Djaduk Ferianto Meninggal
Djaduk Ferianto Meninggal, Kamar Bagi Sang Seniman dan Temuan Melodi di Puncak Gunung Afrika Selatan
Seniman Djaduk Ferianto meninggal dunia di usia 55 tahun pada Rabu (13/11/2019). Sosoknya meninggalkan kesan mendalam bagi seniman dan keluarga.
Penulis: Ferdinand Waskita | Editor: Muhammad Zulfikar
TRIBUNJAKARTA.COM - Seniman Djaduk Ferianto meninggal dunia di usia 55 tahun pada Rabu (13/11/2019).
Kepergian sang budayawan itu meninggalkan duka bagi seniman, keluarga, sahabat dan masyarakat luas.
Jenazah Djaduk dikebumikan di pemakaman keluarga di Dusun Sembungan, Kasihan, Bantul.
TribunJakarta.com merangkum sejumlah informasi dari TribunJogja.com terkait berpulangnya Djaduk Ferianto.
Kamar Bagi Sang Seniman

Dukuh Kwagon di Godean, Sukiman tidak menyangka Djaduk meninggal dunia secepat itu.
"Saya merasa kehilangan betul atas kepergian beliau," kata Sukiman saat dihubungi pada Rabu (13/11/2019) sore.
Sukiman menuturkan ia terakhir kali bertemu dengan Djaduk pada Senin (11/10/2019) saat Workshop Bambu.
Menurutnya, saat itu tidak ada pembicaraan khusus terkait keluhan kesehatan dari Djaduk.
Ia bahkan sudah menyiapkan kamar bagi almarhum. Sebab dalam waktu dekat Kwagon akan menjadi tempat digelarnya festival musik Ngayogjazz 2019.
"Kwagon kan sebelumnya sudah menjadi tempat untuk Ngayogjazz, karena itu kamar sudah kami siapkan bagi beliau dan rekannya," tutur Sukiman.
Sukiman pun mengenang sosok Djaduk sebagai orang yang sangat rendah hati.
Meskipun sudah memiliki nama besar, almarhum seakan sudah menjadi keluarga sendiri bagi Sukiman.
Hal yang paling diingatnya adalah Djaduk selalu berpesan agar menjaga kesehatan dan selalu hati-hati. Saat Sukiman sakit pun Djaduk datang menjenguk.
"Beliau juga tidak pilih-pilih makanan, ia mau saja saat kami tawarkan telo (singkong) dan makanan tradisional lainnya," ungkap Sukiman.
Mengingat Ngayogjazz adalah hasil gagasan Djaduk, Sukiman mengaku tidak bisa membayangkan akan seperti apa pelaksanaannya nanti.
Sebab seluruhnya dirancang oleh putra seniman terkenal Bagong Kussudiardja tersebut. Meskipun demikian, Sukiman optimis pelaksanaannya bisa tetap lancar.
"Namun mungkin akan terasa kurang mengingat beliau sudah tiada," kata Sukiman. (*)
Temuan Melodi di Puncak Gunung di Afrika Selatan

Kakak mendiang Djaduk Ferianto, Butet Kartaredjasa mengenang sosok adiknya sebagai orang yang pekerja keras dan disiplin dalam banyak hal.
Terlebih dalam berkarya, Butet menilai Djaduk selalu fokus mencurahkan energi dan konsentrasinya agar mencapai hasil yang perfect.
Selain Ngayogjazz, Djaduk sejatinya akan melangsungkan pentas bersama Teater Gandrik Desember mendatang.
Butet juga menyebut, Djaduk tengah menyiapkan musik untuk tampil di Afrika Selatan Maret tahun depan.
Soal musik ini, Butet menuturkan, ia dan Djaduk telah berkunjung ke Afrika Selatan September lalu.
Ia datang untuk menyiapkan kolaborasinya bersama para musisi di sana.
Djaduk pun mencari inspirasi melodi yang akan ia garap untuk kolaborasi tersebut di puncak gunung yakni Table Mountain yang terletak di Cape Town, Afrika Selatan.
"Akhir bulan September kemarin saya bersama Djaduk ke South Africa. Semestinya akan tampil di Cape Town Jazz bulan Maret akhir nanti. Djaduk akan berkolaborasi dengan vokalis dan pemusik perkusi dari Johannesburg dan dari Cape Town. Ini sudah kami persiapkan," ungkap Butet pada awak media saat ditemui di rumah duka, Rabu (13/11/2019).

Saat itu juga, kata Butet, Djaduk menemukan melodi yang dicari.
Djaduk lantas langsung mengatakannya pada Butet.
"Waktu bersama saya di Table Mountain, satu puncak gunung yang tertinggi, Djaduk melaporkan kepada saya, dia sudah menemukan melodi yang akan dimainkan untuk satu komposisi kolaborasi dengan para pemusik dari Afrika itu," tutur Butet.
"Lalu dia bersiul-siul, dia rengeng-rengeng, dia rekam melodi itu. Dan Djaduk setiba di Indonesia sudah menceritakan kepada kawan-kawannya. Sudah menyiapkan satu komposisi dengan melodi yang sudah dia dapatkan," sambung Butet.
Teringat hal itu, Rabu (13/11/2019) pagi, Butet mencari file melodi tersebut di ponsel milik Djaduk.
"Pagi tadi, seizin istrinya, saya membuka handphone dia saya tracking file nya. Dan saya berhasil menemukan melodi yang ia dapatkan di puncak gunung Table Mountain itu," ungkapnya sambil menahan isak.
Ia berharap, kawan-kawan Djaduk di Kuaetnika bisa melanjutkan melodi dari puncak Gunung Meja itu.
"Mudah-mudahan kawan-kawan Kuaetnika yang sudah biasa bekerja sama dengan Djaduk bisa mewujudkan satu komposisi yang melodinya sudah ditemukan di puncak gunung yang sangat tinggi itu. Gunung Meja. Saya kira itu saja," pungkas Butet yang tak kuasa lagi menahan isak dukanya. (TRIBUNJOGJA.COM)
Sosok Seniman Multi Talenta
Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Sleman, Sudarningsih, turut memberikan testimoninya mengenai sosok seniman dan budayawan DIY, mendiang Djaduk Ferianto.
Ningsih mengatakan Djaduk Ferianto adalah seniman multi talenta, namun ia tetap menjadi pribadi yang rendah hati.
"Saya sangat terkesan dengan sosoknya yang ramah, low profile, dan sangat menyenangkan," tutur Ningsih melalui pesan singkat pada Rabu (13/11/2019).
Menurutnya, Djaduk telah mewariskan karya yang mampu menampilkan kearifan lokal dan keistimewaan DIY.
Salah satunya dengan menggagas event musik tahunan Ngayogjazz.
Ningsih menyebut Ngayogjazz tidak hanya memberikan hiburan bagi penikmat musik tapi juga bagi warga di mana festival tersebut digelar.
Ia pun yakin komunitas jazz hingga masyarakat DIY akan meneladani beliau.
"Tentunya masyarakat bisa mewarisi semangat sang maestro dan ikut melestarikan karya-karyanya," katanya.
Mewakili Dispar Sleman, Ningsih merasa sangat kehilangan tokoh seni yang penuh kreativitas dan dedikasi tinggi.
Ia pun tidak menutup kemungkinan akan ada penghormatan khusus untuk mengenang Djaduk Ferianto di Ngayogjazz pada 16 November mendatang.
Apalagi Dispar Sleman turut dilibatkan dalam bentuk kerjasama Festival Bambu di Ngayogjazz 2019.
"Kalau memungkinkan (penghormatan khusus), it's ok," ujar Ningsih.(*)
Sosok Djaduk di Mata Seniman Muda
Djaduk bisa bergaul dengan seniman semua kalangan.
Dari Soimah seorang pesinden, Hanung Bramantyo seorang sutradara, Erix Soekamti sesama musisi hingga penyanyi Brian Prasetyoadi.
Mereka pun punya sejumlah kenangan indah bersama Djaduk.
Di mata Erix Soekamti, mendiang Djaduk Ferianto ialah sosok yang mengayomi.
"Mas Djaduk itu sinar kita ya, maestro. Sosok beliau itu layaknya orangtua kita, mengayomi," ujarnya ketika dihubungi Tribunjogja.com, Rabu (13/11/2019).
Erix mengungkapkan, dirinya terakhir bertemu dengan mendiang Djaduk sekira satu bulan yang lalu.
"Terakhir ketemu sebulan yang lalu saya berkunjung ke rumahnya karena beliau mau bikin boxset jadi saya datang ke sana untuk presentasi apa yang kita kerjakan," katanya.
Sewaktu berkunjung ke rumah mendiang Djaduk, Erix banyak mendapat cerita tentang perjalanan Djaduk ketika jalan-jalan ke China dan Rusia.
Selain itu, Erik dan mendiang Djaduk juga banyak berdiskusi tentang musik.
"Beliau banyak kasih tahu aku tentang musik, banyak banget kita diskusi. Nah tadi pagi itu kok saya enggak bisa tidur, biasanya tidur pukul 23.00 WIB, semalam enggak bisa tidur sampai pukul 03.00 WIB. Saya dengar kabar (Djaduk meninggal) terus saya upload story di instagram Selamat jalan Mas Djaduk," ujar dia.
Cukup berbeda dengan Erix, Hanung sempat merasa kaget ketika mendengar kabar Djaduk tiada.
Maklum, bagi Hanung yang juga berasal dari Yogyakarta, campur tangan Djaduk sedikit banyak berperan bagi karier sutradaranya.
Ia merasa jantungnya seperti tertusuk mendengar kabar musikus dan aktor, Djaduk Ferianto, meninggal dunia.
Perasaannya itu ia tuliskan dalam akun Instagram-nya, @hanungbramantyo.
"Pagi ini jantung saya terasa ketusuk mendengar kabar mas Jadug sudah ‘pulang’. Mata ini tak terasa basah. Mengingat seluruh kenangan dengan beliaunya," tulis Hanung seperti dikutip Kompas.com, Rabu pagi.
Ia pun mengenang kenangan awal mengarungi dunia film. Saat itu, pada 1996, Hanung ditelepon seniman asal Yogyakarta Djaduk Ferianto untuk menyambangi rumahnya.
"Kata beliau ke saya, ‘Pak Teguh Karya (sutradara) berpesan, kalau mau belajar jadi sutradara, datang sendiri ke Kebon Pala atau kalau perlu, saya yang antar'," tulis Hanung.
Mendengar pesan itu, Hanung yang masih polos langsung bergegas pergi ke sanggar teater popular, Jakarta Pusat.
"Saya sama sekali tidak membayangkan perjalanan tersebut akan membawa saya mengarungi dunia film sampai hari ini. Salah satu yang membawa saya masuk adalah Mas Djaduk," tulis Hanung mengenang masa lalu.
"Sing penting fokus, Le. Disiplin lan tatag (teguh/konsisten). Jakarta ki ombo tur kejem, bedo ro Jogja!" begitu pesan Djaduk ke Hanung kala itu.
Sampai Glampong Studio Alam Sleman (milik Hanung) diresmikan Presiden Jokowi, Djaduk pun hadir dan Hanung mengingat omongan Djaduk kala itu.
"Mas Jadug hadir. Turut menyaksikan sampai dimana langkah saya menapak. Beliau cuma bilang : ‘elok tenan koe, bung!’ Cukup satu kata, tapi punya arti luar biasa buat saya," tulis Hanung.
Kalimat yang disampaikan Djaduk tersebut, bagi sutradara film Ayat-Ayat Cinta itu, adalah kata-kata terakhir yang didengarnya dari sang legenda.
"Rupanya kata itu, kata terakhir beliau (Djaduk)," tulis Hanung.
"Selamat jalan mas Jadug. Kangmas dan guruku. Selamat bertemu ayahanda Romo Bagong Kusudiarjo di Surga. Aku ra bakal lali ro omonganmu," tutup Hanung.
Tak hanya Hanung, seniman asal Yogyakarta lain, Soimah turut mengenang masa-masa hidup Djaduk. Melalui akun Instagramnya, Soimah mengunggah beberapa foto kenangan bersama Djaduk.
Soimah mengunggah beberapa foto kebersamaan dirinya dengan adik Butet Kertaredjasa tersebut.
Dalam keterangan foto, Soimah menuliskan kalimat bela sungkawa.
"Sugeng Tindak pak Djadug #RIP," tulis Soimah. Dalam foto tersebut nampak Soimah begitu akrab dengan Djaduk Ferianto.
Soimah dan Djaduk memang memiliki kesamaan dalam beberapa hal. Keduanya sama-sama lahir di Yogyakarta dan memiliki bidang kegemaran di dunia seni.
• Viral Video 2 Anggota TNI Adu Jotos dengan Polisi di Tengah Jalan: Ini Penjelasan Polda dan Kapendam
• Imbas Bom di Medan, Pengemudi Ojek Online di Jakarta Barat Harus Buka Jaket Saat Antar Pesanan
• Latar Belakang Rabbial Pelaku Bom di Medan Diungkap Teman Kecil: Tidak Tamat SMK
Selain dikenal sebagai musikus, Djaduk juga memiliki bakat sebagai aktor dan sutradara. Rasa kehilangan nampaknya begitu terasa bagi Soimah.
Pasalnya, pada Sabtu (16/11/2019) mendatang, Soimah sejatinya akan berkolaborasi dengan Kua Etnika dan Didi Kempot di gelaran Ngayogjazz 2019.
Dimana, Djaduk Ferianto merupakan salah satu anggota kelompok musik Kua Etnika.
Rencana tinggalah rencana, Soimah pada akhirnya harus ikhlas proyek kolaborasinya dengan Djaduk Ferianto tak menjadi kenyataan. (TribunJogja.com)