Bocah 14 Tahun Alami Pengeriputan Otak
Fakta-fakta Otak Bocah di Jaksel Mengeriput: Menurun Sejak Tinggal Kelas, Ibunda Dipukul Ayah Tiri
Panggah Jalu Pawane kini terapi sekali sebulan terapi di RSUD Pasar Minggu. Keluarganya terkendala biaya. Ibundanya tetap yakin anaknya sembuh
Penulis: Erik Sinaga 2 | Editor: Suharno
"Mungkin dia malu atau bagaimana, saya nggak tahu persis," sambungnya.
Puji melanjutkan, Panggah kian murung setelah mengetahui ibundanya menikah lagi dengan seorang pria.
Ayah kandungnya sudah meninggal dunia sejak Panggah masih berusia delapan bulan.
"Dia lihat saya dipukul sama ayah tirinya. Mungkin mentalnya terganggu setelah itu," tuturnya.
Tubuh Panggah tampak sangat kurus dan kaku. Terlihat selang kecil memasuki lubang hidungnya.
3. Jual barang-barang demi biaya pengobatan
Puji harus hidup dalam kondisi serba terbatas sejak anak bungsunya, Panggah Jalu Pawane (14), menderita sakit pengeriputan otak.
Ia terpaksa menjual sejumlah barang-barang berharga untuk biaya pengobatan anaknya.
"Kamera, laptop, motor sudah saya jual buat biaya berobat," kata Puji saat ditemui di rumahnya di Jalan Swadaya 1, Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (25/11/2019).
Bahkan, belum lama ini ia juga menggadaikan satu ponselnya lantaran menunggak biaya listrik selama tiga bulan.
"Digadai dapat Rp 1 juta. Buat bayar listrik tiga bulan Rp 600 ribu. Sisanya buat sambung hidup lah," ujarnya.
Puji mengaku harus mengeluarkan uang sebesar Rp 350 ribu untuk biaya terapi anaknya per bulan.
Belum lagi sereal dan susu untuk nutrisi Panggah. Di sisi lain, penghasilannya selama sebulan hanya Rp 1,3 juta.
"Saya buruh cuci dan setrika di daerah Kuningan. Ongkos jalan buat ke sana juga lumayan," ucap Puji.
4. Yakin anaknya akan sembuh
