Cerita Warga Pinggiran Gang Sekretaris: Puluhan Tahun Buang Hajat ke Kali di 21 WC

Pemandangan jomplang itu tak sulit ditemukan di tengah belantara beton Ibu Kota yang terus bertumbuh.

Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Wahyu Aji
TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS
Suasana permukiman padat yang membuang kotoran langsung ke Kali Gendong, Grogol Petamburan pada Selasa (8/10/2019). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas

TRIBUNJAKARTA.COM, GROGOL PETAMBURAN - Dibalik gedung pencakar langit, hotel berbintang hingga perumahan elite di Ibu Kota, masih banyak ditemukan kawasan permukiman padat penduduk yang kumuh.

Pemandangan jomplang itu tak sulit ditemukan di tengah belantara beton Ibu Kota yang terus bertumbuh.

Di wilayah Barat Jakarta, pemandangan kumuh itu bisa dilihat di Gang Sekretaris I RT 015 RW 007 Kelurahan Tanjung Duren Utara, Kecamatan Grogol Petamburan.

Suasana permukiman padat yang membuang kotoran langsung ke Kali Gendong, Grogol Petamburan pada Selasa (8/10/2019).
Suasana permukiman padat yang membuang kotoran langsung ke Kali Gendong, Grogol Petamburan pada Selasa (8/10/2019). (TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS)

Belakangan, gang sempit yang idealnya hanya bisa dilalui oleh satu pejalan kaki ini tengah menyedot perhatian publik.

Pasalnya, masih ada permukiman yang tidak memiliki septic tank sehingga air pembuangan dari WC rumah langsung mengalir ke Kali Gendong, yang berada di sampingnya.

Berharap Ibu Sembuh Jika Dirawat Malah Disuruh Petugas Medis Balik ke Rumah, Sabtu Dini Hari Wafat

Menantu Penyayang Mertua Ini Ingin Bawa Suwoto Berobat Tapi Tewas Kena Sabetan Senjata Tajam

Bisa dibayangkan limbah apa saja yang mengalir di atas Kali Gendong itu.

TribunJakarta.com mencoba menyusuri jalan setapak sepanjang Gang Sekretaris yang berdampingan dengan Kali Gendong.

Tak sedikit ibu-ibu tampak duduk di depan rumahnya dan menghiasi sekitaran gang.

Sebagian kaum pria terlihat mencuci motornya, ada pula yang sedang membuka kandang burung di gang yang sempit itu.

Ingar bingar gang tampaknya tak pernah sepi di kala siang bolong lantaran para pelajar kerapkali lalu lalang di jalan itu.

Mereka menuju sekolah yang berdekatan dengan Kali itu.

Suasana permukiman padat yang membuang kotoran langsung ke Kali Gendong, Grogol Petamburan pada Selasa (8/10/2019).
Suasana permukiman padat yang membuang kotoran langsung ke Kali Gendong, Grogol Petamburan pada Selasa (8/10/2019). (TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS)

Sementara bau tak sedap cukup menusuk hidung saat menyusuri gang itu.

Air yang mengalir di Kali Gendong itu, begitu sebagian warga menyebut nama kali itu, tampak keruh.

Banyak gumpalan hitam di permukaan kali ikut terbawa arus.

Tak sedikit juga "hajat" manusia yang ikut mengalir.

Walakin, warga yang tinggal di sana seakan tak terganggu dengan pemandangan itu.

Dapur dan Warung Bersebelahan dengan Hajat Mengambang

TribunJakarta melihat dapur milik salah satu warga tampak berada di luar rumah.

Terlihat kompor gas dengan beberapa alat masak berada dekat dengan Kali yang dipenuhi kotoran manusia itu.

Pemilik rumah, Yati (49) mengatakan dapur itu untuk keperluan memasak sehari-hari.

Tak jauh dari dapur milik Yati, terdapat warung yang memperjualkan aneka makanan ringan.

Usaha yang dimiliki Suwarti (54) ini juga menjual aneka minuman sachet.

Jarak warung dengan kali itu pun hanya beberapa langkah saja.

Suasana permukiman padat yang membuang kotoran langsung ke Kali Gendong, Grogol Petamburan pada Selasa (8/10/2019).
Suasana permukiman padat yang membuang kotoran langsung ke Kali Gendong, Grogol Petamburan pada Selasa (8/10/2019). (TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS)

Suwarti mengaku sejak 1998 tinggal di gang itu.

Dari awal tinggal di sana, air buangan dari WC langsung mengalir ke kali.

Ia seringkali mencium bau tak sedap bila air di kali mampet.

"Biasanya pagi, kalau air enggak nyala buat orang-orang nyuci, itu baunya kecium," terangnya kepada TribunJakarta.com pada Selasa (8/10/2019).

Warga lainnya, Ngatmini (50) mau tak mau harus beradaptasi dengan kondisi kali seperti itu.

Perantau asal Sragen, Jawa Tengah itu telah terbiasa dengan kondisi kali seperti itu.

Desakan kebutuhan hidupnya jauh lebih penting untuk dicukupi.

"Saya kerja buat cukupi hidup. Sementara suami saya juga kerja tapi di kampung. Awalnya bau, tapi makin lama udah terbiasa," ujar perempuan yang bekerja menjadi penjual sayur di pasar itu.

Limbah dari 21 WC mengalir langsung ke Kali

Ketua RT 015 RW 007, Mujur Sitanggang, mengatakan sebanyak 21 WC yang berada di permukimannya membuang langsung kotoran ke Kali Gendong.

Kotoran yang mengalir di Kali Gendong kemudian dibawa menuju Kali Sekretaris.

Pemerintah pun kemudian turun tangan untuk melakukan pembenahan terkait kondisi itu.

Nantinya, puluhan WC itu akan dibuatkan pipa paralon yang akan disambungkan ke sebuah oval septic tanc komunal.

Septic tank tersebut akan dibangun di sekitar permukiman itu.

Mujur Sitanggang mengatakan wacana pembangunan itu masih dalam tahap pembahasan dengan pemerintah terkait.

"Nantinya septic tank itu bisa menampung 4-5 wc," tandasnya.

Dalam buku Tenabang Tempo Dulu karya Abdul Chaer terbitan Masup Jakarta mengungkapkan bahwa kali di Jakarta di era tahun 1950-an masih bersih dan bening.

Bahkan saking beningnya, tak jarang warga menggunakannya untuk mencuci pakaian bahkan mandi, mengguyur sekujur tubuhnya dengan air kali.

Lambat laun, aliran kali yang mengalir di Jakarta telah menghitam bak air comberan.

Upaya untuk membersihkan kali seperti dahulu kala dari sampah belum menunjukkan titik terangnya hingga kini.

Ironisnya, bahkan masih ditemukan warga yang membuang hajat ke kali setiap hari.

Apalagi, itu telah berlangsung sejak puluhan tahun silam.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved