Demo di Jakarta

Terkejutnya Rektor IPB Tahu Dosen AB Simpan Bom Molotov, Rencana Datangi Polda Metro Jaya Malam Ini

Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Arif Satria terkejut mendengar ada dosen IPB diciduk oleh polisi atas dugaan menyuruh membuat bom molotov.

Editor: Y Gustaman
Kompas.com/Kompas.com/Ardito Ramadhan D
Rektor Institut Pertanian Bogor Arif Satria menyampaikan dukungan terhadap KPK di Gedung Merah Putih KPK, Selasa (10/9/2019). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono

TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Arif Satria terkejut mendengar ada dosen IPB diciduk oleh polisi atas dugaan menyuruh membuat bom molotov.

Dosen IPB yang dimaksud berinsial AB. Ia ditangkap Densus, Polda Metro Jaya, Polres Metro Tangerang bersamaan dengan 5 terduga pelaku lain, yakni SG, YF, AU, OS dan SS.

Keenam terduga pelaku berencana meledakkan bom molotov dengan memanfaatkan massa Aksi Mujahid 212 Selamatkan NKRI yang berunjukrasa di sekitar Monas, Sabtu (28/9/2019) sore.

Namun, keenamnya keburu tertangkap di Jalan Maulana Hasanudin, Cipondoh, Kota Tangerang, Sabtu dini hari WIB.

AB ditangkap saat keluar dari rumah SS di Perum Taman Royal 2, Jalan Hasyim Asyari, Kota Tanggerang. 

"Saya terkejut sekali dengan berita tersebut," kata Arif saat dihubungi wartawan di Jakarta, Minggu (29/9/2019).

Menurut informasi yang didapat, AB berperan menyuruh membuat bahan peledak sejenis bom molotov dan
menyimpannya di rumahnya.

Arif mengaku Minggu malam ini akan mendatangi Polda Metro Jaya untuk melihat AB yang ditangkap di Kota Tangerang.

"Malam ini saya menjenguk beliau di Polda Metro Jaya dan berkoordinasi dengan Polda Metro Jaya," ujar Arif.

Peran 6 Terduga Pelaku

Data yang dihimpun Warta Kota, pelaku AB merupakan aktor intelektual dalam rencana ini. AB tercatat sebagai dosen perguruan tinggi negeri di Jawa Barat.

"Dari semua yang ditangkap, masing-masing memiliki peran," ucapnya.

AB berperan menyuruh membuat bahan peledak jenis bom.

Sebanyak 29 bahan peledak jenis bom molotov pun disita polisi dari lokasi penangkapan.

"Mereka ditangkap di Perumahan Taman Royal 2 Cipondoh. Itu rumahnya pelaku berinisial SS," kata Rachim.

Sedangkan SS berperan memberikan bom molotov tersebut kepada OS.

SS juga menentukan target dan selaku koordinator aksi untuk membuat huru-hara.

Sementara pelaku SG merakit bom tersebut. Ia juga mempersiapkan massa perusuh untuk masuk dalam Aksi Mujahid 212.

Sedangkan pelaku YF dan AU memiliki peran yang sama. Keduanya sebagai eksekutor.

Pada Sabtu pagi sampai sore, massa Aksi Mujahid 212 Selamatkan NKRI berunjukrasa di sekitar Masjid Istiqlal hingga Bundaran Hotel Indonesia.

Dalam orasinya, orator dari atas mobil komando bertanya kepada massa soal kesejahteraan rakyat selama di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi.

"Hidup kita tambah baik atau tambah susah di zaman Jokowi?" ujar sang orator dari atas mobil komando.

"Susah," teriak massa seragam.

Hingga pukul 12.00 WIB massa bergerak ke Masjdi Istiqlal untuk salat Zuhur berjemaah.

Saat bergerak mengikuti mobil komando, orator juga berseru agar Presiden Jokowi mundur.

"Mundur mundur mundur Jokowi, mundur Jokowi sekarang juga," katanya.

Massa Aksi Mujahid 212 Selamatkan NKRI tak jadi merangsek ke depan Istana Merdeka karena Jalan Merdeka Barat telah ditutup dengan kawat berduri.

Mereka pun hanya berorasi di sekitar Patung Arjuna Wiwaha atau Patung Kuda. 

Menjelang petang, massa aksi membubarkan diri dengan tertib untuk pulang ke rumah masing-masing. Sepanjang aksi berlangsung damai.

SG Si Perakit Ingin Nikah

SG satu dan enam oknum terduga pelaku yang ingin membuat huru-hara.

Wartawan TribunJakarta.com sempat mendatangi alamat SG sesuai KTP-nya di Kelurahan Kayu Putih, Pulogadung, Jakarta Timur, Minggu (29/9/2019). 

Berdasarkan penurutan warga setempat, SG hanya menumpang alamat warga berinisial DS.

Mulanya, DS enggan memberikan namun atas desakan kerabatnya, SG bisa membuat KTP.

Secara identitas SG tercatat sebagai warga RT 06/RW 05 Kelurahan Kayu Putih, Kecamatan Pulogadung.

Menurut istri Ketua RT 06, SG meminjam alamat DS karena ingin segera menikah di Jakarta.

"Minjam alamat karena mau nikah di Jakarta, kalau sama Bu DS sebenarnya enggak saling kenal, saudara juga bukan," ujar ibu RT.

"Tapi saya enggak tahu istrinya orang mana," ia menambahkan.

Sejak awal 2017 saat meminjam alamat DS, SG yang mengaku bekerja di satu kios handphone di ITC Cempaka Mas mengaku ingin menikah.

Alasan lain dia butuh tercatat sebagai warga DKI Jakarta karena SG hendak membeli Rumah DP 0 rupiah yang diperuntukkan bagi suami istri warga DKI.

"Mau beli rumah DP 0 rupiah, kan syaratnya harus yang sudah nikah. Makannya buru-buru mau nikah."

"Kalau mengurus keperluan bikin KTP dan nikah kadang suka bawa calon istrinya," beber bu RT.

Selama ini SG tak pernah bermalam di rumah DS.

"Sekitar tiga minggu lalu SG ke sini, katanya mau urus surat keperluan nikahnya. Tapi saya engga tahu persis, suami saya yang nemuin," tuturnya.

Ketikan berkunjung ke rumah Ketua RT 06 guna mengurus keperluan pernikahan, SG selalu datang malam.

Bila tak ditemani calon istrinya, SG datang bersama seorang teman laki-laki yang tak pernah ikut masuk ke rumah Ketua RT 06 itu.

"Sampai sekarang SG belum menikah, keperluan administrasinya seperti ada yang kurang."

"Saya enggak tahu kalau SG ditangkap, apalagi warga lain yang enggak pernah ketemu SG," lanjut istri Ketua RT 06.

Di matanya, SG sosok sederhana dan gemar bercanda saat berbincang.

Dia tak menyangka SG diamankan polisi karena diduga ikut membantu merakit bahan peledak dan merancang huru-hara memanfaatkan momentum Aksi Mujahid 212 Selamatkan NKRI.

"Orangnya biasa saja, enggak ada aneh-aneh atau bagaimana. Kalau diajak becanda ya mau saja, kalau teman sama calon istrinya juga biasa saja," ucap dia.

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved