Sigit Naik Sepeda Jualan Mainan Bersama Putrinya, Hidup Mengembara Setelah Pisah dengan Istri
Mainan kereta dorong warna-warni terlihat memenuhi keranjang bagian depan dan belakang sepeda Sigit Kamseno (39).
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas
TRIBUNJAKARTA.COM, PASAR MINGGU - Mainan kereta dorong warna-warni terlihat memenuhi keranjang bagian depan dan belakang sepeda Sigit Kamseno (39).
Bersama anak semata wayangnya, Moon Aisyah Putri (4), yang duduk di keranjang belakang sepeda, Sigit menjajakan mainan itu menyusuri permukiman di kawasan Pasar Minggu.

Sigit memasang sebuah bak plastik abu-abu tua yang cukup besar sebagai tempat duduk untuk Aisyah.
Pria yang mengenakan batik itu menggantungkan hidupnya dengan berjualan mainan kereta dorong.
Dalam sehari, ia meraup sekira Rp 30 sampai Rp 40 ribu.
Satu mainan kereta dorong itu dijual dengan harga Rp 5 ribu.
Penghasilannya dalam sehari bekerja, selalu Sigit sisihkan demi membeli susu bubuk untuk anak perempuannya yang masih dalam tahap pertumbuhan.
Sebelumnya, Sigit pernah mencari peruntungan dengan berjualan sop buah di kawasan Bogor, Jawa Barat.
Namun, dagangannya tak bertahan lama hingga harus gulung tikar.
Di tahun 2016, ia merantau ke Ibu Kota untuk berjualan mainan tersebut.
Mainan yang terbuat dari potongan kayu dan karet itu, lanjut Sigit, dibuatnya sendiri.
Awalnya, mainan-mainan itu dipikulnya berkeliling.
Namun, suatu ketika ada seorang dermawan yang memberikan sebuah sepeda kepadanya.
Sejak itu, ia bersepeda bersama Aisyah, yang duduk di belakangnya, berjualan mainan kereta dorong membelah permukiman.