Kakek Usup Jual Roti di Pinggir Jalan Ciganjur: Rela Pulang Malam, Tak Kuat Jalan Idap Asam Urat
Cahaya lampu kendaraan sesekali menyorot ke wajah Kakek Usup (74), yang tengah duduk di bawah tiang listrik.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas
TRIBUNJAKARTA.COM, JAGAKARSA - Cahaya lampu kendaraan sesekali menyorot ke wajah Kakek Usup (74), yang tengah duduk di bawah tiang listrik.
Malam itu, Kakek Usup membawa tumpukan roti sembari menghadap ke jalan raya, berharap kendaraan melipir untuk membeli.

Kakek Usup rela duduk berjualan hingga larut malam demi menyambung hidup keluarganya di kampung.
Sebab, kedua kakinya kini sudah tak mampu lagi berjalan lama karena penyakit asam urat yang telah lama dideritanya.
Ketika sedang berjualan, seorang pengendara motor wanita berhenti di depan Kakek Usup.
"Kek, seperti biasa ya, yang ada rasa Bluberry-nya," kata perempuan yang telah menjadi langganan lama Kakek Usup itu.
Namun, roti yang dibawa kakek Usup sedang tak banyak.
Perempuan itu kemudian memilih rasa lain dan melebihkan uang kepada Kakek Usup sebagai derma.
Ada juga pelanggan yang urung membeli dagangan roti kakek Usup karena rasa yang disukainya tak tersedia.
Di malam itu, beberapa pengendara motor yang sudah menjadi langganan setia Kakek Usup datang membeli rotinya.
Bekerja Demi Keluarga di Kampung

Di usia senja, Kakek Usup masih bekerja demi menghidupi keluarganya yang berada di Sukabumi, Jawa Barat.
Ia memiliki empat anak.
Sedangkan dua anaknya masih menggantungkan hidup kepada Kakek Usup.
Istrinya membantu Kakek Usup dengan bekerja sebagai pencuci baju di kampung.
Kakek Usup mengadu nasib ke Jakarta dengan berjualan roti.
Ia berjualan roti ke kampung-kampung di kawasan Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Penghasilannya tak menentu dari berjualan roti.

Jika dagangan roti tandas dalam sehari, ia menuai untung lebih besar.
"Enggak tentu penghasilan saya jualan roti. Kadang penghasilan sehari dipakai buat makan. Paling kalau dagangan laku dalam sehari habis itu lumayan dapatnya," katanya.i
Ia harus menyetor kepada pemilik roti sesuai penghasilan dalam sehari.
Bila pendapatan Kakek Usup sisihkan telah terkumpul dari hasil berjualan roti, ia balik ke kampung untuk bertemu dengan keluarga.
Selama bekerja di Ciganjur, Kakek Usup tinggal bersama dengan empat pekerja roti lainnya di rumah kontrakan pemilik perusahaan roti.
Kakek Usup biasa berjualan mulai pukul 17.00 hingga 21.30 di tepi jalan raya M.Kahfi 1, tepatnya di depan Kristie Aesthetic Clinic.
Mengidap Asam Urat, Kakek Tak Kuat Jalan Jauh

Sekira enam tahun Kakek Usup telah berjualan roti ke permukiman di kawasan Ciganjur.
Saat itu, ia masih mampu berjalan sambil memanggul dagangannya berisi roti beraneka rasa.
Namun, penyakit asam urat yang dideritanya membuat Kakek tak lagi kuat untuk berjalan jauh.
Bahkan, ia pernah terjatuh lantaran tak kuat berjalan seraya membawa dagangannya.
"Kaki saya sekarang suka keram terus. Harus berobat jadi saya enggak bisa jalan lama-lama sekarang," ungkapnya kepada TribunJakarta.com pada Senin (25/11/2019) malam.
Kakek Usup kini hanya mampu duduk di tepi jalan raya menjajakan rotinya.
Ia sudah tak mampu lagi berjalan seperti dulu.
"Saya dulu jualan keliling sambil bawa roti, tapi karena udah enggak kuat jadi diam di tempat. Kalau jalan sedikit rasanya sakit. Pokoknya kalau sakit duduk kemudian jalan lagi," katanya dengan nada bergetar.
Para penjual yang lebih muda darinya telah pulang lebih dulu ke kontrakan lantaran mereka berjalan kaki, menggunakan sepeda dan sepeda motor.
• Kondisi Panggah Jalu Pawane, Bocah Idap Penyakit Pengeriputan Otak: Memprihatinkan
• Korban Penusukan di TPU Prumpung Duga Pelaku Cemburu karena Pacarnya Didekati
• Dilarang Nonton Bioskop oleh Aurel, Ashanty Kesal Lihat Ekspresi Arsy: Kenapa bak Pemain Sinetron?
Mau tak mau, Kakek Usup harus rela pulang lebih malam ketimbang empat temannya yang sudah pulang ke kontrakan dan beristirahat.
"Yang masih jualan saya sendiri, mereka udah pada pulang. Nanti jam setengah 10 saya baru pulang naik angkot," tambahnya.
Kendati Kakek Usup masih merasakan pahit getir berjualan di jalan, Ia tetap semangat berjuang bekerja demi keluarganya.
"Meski kondisi saya begini, harus duduk saat berjualan sampai malam. Saya berjuang buat keluarga di kampung," pungkasnya.