Sempat Menentang Kampungnya Jadi Kawasan Tanpa Rokok, Kini Surya Benci Lihat Para Perokok

Sempat menentang kampungnya jadi kawasan tanpa rokok, Surya Sujono (66) kini justru benci jika melihat orang merokok.

Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Suharno
TRIBUNJAKARTA.COM/NUR INDAH FARRAH AUDINA
Surya menunjukan permen mint sebagai pengganti rokok sejak 2 tahun lalu. 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina

TRIBUNJAKARTA.COM, JATINEGARA - Sempat menentang kampungnya jadi kawasan tanpa rokok, Surya Sujono (66) kini justru benci jika melihat orang merokok.

Surya, sapaannya merupakan satu di antara warga yang tinggal di Jalan Pancawarga 30 RT 15/2, Cipinang Besar Selatan, Jatinegara, Jakarta Timur.

Sejak tahun 2017 lalu, warga dikampung ini mulai berkomitmen untuk menjadikan Penas Tanggul sebagai kampung tanpa rokok.

Saat itu, banyak pro dan kontra yang berasal dari warga.

Warga yang kontra tentunya merupakan para perokok aktif yang memang biasanya sudah belasan atau puluhan tahun mengkonsumsi rokok.

Surya contohnya. Sejak tahun 1977 tepatnya pada usia 22 tahun ia sudah menjadi perokok aktif.

Bahkan dalam sehari, dirinya bisa menghabiskan 3 bungkus rokok.

"Dulu pas diterapin kawasan tanpa rokok, saya jadi orang yang paling menentang. Diantara yang lain saya paling menentang. Saya bilang 'rokok kan duit sendiri enggak nyusahin orang', kok segala diginiin. Makanya saya paling menentang," ucapnya di lokasi, Kamis (24/10/2019).

Tengok Kemegahan 10 Stadion yang Disiapkan PSSI Jadi Venue Piala Dunia U-20 2021

Seolah tak perduli dengan aturan dan sanksi yang ada. Ia secara sadar merokok di dalam rumah dan teras luar sesuka hatinya.

Tiap kali ada yang menegurnya, seolah tak pernah dihiraukannya.

"Di situ batuk juga masih ngerokok saya. Di ajak anak saya ke dokter saya bilang enggak mau. Karena saya takut disuntik. Tapi masih ngerokok terus tuh," sambungnya.

Hingga akhirnya pada tahun 2017, dokter mengatakan jika Surya mengalami penyakit akibat merokok.

Saat itu, kondisi paru-parunya sudah dipenuhi dengan kepulan asap dan jantungnya harus dipasang ring.

"Sesuai anjuran dokter, satu-satu jalan yang harus saya lakuin ya itu berenti merokok. Jadi sudah 2 tahun belakangan ini saya enggak pernah merokok lagi," jelasnya.

Sales Mobil Tewas Dikeroyok Suami Mantan Kekasihnya, Para Pelaku Lalu Nongkrong Sambil Bagi Uang

Benci Melihat Perokok

Usai sakit, dirinya mulai sadar dampak merokok dan hadirnya kawasan tanpa rokok.

Penyakit jantung dan paru-paru yang dialaminya menjadi teguran nyata untuk menyadarkan dia untuk berhenti merokok usai 42 tahun menjadi perokok aktif.

Berbanding terbalik dengan dulu, kini dirinya menjadi orang yang paling mendukung Penas Tanggul menjadi kawasan tanpa asap rokok.

"Saya sekarang semakin benci orang ngerokok. Asal ada puntung rokok saya buang ke kali. Org belum tahu dampaknya tapi kalau sudah kena kayak saya baru rasakan sendiri," ungkapnya.

Tau rasanya merokok dan sulitnya melepas ketergantungan rokok, ia hanya menunjukan sikapnya pada lingkung dan enggan menegur sejumlah warga yang ketahuan masih merokok.

Menurutnya, hal ini sudah berurusan dengan kesadaran diri sendiri. Sehingga balik lagi ke masing-masing individu.

"Kalau buat negur sih engga. Ini kan lebih ke kesadaran ya. Jadi palingan saya pungut puntunh rokok terus saya buang," katanya.

Ekploitasi Gadis-gadis Perawan Dijual Rp 20 Juta di Bogor, Polisi Ungkap Modus Pelaku Rekrut Korban

Permen Pengganti Rokok

Selama 42 tahun menjadi perokok aktif dan harus berhenti akibat anjuran dokter, tentu bukanlah perkara mudah.

Meskipun Surya mengetahui jelas penyakitnya, ia harus bersusah payah menahan diri untuk tidak merokok.

Untuk itu, ia memilih menyimpan bahkan menyetok permen mint sebagai pengganti rokok.

"Rasanya beda dari ngerokok terus enggak. Mulut rasanya asem gitu kan kalau engga ngerokok. Makanya saya siapkan permen. Paling sering saya makannya kalau kelar makan nasi sebagai pengganti rokok," ucapnya.

Ia pun berpesan agar para perokok mulai bertahap untuk mengjilangkan kebiasaan buruk tersebut sebelum seperti dirinya.

Ia juga berharap apa yang disampaikannya ini menjadi contoh bagi masyarakat terutama perokok aktif untuk menjauhi hal buruk itu.

"Sebanarnya balik lagi ke kesadaran. Kalau semakin banyak yang sadar sebelum terserang penyakit akibat rokok ya akan lebih baik. Dan, saya masih alhamdulillah masih diberikan panjang umur dan disadarkan untuk berhenti merokok," tandasnya. (*)

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved