Kisah Zaenal, Kerap Tak Balik Modal Saat Berdagang Hingga Memilih Berjualan Jepitan di Jaksel
Zaenal Arifin (57) gantungkan hidupnya selama 19 tahun menjadi tukang jualan jepitan
Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Erik Sinaga
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina
TRIBUNJAKARTA.COM, PANCORAN - Kerap tak cocok pada pekerjaan, akhirnya Zaenal Arifin (57) gantungkan hidupnya selama 19 tahun menjadi tukang jualan jepitan.
Zaenal, sapaannya, ialah warga Tasik yang baru merantau pada tahun 2000 silam datang Jakarta.
Sebenarnya, pada tahun 1998 dirinya sudah pernah ke Jakarta dan menetap selama beberapa tahun.
Saat itu, selama di Jakarta, dirinya berjualan panci kredit keliling wilayah Jakarta Selatan.
Akibat penghasilan tak menentu dan modal yang tak kunjung kembali, akhirnya Zaenal memutuskan meninggalkan Ibu Kota dan mencari kota lainnya.
"Kalau begini terus saya yang bangkrut dan enggak punya apa-apa di Jakarta. Saat itu saya sudah punya istri dan anak. Akhirnya saya pergilah dari Jakarta ke Cirebon. Mulai lagi dengan usaha yang baru dengan uang seadanya," katanya di Pancoran, Rabu (20/11/2019).
Selama di Cirebon, modal yang ia punya hanya cukup digunakan untuk menjual gulali yang saat itu banyak diminati anak-anak.
Tak bertahan lama, gulali yang dijualnya mulai sepi dan dagangan Zaenal sering tak laku.
Sementara gulali yang dijualnya tak mungkin disimpan bila tak habis terjual.
"Mulai dari sepi itu, modal saya enggak balik lagi. Sudah pusing juga sayanya. Apa yang saya kerjakan selalu tidak cocok. Kemudian saya berdoa dan meminta petunjuk kepada yang maha kuasa," sambungnya.
Akhirnya di tahun 2000, Zaenal diajak temannya untuk berjualan jepitan di Jakarta Selatan.
"Selanjutnya diajak teman, sama dia dibantu modal Rp 400 ribu. Ya sudah saya mau, karena posisi saya uang ini cuma cukup buat transportasi dari Cirebon ke Jakarta aja," katanya.
Setibanya di Jakarta, segala keperluan untuk berdagangnya sudah disiapkan oleh rekannya.
Kemudian untuk penggantian modalnya, Zaenal mengaku tak dipaksakan untuk mengganti secepatnya.
"Namanya boleh minjam kita kepikiran kan. Akhirnya berapapun yang saya dapat, saya setor Rp 5 ribu ke teman saya ini. Sampai akhirnya kata dia sudah lunas. Alhamdulillah jadi terus jualan sampai sekarang," katanya.
Demi menghidupi istri dan anaknya, Zaenal tak ingin lagi menyerah pada satu pekerjaan.
Untuk itu, dia mulai menekuni berjualan jepitan keliling wilayah Jakarta Selatan setiap harinya tanpa libur.
Mulai dari pukul 09.00 WIB, Zaenal sudah membawa berbagai jenis jepitan, kunciran dan aksesoris lainnya.
Jika pagi hingga siang hari tak kunjung laku, akhirnya Zaenal tak lagi ingin menyerah dan terus melangkahkan kaki dari satu kampung ke kampung lainnya.
"Alhamdulilah setelah ditekuni justru saya nyamannya malah kerja begini. Kalau dulu modal habis terus, jualan jepitan seenggak lakunya, modal saya enggak pernah sampai habis kayak dulu," jelasnya.
Untuk satu harinya, penghasilan Zaenal tak pernah menentu.
Biasanya kisaran omset yang diperolehnya kisaran Rp 70-100 ribu perhari.
Suka dan Duka

Memilih bertahan menjadi penjual jepitan bukanlah perkara mudah.
Meskipun modalnya tak pernah sampai habis, Zaenal mengatakan banyak sekali suka dan duka yang dialaminya.
Ketika berkeliling, Zaenal mengatakan jadi mengetahui situasi maupun kondisi jalanan di wilayah Ibu Kota.
Selain itu, kerasnya hidup di Jakarta juga sangat ia rasakan dan membuatnya menjadi lebih bersyukur.
Namun, duka yang ia rasakan selama di Jakarta ialah ucapan pedas dari segelintir orang.
Dijelaskannya, Zaenal pernah adu argumen dengan emak-emak yang menghina apa yang dijualannya.
"Waktu itu saya masih campur jualan sama balon gitu. Emak-emak itu bilang ke anaknya sambil marah kalau balonnya beracun. Kan gasnya itu katanya beracun. Saya kelepasan dan jadi ngomong kalau bahaya itu tergantung dari cara Ibu jagain anak seperti apa. Akhirnya dia marah, saya langsung pamit," jelasnya.
Ucapan serupa juga pernah didengarnya di sejumlah emak-emak lainnya.
Zaenal pernah dimarahi oleh emak-enak akibat menjual mainan di wilayah itu.
Sehingga anak mereka merengek ingin membeli.
• Niat Kencan dengan Perempuan yang Dikenal di Medsos, Remaja Ini Jadi Korban Perampokan
• VIRAL Jenazah Diangkut Pakai Sepeda Ontel ke Pemakam: Ini Penjelasan Kepala Desa
• Dapat Penghargaan Penyanyi Cilik Pertama, Betrand Peto Malu-malu Minta Hadiah Ini ke Sarwendah
"Memang pekerjaan saya seperti ini. Kalau enggak keliling, dapat uang dari mana. Pas saya lewat tahu-tahu digituin ya sedih juga. Padahal saya enggak maksa minta dibeli, kalau mereka enggak ngebolehin juga saya pergi," lanjutnya.
Kendati demikian, ia tetap konsisten dan tak ingin menyerah karena saat itu Zaenal sudah memiliki 4 orang anak yang harus dinafkahi.
"Apa aja kata mereka saya sudah enggak mau ambil pusing. Anak saya pada putus sekolah karena enggak ada biaya. Makanya sekarang anak bungsu saya yang masih SD jangan sampai bernasib seperti kakak-kakaknya. Oleh sebab itu, orang bilang apa aja, saya harus semangat dan harus tetap jualan," tandasnya.
Foto: Zaenal, 19 tahun berdagang jepitan keliling Jakarta Selatan, Rabu (20/11/2019)