Kesedihan Maspupah saat Mendapat Kabar Meninggalnya Sang Anak, 'Anak Saya Berangkat Masih Sehat'
Yadi, yang bekerja sebagai juru parkir di Pasar Tanah Abang, juga sempat makan bareng ketiga adiknya di rumah seluas 3x4 meter
Penulis: MuhammadZulfikar | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Namun, Maspupah menilai ada kejanggalan pada kematian anaknya.
Ia menduga Yadi mendapat penganiayaan sebelum tewas.
"Saat dimandikan jenazahnya keluar darah dari hidung, kupingnya juga. Punggungnya biru-biru," ujarnya.
Menurut pengakuannya, darah tersebut masih mengucur dari hidung dan kuping jenazah Yadi saat akan dimakamkan.
Maspupah pun sempat menunjukkan foto yang menunjukkan kain kafan sebagai pembungkus jenazah Yadi berlumuran darah.
Ia sempat bertanya kepada seorang Polisi perihal kejanggalan yang dirasakannya.
"Polisi bilang itu karena penyakit asmanya," ucap Maspupah.
Ibu jadi tulang punggung
Maulana Suryadi alias Yadi (23), warga Kebayoran Lama Jakarta Selatan, tewas seusai demonstrasi pelajar di Gedung DPR RI.
Sepeninggal Yadi yang berprofesi sebagai juru parkir di Pasar Tanah Abang, sang ibu Maspupah kini menjadi tulang punggung keluarga.
Perempuan berusia 51 tahun itu harus menghidupi ketiga adik Yadi yang masih remaja.
Suami Maspupah juga telah meninggal dunia.
Tadinya, ketika Yadi masih hidup, segala kebutuhan sehari-sehari ditanggung berdua.
"Misalnya kontrakan. Sewa per bulannya kan Rp 800 ribu. Saya Rp 400 ribu, Yadi Rp 400 ribu," kata Maspupah saat ditemui di rumah kontrakannya di Jalan Abdullah, Cidodol, Kebayoran Lama, Kamis (3/10/2019).
Sebelum tewas, Yadi ditangkap Polisi lantaran dianggap sebagai salah satu perusuh pada demonstrasi di sekitar Gedung DPR.