Batik Tirta Suci, Motif Asli Kota Tangerang Butuh Dukungan Pemerintah

Batik Tirta Suci merupakan batik Khas Kota Tangerang yang mempunyai motif berbentuk aliran air dan anggrek-anggrek yang berada di sudut kain

Penulis: Ega Alfreda | Editor: Muhammad Zulfikar
TribunJakarta.com/Ega Alfreda
Batik Tirta Suci, motif batik asli Kota Tangerang yang diproduksi di kawasan Kecamatan Larangan, Kota Tangerang, Rabu (2/10/2019). 

"Kebetulan ini yang ada warnanya hanya ungu saja. Harusnya Batik Tirta Suci ini ciri khasnya berwarna biru karena coraknya kan sebagian besar air. Tapi bisa dimodifikasi," ungkap Zul.

Kapolri Besuk Polisi yang Jadi Korban Demo DPR di RS Polri

Tinggalkan Lechia Gdansk, Egy Maulana Vikri Antusias Ikuti TC Timnas Indonesia U-23

Batik yang sebagian besarnya dibuat menggunakan tangan tidak menggunakan alat cetak tersebut ternyata memiliki arti yang mendalam.

Tirta Suci sendiri diartikan sebagai aliran sungai yang terus bergerak tidak pernah berhenti.

Dapat diartikan sebagai Kota Tangerang yang selalu bergerak dan berkembang tidak berhenti di satu titik saja.

"Air itu bagaimana pemerinta bisa dari atas ke bawah menyentuh masyarakat bawah nah itu digambarkan dengan air dari atas ke bawah," tutur Zul.

Kemudian anggrek yang terletak di sudut-sudut batik melambangkan bahwa masyarakat Kota Tangerang dapat beradaptasi dari segala kondisi juga tangguh menghadapi segala cobaan.

"Layaknya anggrek ya yang bisa bertahan disegala cuaca, bisa bertahan hidup dan terus berkembang bagaimana juga cuacanya," kata Zul.

Batik Tirta Suci sendiri sudah diproduksi dalam berbagai motif modifikasi dan gabungan dari beberapa motif yang sudah ada sebelumnya.

Dari warna hingga motif, Batik Tirta Suci sudah banyak dimodifikasi agar tidak kaku dan bisa terus berkembang.

"Batik ini sendiri (Tirta Suci) sudah kita kembangkan dan modifikasi secara bertahap, tapi tetap untuk motif dasarnya kami tekankan," sambung Zul.

Ia menerangkan semua batik yang diproduksi di sanggarnya terutama batik Tirta Suci sebagian besar dilukis secara manual oleh delapan pegawainya yang merupakan warga Larangan, Kota Tangerang.

Namun, untuk beberapa kejadian seperti pesanan dalam jumlah banyak, sanggar Batik Kembang Mayang menggunakan mesin cetak karena mengejar waktu produksi.

"Kalau bisa kami kerjakan tangan kami kerjakan manual karena estetikanya di situ, tapi kalau jumlah banyak dan cepat kami pake cetak. Karena kalau manual itu paling cepat bisa dua bulan tergantung motifnya juga," ungkap Zul.

Dikesempatan yang sama, Koordinator Sanggar Batik Kembang Mayang, Farah mengatakan, per dua meter batik Tirta Suci yang ia buat rata-rata mempunyai harga sampai Rp 565 ribu.

"Tergantung motif pesanan, kan bisa makan waktu dan tenaga juga kalau semakin ribet. Tapi rata-rata kalau saya itu jual per dua meter sampai Rp 565 ribu. Kan kembali lagi sama si pelukisnya," tutur Farah.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved