Polemik Pembangunan Hotel di TIM
Pemprov DKI Sempat Terlibat Kericuhan dengan Seniman di TIM, Begini Kronologinya
Persoalan pokoknya, lanjut Imam, para seniman TIM menolak adanya pembangunan hotel bintang lima di sana.
Penulis: Muhammad Rizki Hidayat | Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan TribunJakart.com, Muhammad Rizki Hidayat
TRIBUNJAKARTA.COM, MENTENG - Deputi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sempat cekcok dengan para seniman ihwal diskusi pembangunan hotel di Taman Ismail Marzuki (TIM), beberapa hari lalu.
Pegiat seni TIM, Imam Ma'arif, mengatakan dirinya yang mengadakan acara diskusi tersebut.
"Diskusi itu saya buat, saya yang menginisiasi dalam rangka mempertemukan pihak eksekutif, legislatif, dan seniman," ucap Imam, sapaannya, saat dihubungi Wartawan, Senin (25/11/2019).
Kata Imam, perwakilan dari Komisi B DPRD DKI Jakarta turut hadir. Namun Imam tak menyebut nama orang yang dimaksud.
Semula, kata Imam, diskusi ini berjalan lancar, tenang, dan kondusif.
Namun, sambungnya, saat satu di antara seniman melontarkan pertanyaan kepada Deputi tersebut, jawabannya dinilai kurang menjelaskan.
"Kronologi sebenarnya, itu Komisi B tidak menguasai persoalan, kemudian Pak Deputi juga tidak menguasai persoalan," ucapnya.
Menurut Imam, Deputi atau utusan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan ini tak paham apa yang dibahas.
"Mungkin karena Pak Deputi ini baru dua bulan diangkat Anies sebagai pembantunya. Jadi itu yang kemudian membuat ricuh," ucap Imam.
Persoalan pokoknya, lanjut Imam, para seniman TIM menolak adanya pembangunan hotel bintang lima di sana.
"Seniman tidak membutuhkan hotel bintang lima," ujarnya.
Sebab, kata Imam, dikhawatirkan akan adanya komersialisasi dari pihak Pemprov DKI Jakarta.
Sementara, kata Imam, selama ini para seniman TIM bertempat tinggal sementara di wisma area tempat kesenian dan kebudayaan tersebut.
Imam berkata, para seniman ini pun membayar sewa menginap di wisma.
"Manejemen hotel bintang lima kan berbeda dengan wisma. Kalau wisma memang seniman membutuhkan untuk singgah atau menginap karena lebih murah," ucap Imam.
"Kalau hotel bintang lima dikhawatirkan akan menjauhkan seniman dari lingkungan. Manejemen hotel bintang lima seperti apa sih, pasti komersialisasi itu," sambungnya.
Jakpro pastikan pembangunan hotel tetap berjalan
Pihak PT Jakpro sebagai perusahaan yang menangani revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM), memastikan pembangunan hotel tetap dilakukan di sana.
Sebabnya, menurut dia, pihaknya sudah melewati waktu begitu lama ihwal fokus pembangunan hotel tersebut.
"Jadi gini, semua yang kemudian digabungkan dalam desain, itu sudah melalui tahapan panjang. Termasuk dengan para representasi pembuat karya seni," ucap Hani, saat dihubungi Wartawan, Senin (25/11/2019).
Artinya, sambung Hani, polemik atau perdebatan ihwal masalah pembangunan hotel di TIM, selesai.
• Polisi dan TNI Diminta Netral saat Masa Kampanye Pilkades Kabupaten Tangerang
• Polres Metro Jakarta Utara Sidak Terhadap Sejumlah Polisi yang Mengalami Kelebihan Berat Badan
"(Sudah selesai), jika berbalik lagi mundur ke waktu yang lama, itu sayang waktu kami. Itu sudah dilalui tahapannya, panjang sekali," ujarnya.
Sementata soal anggaran pembangunan hotel di TIM, Hani mengatakan belum tahu pasti soal nilai rupiahnya.
Sebab, menurut dia, anggaran tersebut belum dimasukkan ke dalam badan anggaran (Banggar) Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
"Kami kan sekarang belum sampai masuk ke Banggar. Tapi dalam mengawasi, yang kemarin di PMD (penyertaan modal daerah), kemudian dialihkan, itu adalah untuk projek LRT," ujar Hani.
"Kalau yang lain selain LRT, tidak ada. Kami masih berproses dan masih ada tahapan ke Banggar," kata Hani.