Polemik Pembangunan Hotel di TIM

Pembangunan Hotel Bintang 5 Disorot Publik, Ini Alasan DPRD Pangkas Anggaran Revitalisasi TIM

Alhasil, PT Jakarta Propertindo (Jakpro) selaku pelaksana proyek hanya mendapat dana Rp 200 miliar untuk proyek tersebut.

Penulis: Dionisius Arya Bima Suci | Editor: Wahyu Aji
ISTIMEWA/Instagram @aniesbaswedan
Taman Ismail Marzuki (TIM) akan direnovasi Pemprov DKI Jakarta. 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dionisius Arya Bima Suci

TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR - DRPD DKI Jakarta memangkas anggaran untuk revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM) di tahun 2020 mendatang sebesar Rp 400 miliar.

Alhasil, PT Jakarta Propertindo (Jakpro) selaku pelaksana proyek hanya mendapat dana Rp 200 miliar untuk proyek tersebut.

Anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi Gerindra Syarif pun menjelaskan alasan anggota dewan memangkas anggaran tersebut.

Ia menyebut, anggota dewan tidak ingin memberi ruang bagi Jakpro untuk membangun hotel bintang lima di kawasan pusat kesenian dan kebudayaan itu.

Selain itu, pembangunan hotel bintang lima di kawasan tersebut juga menjadi polemik di tengah masyarakat dan mendapat menolakan dari para seniman.

"Kalau Jakpro sepertinya DPRD tidak akan (ubah anggaran untuk bangun hotel) karena itu menjadi concern publik. Walau mengatakan wisma tetap itu penginapan lah, DPRD enggak mau," ucapnya, Jumat (29/11/2019).

Dikatakan Syarif, mayoritas anggota dewan keberatan dengan pembangunan hotel tersebut, meski Pemprov DKI berdalih bahwa yang akan dibangun itu merupakan wisma bagi para seniman.

Terlebih, anggota dewan juga merasa perlu melakukan rasionalisasi lantaran adanya defisit anggaran.

"Ini keputusan politik DPRD melakukan rasionalisasi terhadap pinjaman daerah. Menurut saya wajar dan Gerindra akan diskusi kembi yang mana yang perlu dikurangi," ujarnya saat dikonfirmasi.

Seperti diketahui, pembangunan hotel bintang lima dalam proyek revitalisasi TIM mendapat penolakan dari sejumlah pihak, termasuk DPRD DKI Jakarta.

DPRD DKI pun memangkas usulan dana PMD dalam Kebijakan Umum Anggaran-Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUA-PPAS) 2020 untuk revitalisasi TIM yang awalnya sebesar Rp 600 miliar menjadi hanya Rp 200 miliar.

Pemotongan dana sebesar Rp 400 miliar ini pun menyebabkan PMD yang diterima oleh Jakpro untuk 2020 mendatang hanya sebesar Rp 2,7 triliun dari usulan awal Rp 3,1 triliun.

Gubernur Anies ingin bangun wisma seniman di TIM

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebut, pihaknya bukan akan membangun hotel bintang lima di kawasan Taman Ismail Marzuki (TIM), melainkan wisma seniman.

Hal ini ia sampaikan usai menghadiri musyawarah nasional (Munas) Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) di Hotel Borobudur, Pasar Baru, Sawah Besar, Jakarta Pusat pada Senin (25/11/2019) malam.

"Wisma seniman ya, itu (arah pembangunan) untuk wisma seniman ya," ucapnya, Senin (25/11/2019).

Dijelaskan Anies, revitalisasi TIM sendiri bertujuan untuk menjadikan kawasan itu sebagai pusat kegiatan kebudayaan bertaraf internasional.

"Itu artinya yang hadir di sana bukan saja dari Jakarta, tapi juga dari berbagai wilayah di Indonesia, termasuk berbagai tamu dunia," ujarnya.

Untuk itu, Pemprov DKI sengaja membangun wisma seniman agar para tamu dari luar Jakarta itu bisa menginap di kawasan TIM.

"Ketika seniman dan budayawan dari berbagai tempat di dunia datang, mereka dapat tinggal di dalam wisma, tinggal di dalam komplek TIM," kata Anies.

"Sehingga tidak perlu berada di luar, karena memang ini sebagai sebuah ekosistem," tambahnya menjelaskan.

Ia menambahkan, selain sebagai tempat menginap, wisma seniman itu juga dirancang untuk bisa melakukan kegiatan kebudayaan.

"Jadi para seniman bisa berada di kawasan TIM selama 24 jam, baik seniman dari seluruh Indonesia, maupun dunia," tuturnya.

Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini pun membantah jika Pemprov DKI Jakarta akan mengubah orientasi kawasan TIM menjadi komersil.

Menurutnya, pembangunan wisma seniman ini hanya sebagai pendukung dan pelengkap ekosistem kawasan pusat kegiatan kebudayaan yang dirancang Pemprov DKI.

"Jadi jangan dibayangkan seperti tempat komersil, ini justru untuk menampung agar seniman yang datang itu bisa tinggal dan berada dalam satu ekosistem," ucapnya.

Soal Pembangunan Hotel, Seniman Taman Ismail Marzuki: Pemprov DKI Jakarta Jangan Kayak Orba

Taman Ismail Marzuki (TIM) akan direnovasi Pemprov DKI Jakarta.
Taman Ismail Marzuki (TIM) akan direnovasi Pemprov DKI Jakarta. (ISTIMEWA/Instagram @aniesbaswedan)

Beberapa seniman di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jalan Cikini, Jakarta Pusat, merasa kecewa lantaran tak diajak berdiskusi dengan pihak Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, melalui PT Jakpro.

Satu di antara seniman TIM, Imam Ma'arif, mengatakan proyek pembangunan hotel di TIM dilakukan sepihak.

Karena hal ini, kata Imam, Pemprov DKI Jakarta jangan sampai seperti zaman orde baru (orba).

"Itu kan sepihak saja, (jangan sampai kayak orba), begitu. Jangan sampai tiba-tiba saja membangun fisiknya tanpa berdiskusi," ucap Imam saat dihubungi Wartawan, Senin (25/11/2019).

Sebaiknya, lanjut Imam, pihak Pemprov DKI Jakarta mengajak para seniman untuk bermusyawarah.

"Jangan teriak-teriak kayak kemarin. Sebaiknya seniman ditanyakan butuh atau tidak itu hotel. Makanya perlu ada dialog dengan seniman, selaku pengguna fasilitas, membutuhkan atau tidak," ujar Imam.

"Tidak boleh sepihak, zaman sudah begini kok masih sepihak," sambungnya.

Dia mencontohkan, perihal cekcok antara Deputi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan para seniman yang terjadi beberapa hari lalu.

Menurutnya, pejabat yang mewakili negara, tak elok melakukan sikap teriak-teriak kepada seniman.

"Jadi, teman-teman di luar teriak segala macam, lalu dibalas dengan pak Deputi, tapi tidak mesti begitu juga balasnya, dia mewakili negara lho, itu kayak jadi preman," ucap Imam saat dihubungi Wartawan, Senin (25/11/2019).

Pada saat itu, lanjut Imam, sebenarnya Deputi tersebut sedang berbicara dengan para seniman. Bermaksud merangkul para pegiat seni.

"Kemudian dia ingin mengikuti irama seniman, tapi menurut saya tidak tepat juga menghadapi seniman dengan teriak-teriak," ujarnya.

Sebaiknya, lanjut Imam, Deputi ini mendinginkan suasana yang sedang ricuh. Bukan malah memperkeruh.

"Semestinya Pak Deputi mendingankan suasana, bukan teriak-teriak. Saya juga selaku moderator diskusi saat itu, saya saja menenangkan teman-teman para tamu yang hadir," ucapnya

Kendati begitu, kata Imam, Deputi tersebut telah meminta maaf kepada para seniman, pada hari itu juga.

"Iya pak Deputi sudah minta maaf. Tapi itu bukan berarti kemudian masalah selesai, tanda kutip. Artinya dingin dalam pertemanan, dingin dalam situasi sesaat itu, tapi (secara substansinya belum selesai)," ucapnya.

Rencana Bangun Hotel di Taman Ismail Marzuki, Para Seniman Minta Pemprov DKI Tak Perlu Arogan

Plaza Ismail Marzuki di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.(Dokumen Taman Ismail Marzuki Jakarta)
Plaza Ismail Marzuki di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.(Dokumen Taman Ismail Marzuki Jakarta) (Dokumen Taman Ismail Marzuki Jakarta)

Pegiat Seni Taman Ismail Marzuki (TIM), Imam Ma'arif, meminta Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta agar tak arogan kepada para seniman.

Terkhusus, kata Imam, dalam menyikapi polemik pembangunan hotel di TIM.

Dia mencontohkan, perihal cekcok antara Deputi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan para seniman yang terjadi beberapa hari lalu.

Menurutnya, pejabat yang mewakili negara, tak elok melakukan sikap teriak-teriak kepada seniman.

"Jadi, teman-teman di luar teriak segala macam, lalu dibalas dengan pak Deputi, tapi tidak mesti begitu juga balasnya, dia mewakili negara lho, itu kayak jadi preman," ucap Imam saat dihubungi Wartawan, Senin (25/11/2019).

Pada saat itu, lanjut Imam, sebenarnya Deputi tersebut sedang berbicara dengan para seniman. Bermaksud merangkul para pegiat seni.

"Kemudian dia ingin mengikuti irama seniman, tapi menurut saya tidak tepat juga menghadapi seniman dengan teriak-teriak," ujarnya.

Sebaiknya, lanjut Imam, Deputi ini mendinginkan suasana yang sedang ricuh. Bukan malah memperkeruh.

"Semestinya Pak Deputi mendingankan suasana, bukan teriak-teriak. Saya juga selaku moderator diskusi saat itu, saya saja menenangkan teman-teman para tamu yang hadir," ucapnya

Kendati begitu, kata Imam, Deputi tersebut telah meminta maaf kepada para seniman, pada hari itu juga.

"Iya pak Deputi sudah minta maaf. Tapi itu bukan berarti kemudian masalah selesai, tanda kutip. Artinya dingin dalam pertemanan, dingin dalam situasi sesaat itu, tapi (secara substansinya belum selesai)," ucapnya. (*)

Pemprov DKI Sempat Terlibat Kericuhan dengan Seniman di TIM, Begini Kronologinya

Deputi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sempat cekcok dengan para seniman ihwal diskusi pembangunan hotel di Taman Ismail Marzuki (TIM), beberapa hari lalu.

Pegiat seni TIM, Imam Ma'arif, mengatakan dirinya yang mengadakan acara diskusi tersebut.

"Diskusi itu saya buat, saya yang menginisiasi dalam rangka mempertemukan pihak eksekutif, legislatif, dan seniman," ucap Imam, sapaannya, saat dihubungi Wartawan, Senin (25/11/2019).

Kata Imam, perwakilan dari Komisi B DPRD DKI Jakarta turut hadir. Namun Imam tak menyebut nama orang yang dimaksud.

Semula, kata Imam, diskusi ini berjalan lancar, tenang, dan kondusif.

Namun, sambungnya, saat satu di antara seniman melontarkan pertanyaan kepada Deputi tersebut, jawabannya dinilai kurang menjelaskan.

"Kronologi sebenarnya, itu Komisi B tidak menguasai persoalan, kemudian Pak Deputi juga tidak menguasai persoalan," ucapnya.

Menurut Imam, Deputi atau utusan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan ini tak paham apa yang dibahas.

"Mungkin karena Pak Deputi ini baru dua bulan diangkat Anies sebagai pembantunya. Jadi itu yang kemudian membuat ricuh," ucap Imam.

Persoalan pokoknya, lanjut Imam, para seniman TIM menolak adanya pembangunan hotel bintang lima di sana.

"Seniman tidak membutuhkan hotel bintang lima," ujarnya.

Sebab, kata Imam, dikhawatirkan akan adanya komersialisasi dari pihak Pemprov DKI Jakarta.

Sementara, kata Imam, selama ini para seniman TIM bertempat tinggal sementara di wisma area tempat kesenian dan kebudayaan tersebut.

Imam berkata, para seniman ini pun membayar sewa menginap di wisma.

"Manejemen hotel bintang lima kan berbeda dengan wisma. Kalau wisma memang seniman membutuhkan untuk singgah atau menginap karena lebih murah," ucap Imam.

"Kalau hotel bintang lima dikhawatirkan akan menjauhkan seniman dari lingkungan. Manejemen hotel bintang lima seperti apa sih, pasti komersialisasi itu," sambungnya.

Jakpro pastikan pembangunan hotel tetap berjalan

Pihak PT Jakpro sebagai perusahaan yang menangani revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM), memastikan pembangunan hotel tetap dilakukan di sana.

Sebabnya, menurut dia, pihaknya sudah melewati waktu begitu lama ihwal fokus pembangunan hotel tersebut.

"Jadi gini, semua yang kemudian digabungkan dalam desain, itu sudah melalui tahapan panjang. Termasuk dengan para representasi pembuat karya seni," ucap Hani, saat dihubungi Wartawan, Senin (25/11/2019).

 Sisi Lain Rudiantara Dirut PLN, Berkarier di 3 Operator Seluler Terbesar & Hobi Main Mobile Legend

 Simpan Sabu dalam Sepatu, Pria di Bekasi Diciduk Polisi

 Kakek Usup Jual Roti di Pinggir Jalan Ciganjur: Rela Pulang Malam, Tak Kuat Jalan Idap Asam Urat

Artinya, sambung Hani, polemik atau perdebatan ihwal masalah pembangunan hotel di TIM, selesai.

"(Sudah selesai), jika berbalik lagi mundur ke waktu yang lama, itu sayang waktu kami. Itu sudah dilalui tahapannya, panjang sekali," ujarnya.

Sementata soal anggaran pembangunan hotel di TIM, Hani mengatakan belum tahu pasti soal nilai rupiahnya.

Sebab, menurut dia, anggaran tersebut belum dimasukkan ke dalam badan anggaran (Banggar) Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

"Kami kan sekarang belum sampai masuk ke Banggar. Tapi dalam mengawasi, yang kemarin di PMD (penyertaan modal daerah), kemudian dialihkan, itu adalah untuk projek LRT," ujar Hani.

"Kalau yang lain selain LRT, tidak ada. Kami masih berproses dan masih ada tahapan ke Banggar," kata Hani.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved