Pemred Tempo Bahas Sampul Jokowi 'Pinokio', Ali Ngabalin Tetiba Murka: Cederai Nama Besar Presiden!

Budi Setyarso memberikan klarifikasi terkait sampul majalah bergambar karikatur Presiden Jokowi dengan bayangan pinokio dalam edisi terbaru.

Penulis: Rr Dewi Kartika H | Editor: Siti Nawiroh
Youtube TV One
Budi Setyarso memberikan klarifikasi terkait sampul majalah bergambar karikatur Presiden Jokowi dengan bayangan pinokio dalam edisi terbaru 'Janji Tinggal Janji'. 

"Biarlah Allah yang menghukum kalian atas kejahatan tulisan yang mencederai presiden RI," kata Ali Ngabalin berapi-api.

"Sorry sebagai abdi dalamnya, saya harus mengatakan ini,"

"Kalian telah mencederai nama besar seorang presiden Jokowi, itu saja!"

"Tidak usah dibantah, sebagai kritik supaya kalian berubah,"

"Jangan memainkan kuasa media kalian, untuk mencederai orang lain,"

"Saya tersinggung atas nama rakyat Indonesia!" tambahnya.

Cita Citata Geram Dimaki Gila Oleh Music Director, Pihak Acara Ungkap Fakta Lain: Tolong Jangan Gitu

Tak terpancing emosi, Budi Setyarso menjelaskan paragraf tersebut dapat diartikan berbeda-beda.

Hal itu tergantung pada persepsi masing-masing pembaca.

SIMAK VIDEONYA:

Beberkan Perbedaan Wartawan dan Buzzer

Seorang wartawan senior Budi Setyarso menyatakan dengan tegas bahwa produk jurnalistik berbeda dengan produk dari para buzzer.

Budi Setyarso juga menyebut bahwa seorang jurnalis selalu melakukan kroscek sebelum melakukan rilis pada sebuah berita.

Hal itu dijelaskan Budi Setyarso pada acara Indonesia Lawyers Club yang tayang di tvOne.

Budi Setyarso menyebut bahwa jurnalis bekerja berdasarkan dengan standar tertentu.

Sehigga seorang jurnalis tidak bisa disamakan dengan seorang buzzer.

"Kalau kemudian itu ditujukan kepada pers, jurnalistik yang umumnya bekerja dengan standar-standar yang diatur oleh undang-undang," ucap Budi Setyarso, dikutip dari tayangan di kanal YouTube Indonesia Lawyers Club pada Selasa (8/10/2019).

Ia juga menjelaskan bahwa seorang wartawan atau jurnalis selalu melakukan verifikasi ataupun konfirmasi sebelum menerbitkan sebuah berita.

"Saya kira itu yang membedakan jurnalistik dengan media sosial," ucap Budi Setyarso.

Budi Setyarso juga menyebut bahwa seorang buzzer hanya mengunggah sebuah informasi tanpa adanya pengecekan ulang.

"Dalam hal ini buzzer ya mereka umunya informasi dicemplungkan tanpa verifikasi, dan kadang memang itu dilakukan untuk membentuk opini," ujar Budi Setyarso.

Bahkan Budi Setyarso memberikan sebuah contoh kabar yang beredar dengan luas beberapa waktu yang lalu.

Ia menyebut mengenai pemberitaan ambulans yang disebut membawa batu pada aksi unjuk rasa mahasiswa, Kamis (26/9/2019) lalu.

Pada kabar mengenai ambulans tersebut, para wartawan menyampaikan berita setelah adanya pengecekan melalui beberapa pihak.

"Katakanlah dalam kasus ambulans, itu kalau jurnalistik saya kira sebelum dirilis mereka akan melakukan kroscek dulu," jelas Budi Setyarso.

Hal itu dilakukan untuk mencari tahu kebenaran informasi yang kemudian akan dilanjutkan kepada publik.

Dengan begitu publik akan menerima sebuah informasi yang jelas.

Namun beberapa kali, kritik yang dibuat seorang jurnalis atau wartawan justru mendapat serangan dari berbagai pihak.

Bahkan sebuah produk jurnalistik mendapat serangan yang tidak pantas dari para buzzer.

Bagi Budi Setyarso, hal tersebut dapat sangat berbahaya bila terus terjadi.

"Saya kira itu yang akan membahayakan kita," ucap Budi Setyarso.

Kemudian Budi Setyarso menjelaskan manfaatnya sebuah pers yang independen.

Bahkan disebutnya pers independen sangat dibutuhkan untuk memajukan sebuah negara.

"Pers yang independen, pers yang bebas itu sangat bermanfaat buat kemajuan negara," ujar Budi Setyarso.

Ia juga menyebutkan peran pers dalam kemajuan sebuah negara.

Pers disebut ikut melakukan kontrol pada jalannya pemerintahan.

"Karena pers yang bebas memastikan media yang independen, itu memastikan pemerintah berjalan dengan baik, mereka terhindar dari korupsi begitu," jelas Budi Setyarso.

Budi Setyarso menyebut bahwa peran pers menjadi sangat penting terutama pada pers yang independen.

Karena itu lah, Budi Setyarso menegaskan bawah jurnalis dan buzzer adalah dua hal yang berbeda.

"Dan ini sangat membedakan dengan tugas dari tugas atau yang dilancarkan oleh kelompok buzzer itu Pak Karni," ucap Budi Setyarso. (TribunJakarta/Tribunwow)

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved