Sekolah Khusus Disabilitas di Tangsel Rawan Ambruk, Timbul Retakan Hingga Lantai Miring
Indri Firmandyah, Bendahara sekolah khusus untuk disabilitas itu, mengatakan, retakan itu muncul saat gempa di bulan Agustus 2019 lalu.
Penulis: Jaisy Rahman Tohir | Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Jaisy Rahman Tohir
TRIBUNJAKARTA.COM, SETU - Sekolah Khusus (SKh) Assalam 01 Tangerang Selatan (Tangsel) tiba-tiba timbul banyak retakan di dinding dan permukaan lantai menjadi miring sejak tiga bulan belakangan.
Semakin lama, retakan tersebut juga menjalar ke lantai, san bahkan rongganya semakin besar.
Indri Firmandyah, Bendahara sekolah khusus untuk disabilitas itu, mengatakan, retakan itu muncul saat gempa di bulan Agustus 2019 lalu.
"Awalnya gempa. Dari gempa itu awalnya," ujar Iin, panggilan karib Indri saat ditemui di sekolah yang berlokasi di Jalan Cendana, Serpong itu, Senin (25/11/2019).

Iin dan 13 guru lainnya, mengira retakan tembok karena pekerja yang kurang baik dalam membangun konstruksi.
Namun lama kelamaan, retakan semakin melebar, dan muncul semakin banyak.
Terlebih retakan juga menggeser pipa air sehingga membuat air keluar dan membuat tagihan PDAM membengkak.
Usut punya usut, pihak sekolah mengajukan surat keterangan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk perbaikan pipa.
Saat petugas BPBD datang sekira bulan Oktober 2019, Iin dan guru lainnya kaget saat retalan itu disebut karena pergeseran tanah.
"Pas dilihat kata mereka ini sudah sangat rawan banget, dari situ sudah mulai kelihatan pergeseran-pergeseran yang keramiknya melendung dan keramik bergeser sedikit- sedikit. Tadinya hanya satu keramik sekarang retakannya panjang tapi masih belum lebar, sampai hari ini lebar retakan mencapai 3 cm," paparnya.

Sampai saat ini, retakan dinding semakin terlihat. Di beberapa kelas bahkan retakan sampai tembus ke ruangan lain.
Belum lagi retakan di lantai yang dalamnya mencapai 30 centimeter.
Posisi sekolah memang berada di dekat bibir tebing dan terdapat pohon bambu besar di antara sekolah dan tebing itu.
Sejak Jumat (22/11/2019), kegiatan belajar mengajar (KBM) sudah diliburkan.
Iin sendiri waswas setiap hujan turun, karena informasi yang didapatnya hujan akan semakin membuat tanah bergeser dan sekolah rawan ambruk.
"Saya kalau hujan dihubungi BPBD terus kalau hujan, Bu Iin hujan, hati-hati," ujarnya.
Saat ini pihaknya sedang mencari lokasin untuk memindahkan KBM.