Datang Terlambat Berujung Maut, Siswa SMP di Manado Ngadu Kelelahan Saat Lari Keliling Lapangan
Terungkap Fanly sempat minta istirahat karena kelelahan, sang guru tak mengizinkan.
Penulis: Siti Nawiroh | Editor: Siti Nawiroh
Pihak keluarga tak menerima kejadian tersebut dan sudah melaporkan ke pihak berwajib.
Menurut pengakuan Julian, kakak Fanly pernah mendapatkan perlakuan serupa dari guru tersebut.
"Kami tidak menerima ini. Apalagi guru yang menghukum anak saya Fanly, pernah juga menghukum anak saya yang tua (Yulita) dengan mencubit sampai biru," ujarnya.
Sang ibu mengenang sosok Fanly, sang anak yang pendiam dan rajin ke sekolah.
• Disebut Punya Perasaan ke Atta Halilintar, Bebby Fey Senyum Tunjuk Melaney Ricardo: Aku Jujur Nih Ya
Setiap pagi, suaminya yang mengantar sang anak pergi menuntut ilmu.
"Anak saya itu pendiam dan rajin ke sekolah. Ke sekolah ayahnya yang selalu antar. Dia juga tidak ada sakit," cerita Julian dengan mata berkaca-kaca.
Fanly adalah lulusan SD GMIM Kima Atas, Kecamatan Mapanget, Kota Manado.
Bocah 14 tahun ini lahir dan dibesarkan dari keluarga yang sederhana.
Sang ayah berprofesi sebagai petani, sedangkan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga.
Julian menceritakan saat dirinya mendengar kabar sang anak masuk rumah sakit.

Ia mengaku syok dan meminta pihak RS AURI memberikan pertolongan yang semaksimal mungkin kepada Fanly.
Namun kondisi Fanly yang sudah sangat kritis membuatnya harus dirujuk ke RS Kadou.
Tiba di rumah sakit, nyawa anak laki-laki Julian itu tak bisa diselamatkan.
Julian berharap kejadian ini tak terjadi lagi di sekolah lain dan meminta Dinas Pendidikan untuk lebih memberikan perhatian.
"Cukup anak saya yang mengalami kejadian seperti ini. Kepolisian agar mengusut tuntas kasus ini, agar pelaku bisa dihukum sesuai aturan," katanya.