Jumlah Pengguna Facebook Tembus 2,4 Miliar, Twitter Tolak Iklan Politik Mulai November 2019

Menurut Dorsey, iklan politik bisa mempengaruhi pilihan yang kemudian berpengaruh pada kehidupan jutaan orang.

Penulis: Erik Sinaga | Editor: Erik Sinaga
EDM TUNES
Logo Facebook 

TRIBUNJAKARTA.COM- Pengguna aktif bulanan (monthly active users atau biasa disingkat MAU) jejaring sosial Facebook terus meningkat.

Dalam laporan keuangan kuartal-III 2019, Facebook memaparkan bahwa ada sekitar 2,4 miliar pengguna yang mengakses Facebook setiap bulannya.

Jumlah pengguna aktif bulanan ini meningkat 8 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018.

Sementara rata-rata pengguna aktif yang login ke layanan Facebook mencapai 1,62 juta setiap harinya, meningkat 9 persen dari periode yang sama tahun lalu.

Lantas, dari mana mereka mengakses Facebook?

Pengguna Facebook sepertinya ramai mengakses jejaring sosial tersebut dari smartphone mereka.

Bisa dibilang begitu lantaran Facebook juga melaporkan bahwa ada peningkatan pendapatan iklan di sektor mobile.

Adapun pendapatan iklan Facebook melalui mobile mencapai 94 persen dari keseluruhan revenue, meningkat 2 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Pendapatan Facebook secara keseluruhan sendiri tercatat di angka 17,6 miliar dollar AS meningkat 29 persen dari total pendapatan 13,7 miliar dollar AS di kuartal 3 2018.
Sehingga jika dihitung-hitung, pendapatan dari mobile advertising berkisar di angka 17,3 miliar dollar AS.

"Kami memiliki performa kuartal yang baik dan komunitas serta bisnis kami terus tumbuh," kata pendiri sekaligus CEO Facebook Mark Zuckerberg sebagaimana dihimpun KompasTekno dari blog Investor FB, Kamis (31/10/2019).

"Fokus utama kami adalah pengembangan isu-isu sosial besar dan membangun pengalaman baru yang meningkatkan taraf hidup masyarakat di seluruh dunia," tambahnya.

Terkait jumlah pengguna, Facebook juga mengungkap bahwa secara total ada sekitar 2,2 miliar orang kini menggunakan layanan Facebook, Instagram, Messenger, dan WhatsApp setiap harinya.

Sementara 2,8 miliar orang terpantau mengakses salah satu dari empat layanan tersebut setidaknya dalam satu bulan terakhir.

Twitter tolak iklan politik

Kunci Twitter
Kunci Twitter (macobserver)

Twitter dan Facebook punya sikap berbeda soal iklan politik. Jika Facebook masih mau memuat iklan politik dengan sejumlah syarat, berbeda halnya dengan Twitter yang kini melarang penuh keberadaan iklan tersebut dalam platform media sosial besutannya.

Mulai pertengahan November 2019 ini Twitter menyatakan akan berhenti memuat iklan politik secara global.

Penghentian ini dimaksudkan untuk mencegah penyebaran informasi palsu dari para pelaku politik di media sosial.

Hal tersebut diutarakan CEO Twitter, Jack Dorsey melalui akun Twitternya.

Menurut Dorsey selama ini penyebaran iklan melalui internet memang sangat efektif bagi para pengiklan.

Oleh karena itu hal tersebut membawa risiko yang besar ketika digunakan dalam konteks politik.

Menurut Dorsey, iklan politik bisa mempengaruhi pilihan yang kemudian berpengaruh pada kehidupan jutaan orang.

"Kami sangat menyadari kami adalah bagian kecil dari ekosistem periklanan politik yang jauh lebih besar. Beberapa orang mungkin berargumen bahwa tindakan kami hari ini dapat menguntungkan petahana," kata Dorsey.

"Namun, kami telah menyaksikan banyak gerakan sosial mencapai skala besar tanpa iklan politik. Saya percaya ini hanya akan tumbuh. Selain itu, kita membutuhkan peraturan iklan politik yang lebih berpandangan ke depan (sangat sulit untuk dilakukan)," lanjutnya.

Samsung Keluarkan Galaxy Tab A 2019: Ada Fitur Kids Home, Ini Spesifikasi dan Harganya

HP gaming Terbaru Vivo iQoo Pro 5G: Snapdragon 855+, Harga Rp 6 Jutaan

Smartfren Negosiasi dengan Apple Jual iPhone 11 di Indonesia, Presiden Trump Keluhkan Home Hilang

Dirangkum KompasTekno dari The Verge, Kamis (31/10/2019), keputusan ini diambil setelah Facebook, Twitter, dan YouTube mendapat teguran dari bakal calon presiden AS dari Partai Demokrat, Joe Biden.

Biden merasa dirugikan atas iklan-iklan politik yang ditayangkan oleh Facebook.

Iklan tersebut dianggap memuat informasi yang salah dan tidak berdasar mengenai hubungan keluarga Biden dengan pemerintah Ukraina.

Iklan politik itu diduga dipasang oleh tim kampanye Donald Trump yang ingin menjatuhkan kredibilitas Biden.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Jumlah Pengguna Facebook Tembus 2,4 Miliar

dan

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Twitter Tolak Iklan Politik Mulai November 2019

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved