liar yang sudah menguasai kemampuan hidup di alam bebas dan tidak lagi memerlukan rehabilitasi.

"Kedua orangutan ini akan ditranslokasikan ke tempat yang lebih aman setelah lolos pemeriksaan kesehatan oleh tim medis IAR Indonesia," ucap dia.

Sementara itu, Taman Nasional Gunung Palung (Tanagupa) dianggap tempat yang cocok untuk mentranslokasikan kedua orang utan ini berdasarkan hasil survei.

Tingkat keanekaragaman pakan orang utan di dalam kasawan Gunung Palung cukup tinggi dan status kawasannya sebagai taman nasional akan lebih menjamin kesalamatan orangutan dan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya.

Terima 7 laporan

Anak orangutan diamankan di Kantor Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau Pekanbaru untuk dirawat, Rabu (26/6/2019) malam. Sehari sebelumnya, Bea Cukai Dumai berhasil menggagalkan penyelundupan sejumlah satwa dilindungi yang hendak dibawa dari pelabuhan rakyat di Dumai ke Malaysia, yaitu tiga ekor anak orangutan, dua ekor monyet ekor panjang albino, satu ekor siamang dan satu ekor binturong. Seluruh satwa itu akan dijual dengan harga Rp 1,4 milyar lebih. Dua orang pengangkut satwa itu turut ditangkap dalam kasus tersebut. TRIBUN PEKANBARU/THEO RIZKY
Anak orangutan diamankan di Kantor Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau Pekanbaru untuk dirawat, Rabu (26/6/2019) malam. Sehari sebelumnya, Bea Cukai Dumai berhasil menggagalkan penyelundupan sejumlah satwa dilindungi yang hendak dibawa dari pelabuhan rakyat di Dumai ke Malaysia, yaitu tiga ekor anak orangutan, dua ekor monyet ekor panjang albino, satu ekor siamang dan satu ekor binturong. Seluruh satwa itu akan dijual dengan harga Rp 1,4 milyar lebih. Dua orang pengangkut satwa itu turut ditangkap dalam kasus tersebut. TRIBUN PEKANBARU/THEO RIZKY (TRIBUN PEKANBARU/TRIBUN PEKANBARU/THEO RIZKY)

Menanggapi hal ini, Kepala Balai Tanagupa, M Ari Wibawanto, mengatakan, adanya 7 individu orangutan yang terdampak kebakaran hutan dan lahan di landskap Sungai Putri-Gunung Palung.

"Balai Tanagupa telah menyiapkan beberapa tempat untuk lokasi translokasi," kata Ari.

Dia menyebut, ada 3 lokasi di kawasan Tanagupa yang dapat menjadi lokasi translokasi yaitu Batu Barat, Riam Bikinjil, dan Daun Sandar.

Berkaitan dengan Bara dan Arang, 2 orang utan yang telah diselamatkan tentu akan dipastikan dulu kondisi kesehatannya sehingga keduanya siap untuk ditranslokasi.

Amankan tempat rehabilitasi

Karmele Llano Sanchez, Direktur IAR Indonesia, menambahkan, sudah waktunya mengatasi masalah kebakaran yang bukan hanya mengancam manusia dengan menimbulkan penyakit dan mengganggu aktivitas anak-anak yang tidak bisa bersekolah karena bahaya dari asapnya.

Kebakaran hutan dan lahan ini juga menjadi ancaman orangutan, paling utama di Kalimantan Barat.

"Jika kita tidak ada upaya untuk mengatasi permasalahan ini, populasi orangutan akan semakin terancam,” ujar Karmele.

Mereka mengaku sudah hampir dua bulan ini bekerja keras untuk mengamankan tempat rehabilitasi dari kebakaran, tetapi pekerjaan untuk menyelamatkan semua orangutan yang terancam akibat kebakaran baru saja mulai.

"Dengan kerja sama tim dari Tanagupa, BKSDA Kalbar dan Yayasan IAR Indonesia kondisi lebih buruk kedua orangutan ini dapat dihindari,” ujar dia.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Kisah Bara dan Arang, Orangutan di Atas Pohon di Lahan Terbakar
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved