Penurunan Muka Tanah di Pademangan 1,5 Cm Per Tahun, di Penjaringan Bisa Sampai 12 Cm

Penurunan muka tanah di sekitar Jalan Tongkol, Pademangan, Jakarta Utara mencapai 1,5 sentimeter per tahunnya.

TribunJakarta.com/Gerald Leonardo Agustino
Kepala Balai Konservasi Air Tanah Raden Isnu Hajar Sulistyawan saat menunjukkan sumur pantau penurunan muka tanah, Kamis (17/10/2019). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Gerald Leonardo Agustino

TRIBUNJAKARTA.COM, PADEMANGAN - Penurunan muka tanah di sekitar Jalan Tongkol, Pademangan, Jakarta Utara mencapai 1,5 sentimeter per tahunnya.

Hal itu diketahui dari sumur pantau permukaan muka tanah yang ada di Balai Konservasi Air Tanah milik Kementerian ESDM yang berada di jalan tersebut.

Sumur berupa pipa besi tersebut ditanamkam sedalam 300 meter ke dalam tanah di salah satu titik dalam BKAT.

Pipa itu dilapisi penutup lain yang juga ditanam. Pada pipa itu, terdapat penanda yang menunjukkan rentang waktu penurunan muka tanah

Ada juga sebuah penggaris yang menunjukkan berapa penurunan muka tanah.

Penurunan muka tanah dapat dilihat dari penutup pipa yang terus-terusan menurun sejak dipasangnya pada tahun 1982.

Berdasarkan pengamatan di lokasi, penurunan muka tanah yang ditandai dari tahun 1990 sampai 2007 mencapai sekitar 30 sentimeter atau 1,5 sentimeter per tahunnya.

"Seperti yang ada di lingkungan ini, untuk data dari tahun 1990 sampai 2007, itu penurunan muka tanah rata-rata 1,5 sentimeter (per tahun)," kata Kepala Balai Konservasi Air Tanah Raden Isnu Hajar Sulistyawan di lokasi, Kamis (17/10/2019).

Penurunan muka tanah sebesar 1,5 sentimeter itu, lanjut Isnu, hana di sekitaran BKAT saja.

Besaran angka penurunan bisa beragam di lokasi-lokasi lainnya.

"Karena kondisi di wilayah yang berbeda tentunya berbeda. Kita kembangkan beberapa pemantauan juga di tempat lain dan masih menjadi proses untuk lebih mengetahui bagaimana prosesnya. Selain itu kita melakukan survey geodetik sebenarnya setiap tahun, kita melakukan pengukuran GPS untuk lebih kurang 200 titik di DKI Jakarta. Jadi di situ bisa diketahui mana yang mengalami penurunan," kata Isnu.

Isnu menyebutkan, di Jakarta Utara, ada satu wilayah yang mengalami penurunan muka tanah ekstirm, yakni di daerah Pluit, Penjaringan.

Berdasarkan interpretasi citra dan pengukuran geodetik tadi ada data yang mengatakan bahwa terjadi penurunan muka tanah sebesar 120 sentimeter dalam waktu 10 tahun di Pluit.

"Artinya dalam satu tahunnya kurang lebih 12 sentimeter, itu mungkin lebih ekstrim dibandingkan di sini," kata Isnu.

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved