Bocah Dipasung Tewas Terbakar

Pemerhati Anak Sesalkan Bocah Dipasung yang Terbakar di Setu Sempat Ditolak Pusat Pemberdayaan Anak

ZKA sudah sempat ingin dirawat di Panti Sosial Provinsi Banten, namun pihak keluarga menolak dan lebih memilih merawatnya sendiri.

Penulis: Jaisy Rahman Tohir | Editor: Muhammad Zulfikar
Tribunjakarta.com/Jaisy Rahman Tohir
Rumah kontrakan yang hangus terbakar di Gang Sayur Asem, kelurahan Setu, kecamatan Setu, Tangsel, Senin (18/11/2019). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Jaisy Rahman Tohir

TRIBUNJAKARTA.COM, SETU - Pemerhati anak di Kecamatan Setu, Rida (50), menyesalkan kurangnya perhatian pemerintah terhadap ZKA, bocah 10 tahun berkebutuhan khusus.

Dalam kondisi kaki terpasung, ZKA meninggal terbakar saat api melahap rumah kontrakan orangtuanya pada Minggu (17/11/2019).

ZKA sempat dirawat Dinas Sosial Tangsel, tepatnya pada Maret 2019 lalu.

Namun perawatan itu hanya sementara, dalam hal ini maksimal satu minggu.

Kepala Dinsos, Wahyunoto Lukman, mengatakan ZKA sudah sempat ingin dirawat di Panti Sosial Provinsi Banten, namun pihak keluarga menolak.

Mereka malah ingin merawatnya sendiri.

"Benar korban kebakaran adalah ZKA, penyandang disabilitas yang dulu awalnya dipasung, dikurung oleh orang tuanya," papar Wahyunoto saat dihubungi awak media, Senin (18/11/2019).

Kemudian, ungkap Wahyunanto, Dinsos menjemput ZKA di rumah kontrakan orangtuanya.

ZKA pun dibawa ke rumah singgah sosial dan di sana ia dimandikan oleh petugas.

Tak hanya itu, ZKA juga diberi pakaian layak, makanan dan dirawat.

"Bahkan ada beberapa warga peduli yang beri bantuan, dan kita serahkan bantuanya ke orang tuanya," terang Wahyunoto.

Menurut dia, saat itu Dinsos memberikan pemahaman kepada orangtua ZKA dan mereka berjanji tidak akan memasung anaknya lagi.

"Merea siap mengasuh sendiri, ya kita serahkan kembali ke orang tuanya," ucap dia.

Rida mengatakan, setelah pemulangan dari rumah singgah Dinsos itu, kondisinya tak berubah.

ZKA tetap dipasung orangtuanya, Suhin dan Wagiani, yang merasa kepayahan menjaganya.

Rumah kontrakan yang hangus terbakar di Gang Sayur Asem, kelurahan Setu, kecamatan Setu, Tangsel, Senin (18/11/2019).
Rumah kontrakan yang hangus terbakar di Gang Sayur Asem, kelurahan Setu, kecamatan Setu, Tangsel, Senin (18/11/2019). (Tribunjakarta.com/Jaisy Rahman Tohir)

Saat itu Wagiani dalam keadaan sakit dan akhirnya meninggal dunia.

Rida sempat merawat ZKA yang sudah ditinggal ibunya.

Ia sempat mengurus ke sejumlah instansi, termasuk Dinsos dan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) agar ZKA kembali mendapat penmpungan dan perawatan.

Sayangnya, tidak ada anggapan berarti dari para pihak tersebut.

"Ke Dinsos, ke P2TP2A, mereka bilang gini tidak ada yang mau nerima. Karena dia butuh ruangan khusus," ujar Rida di Setu, Senin (18/11/2019).

Rida mengatakan, yayasan yang mau menerima hanya Yayasan Sayap Ibu Pondok Aren.

"Yang mau nerima di Sayap Ibu saja. Cuma di sayap Ibu harus ada surat pengadilan. Itu yang saya lagi urus, tapi keburu ini (meninggal)," ujarnya.

Tarif Parkir di Jakarta Bakal Mengalami Kenaikan Mulai Awal 2020

Polisi Tahan Pengemudi Camry yang Tewaskan Dua Pengemudi Skuter Listrik di Senayan

Rida masih mengingat saat dirinya membuat laporan tentang ZKA ke P2TP2A namun tidak ditanggapi.

"Makanya kalau saya datang, cobalah tanggap sedikit. Sebelum kejadian. Mereka lakukan dong, mestinya. Kan laporan sudah di mereka," ujarnya.

Pernah Terbakar Dua Kali

Sumber api yang membakar kontrakan dan menewaskan KZA diduga berasal dari kompor gas.

Rida membenarkan jika rumah kontrakan yang dihuni orangtua dan KZA pernah terbakar pada Oktober.

Saat itu api berhasil dipadamkan dan tidak sempat membesar.

"Sebulan sebelumnya juga pernah kebakaran, cuma masih sempat dipadamin," ujar Rida.

"Bocah itu kan hiperaktif, mungkin lapar jadi dia ngutak-ngutik kompor, kan kepantik api," ia menambahkan.

Bocah malang itu dan ayahnya baru pindah ke Gang Sayur Asem sejak tiga bulan lalu, sekitar bulan Agustus.

Sebelumnya mereka diusir dari kontrakan sebelumnya dekat kantor kelurahan Setu, sekira dua kilometer dari kontrakan yang baru

"Yang sebelumnya pindah karena diusir sama warga yang lain," ujarnya.

Ruspianti (45), warga sekitar, menyaksikan api membakar kontrakan ZKA dan ayahnya.

"Itu anaknya di dalam, mungkin enggak bisa keluar kali ya. Dia kan kakinya dirantai," ujar Ruspianti.

Saat jenazah ZKA yang terbakar dievakuasi oleh petugas, kakinya tertinggal.

Ia menduga kaki korban putus saat berusaha keluar rumah saat kebakaran.

"Pas dibawa itu kakinya ketinggalan yang dirantai. Terus dibawa dimasukin ember kakinya," Ruspianti menambahkan.

Suka Berteriak

Semasa hidup, ZKA dikenal oleh tetangga suka berlarian kesana-sini.

Kehidupan ZKA di bawah pasungan pernah diliput TribunJakarta.com pada Kamis (14/3/2019) silam.

Petugas Dinas Sosial Tangsel saat menemui Zidni Khoihir Alfatiri (10), bocah yang dipasung selama tiga tahun di kamarnya, di bilangan Kampung Setu, Kecamatan Setu, Tangsel, Rabu (13/3/2019)
Petugas Dinas Sosial Tangsel saat menemui Zidni Khoihir Alfatiri (10), bocah yang dipasung selama tiga tahun di kamarnya, di bilangan Kampung Setu, Kecamatan Setu, Tangsel, Rabu (13/3/2019) (Dokumentasi Dinsos))

Saat itu Ervin (38), anak tetangganya itu kerap lari-larian keluar rumah.

Ervin beberapa kali membawa ZKA pulang ke rumahnya setelah berlarian ke jalan raya.

"Sering keluar, ke jalan raya gitu. Saya bawa balik ke rumahnya," ujar Ervin saat ditemui di rumahnya.

Sopir ojek online itu sudah mengetahui perilaku ZKA hiperaktif sejak pertama kali tinggal di deretan kontrakan itu.

Satu waktu Ervin pernah melihat ada bekas tali ikatan di kaki ZKA, diduga bekas pasungan.

Bocah itu sudah lama dipasung dengan cara diikat kakinya.

Dari dalam rumah, Ervin juga mengaku sering mendengar teriakan ZKA.

"Sering teriak, mungkin laper kali ya. Keras teriakannya," ujarnya.

Ervin berpendapat, pemasungan dengan cara mengikat kaki itu bukanlah penyiksaan.

Tapi begitulah cara orangtuanya untuk memastikan ZKA tidak kabur.

Ia tidak mengerti mengapa bocah itu sering lari-larian keluar rumah

"Ya mungkin biar enggak lari-larian ke jalan yang jadinya malah kecelakaan," ujarnya.

Ervin tak menyebutkan jelas alasannya mengapa tidak melaporkan kondisi tetangganya itu ke pemerintah atau ke pihak kelurahan yang tidak jauh.

Ia hanya menyetujui ZKA lebih baik dirawat di panti asuhan seperti dirawat pihak Dinas Sosial Tangsel di rumah singgah.

"Ya kan mendingan di panti kalau enggak sanggup," ujarnya.

Pengakuan yang sama juga dilonyarkan Warno (61), juru parkir rumah makan yang bersebelahan dengan rumah kontrakan orangtua ZKA.

Ia sering melihat ZKA lari-larian di pinggir jalan, tanpa mengenakan busana.

 Ketua RT Sebut Bayi yang Dibuang ke Kali Baru Barat Lenteng Agung Bukan Ulah Warganya

 Nikita Mirzani Pamerkan Kekayaan, Billy Syahputra Ternganga Saat Lihat Isi Brankas: Allahu Akbar!

 Oknum Satpol PP di Jakarta Diduga Bobol ATM Hingga Rp 32 Miliar, Ini Modus yang Dilakukan

 BERLANGSUNG Link Live Streaming Persik Kediri Vs Martapura FC: Los Merenges Butuh Hasil Imbang

"Larinya sudah slayang-sloyong, kakinya pencod sebelah," ujar Warno.

Bahkan ia pernah mendapati ZKA masuk ke sebuah minimarket dan mengacak-ngacak barang-barang di sana.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved