Penangkapan Terduga Teroris

Rekam Jejak Terduga Teroris Bekasi: Sang Guru Berstatus Pengantin Baru dan Saksi Parpol Pilpres 2019

Densus 88 Antiteror menciduk seorang terduga teroris berinisial ASH (26) disebuah rumah kontrakan di RT 007/002, Kelurahan Aren Jaya, Bekasi Timur.

TRIBUNJAKARTA.COM/YUSUF BACHTIAR
Lokasi penggrebekan terduga teroris di Tambun Utara, Bekasi. 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Yusuf Bachtiar

TRIBUNJAKARTA.COM, BEKASI TIMUR - Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror menciduk seorang terduga teroris berinisial ASH (26) disebuah rumah kontrakan di RT 007/002, Kelurahan Aren Jaya, Bekasi Timur, Kota Bekasi, pada Senin, (23/9/2019) lalu.

Denny Suwarto ketua RT setempat menurutkan, tidak banyak tetangga sekitar yang kenal dengan keseharian ASH.

Hal ini lantaran pria berusia 26 tahun tersebut dikenal pendiam dan jarang bersosialisasi di lingkungan tempat tinggalnya.

Namun, beberapa infomasi tetang ASH rupanya banyak diketahui dari orangtuanya yang tinggal seatap.

Keluarga ini, menurut Denny, sudah tinggal dilingkungannya cukup lama lebih dari lima tahun.

"Kalau orangtuanya saya kenal, karena sudah lama tinggal di sini, keluarganya baik tetangga sini enggak ada yang nyangka kalau anaknya terlibat kaya begitu," kata Denny saat dijumpai TribunJakarta.com beberapa waktu lalu.

Bekerja Sebagai Guru

Denny Suwarton ketua RT 007/002, Kelurahan Aren Jaya, Bekasi Timur, Kota Bekasi kediaman terduga teroris ASH (26).
Denny Suwarton ketua RT 007/002, Kelurahan Aren Jaya, Bekasi Timur, Kota Bekasi kediaman terduga teroris ASH (26). (TribunJakarta.com/Yusuf Bachtiar)

Denny mengungkapkan, ASH diketahui bekerja sebagai guru di salah satu sekolah di daerah Babelan Bekasi.

Setiap hari, ia beraktivitas pagi hari dan pulang sore hari laiknya orang pada umumnya.

"Sehari-hari dia kerja ngajar, tapi enggak tahu di mana, berangkat pagi pulang sore setiap hari gitu aja kerjaannya," kata Denny.

ASH jarang mengikuti kegiatan lingkungan atau hanya sekedar bersosialisasi dengan warga maupun pemuda sekitar.

ASH lebih sering berada di dalam rumah atau bergaul di luar lingkungan tempat tinggalnya.

"Kalau anaknya emang jarang keluar, anak muda sini juga belum tentu kenal sama dia, tapi kalau orangtuanya baik sama tetangga juga hubungan baik-baik aja enggak pernah berbuat macem-macem," jelas dia.

Dari cerita kedua orangtuanya lanjut Denny, ASH belakangan memang kerap keluar pada malam hari.

Namun, aktivitas itu diketahui sekedar menghadiri sebuah pengajian di daerah Babaelan.

"Pulang pagi beberapa hari kalau kata orangtuanya, bilangnya ngaji tapi enggak tahu ngaji apa, orangtuanya juga enggak tahu apa-apa," jelas dia.

Pernah Jadi Saksi Parpol Saat Pilpres 2019

lokasi pasangan suami istri terduga teroris Cianjur digerebek
lokasi pasangan suami istri terduga teroris Cianjur digerebek (Kompas.com/Dean Pahrevi)

Keseharian ASH memang jarang terlihat aktif di lingkungan masyarakat, kegiatan pemuda berusia 26 tahun ini terakhir kali yang paling diingat Denny adalah, ketika dia terlibat dalam pesta demokrasi lima tahunan sebagai saksi parpol Pilpres 2019.

"Kalau kegaiatan lain enggak pernah ikut, cuma itu aja jadi saksi pas Pilpres kemarin, ada salah satu parpol pokoknya di TPS dekat rumah," kata Denny.

Baru menikah Sekitar Tiga Bulan Lalu

Lokasi kontrakan pasutri terduga teroris di Kampung Rawakalong Poncol, Desa Karangdatria, RT02/04, Kecamatan Tambun Utara, Kabupaten Bekasi.
Lokasi kontrakan pasutri terduga teroris di Kampung Rawakalong Poncol, Desa Karangdatria, RT02/04, Kecamatan Tambun Utara, Kabupaten Bekasi. (TRIBUNJAKARTA.COM/Yusuf Bachtiar)

Denny selaku ketua RT setempat mengatakan, terduga teroris ASH diketahui baru menikah sekitar tiga bulan lalu.

Ia menikah oleh seorang gadis asal Lampung dan melangsungkan resepsi pernikahan di kampung halaman istrinya.

"Orang sini enggak ada yang diundang karena nikahnya di Lampung, cuma saya tahu udah nikah karena tinggal bareng disinikan, jadi dia tinggal berempat orangtuanya, istri, sama dia (ASH), dia anak satu-satunya," jelas Denny.

Diamankan Tanpa Perlawanan

ASH diringkus Densus 88 sekitar pukul 07.00 WIB, terdapat kurang lebih lima orang anggota yang menjemputnya di rumah kontrakan. Proses penangkapan dilakukan secara singkat dan tanpa perlawanan.

"Kejadiannya kemarin sekitar jam 07.00 pagi, cepat enggak ada perlawanan Densus datang ke rumah saya dulu abis itu langsung ke rumah itu (terduga) langsung di bawa pakai mobil," kata Denny.

Sinopsis Drama India SILSILA Episode 43, Rabu 25 September 2019: Perilaku Misti Buruk Kepada Mauli

2 Hari Cincin Tak Bisa Lepas, Bocah Kelas 1 SD Datangi Pemadam Kebakaran Jaktim Sebelum Sekolah

Berasal dari Kampung, Vicky Prasetyo Bangga Pernah Nikahi 6 Wanita Bule Cantik dari 6 Negara

Sinopsis Ishq Mein Marjawan, Rabu 25 September 2019: Meski Disakiti, Arohi Sadar Tetap Cinta Deep

Berikut Data Sementara Mahasiswa UIN Jakarta Terluka Saat Aksi di DPR RI

Adapun saat ditangkap, ASH dibawa menggunakan mobil oleh Densus 88, selain itu, sejumlah barang bukti seperti buku-buku dan tas kecil disita dari dalam rumah terduga teroris.

Saat penangkapan berlangsung, keluarga berada di rumah dan hanya bisa menyaksikan putranya diringkus Densus 88.

"Kalau pas geledah saya kebetulan melihat sendiri, semua isi rumah diperiksa Densus, ada lebih 5 orang yang geledah bawa senjata lengkap ada yang berseragam ada yang pakaian preman," jelas dia.

Dikenal Tertutup

Karmen (36), warga yang mengontrak bersebelahan dengan pasutri terduga teroris mengatakan, selama tinggal bertetangga, dia tidak pernah berbincang atau mengetahui secara personal.

"Saya kurang kenal baru sebulan disini, tinggal berdua aja suami istri," kata Karmen kepada TribunJakarta.com.

Pasutri ini sangat tertutup, keseharian mereka lebih sering dilakukan di dalam kontrakan. Sejak pertama kali pindah, mereka juga tidak pernah mengenalkan diri kepada tetangga samping atau depan rumah kontrakan.

"Jarang keluar, paling suaminya aja kalau solat jumat ke masjid, sama ke warung aja, keluar aja ada saya juga enggak negor (menyapa) lewat aja," jelas dia.

Saking tertutupnya, aktivitas seperti menjemur pakaian juga dilakukan malam hari, bahkan mereka selama tinggal jarang sekali beraktivitas keluar rumah meski menurut infomasi warga, suaminya mengaku bekerja di sebuah perusahaan.

"Enggak pernah ngobrol tapi kalau kata orang-orang sini ngakunya kerja, tiap pagi cuma saya enggak pernah liat dia berangkat kerja," jelas dia.

Warga Curiga

Karmen (36), tetangga yang mengontrak berselahan dengan terduga teroris mengatakan, sebelum operasi penangkapan, dua hari lalu ia kerap melihat sejumlah orang yang tidak dikenal melintas di sekitaran kontrakan.

"Udah dari kemarin ada orang, dua hari ini udah ada orang mondar-mandir, mulai curiga, biasanya enggak pernah lewat sini, bawa motor, mukanya lihat ke sini mulu, dari hari sabtu-lah itu kira-kira," kata Karmen kepada TribunJakarta.com.

Selanjutnya, malam hari sebelum kejadian, orang yang sama juga masih terlihat melintas di sekitaran rumah kontrakannya. Saat itu, dia tidak menegur atau mencari infomasi lebih lanjut tentang keberadaan orang-orang tersebut.

"Badannya besar-besar pakai baju biasa, saya pikir bank keliling (rentenir)," ungkap Karmen.

Hal yang sama diungkapkan Nyai (54), warga yang tinggal di depan rumah kontrakan pasutri terduga teroris membenarkan perihal keberadaan orang-orang yang mengintai sebelum aksi penangkapan.

"Dari malem polisi sudah muter-muter bae, dari kemarin lah. Malem muter lagi, nanyain rumah pak RT," jelas dia.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved