Rocky Gerung 'Diskakmat' Budiman Sudjatmiko di Depan Najwa Shihab, Bahas Ucapan soal Dungu

Politisi PDIP Budiman Sudjatmiko tampak 'skakmat' pengamat politik Rocky Gerung di depan Najwa Shihab.

Penulis: Kurniawati Hasjanah | Editor: Siti Nawiroh
Youtube/najwa shihab
Rocky Gerung 'Diskakmat' Budiman Sudjatmiko di Depan Najwa Shihab, Bahas Ucapan soal Dungu 

"Yang menarik dari Rocky Gerung, dia mengeluarkan definisinya diluar pengertian umum. Disitu lah biasanya ngeles," ucap Eko Kuntadhi.

"Ya supaya kita berpikir," jawab Rocky Gerung.

"Berdebat itu ketika kita menggunakan definisi umum, bukan ketika menggambarkan definisi sendiri dan publik memprotes tetapi anda tetap dengan definisi sendiri," ungkap Eko Kuntadhi.

Diprotes gaya bahasanya, Rocky Gerung malah menantang Eko Kuntadhi.

"Sekarang saya uji, kamu buka Tesaurus sekarang dan bisa gak anda bedakan material dengan materiall. Itu bahasa Inggrisnya begitu," tegas Rocky Gerung.

"Anda bicara kepada publik Indonesia yang memahami boneka sebagai definisinya ya boneka," ungkap Eko Kuntadhi.

Gaya bahasanya dikritisi habis oleh Eko Kuntadhi, Rocky Gerung tetap kekeuh dengan pendiriannya.

"Salah sendiri kenapa gak diajarkan kecerdasan berpikir," kata Rocky Gerung.

"Enggak, anda yang salah sebagai komunikator bukan publiknya," jelas Eko Kuntadhi.

Sontak pernyataan Eko Kuntadhi itu mendapatkan tepuk tangan dan riuh penonton di studio.

"Apa karena gaya bahasanya ketinggian?" tanya Andini Effendi selaku host.

Eko Kuntadhi menilai sosok Rocky Gerung sebagia komunikator berbahasa dengan definisinya sendiri berbeda dengan pengertian publik maka yang salah komunikatornya.

Disalahkan Eko Kuntadhi dengan gaya bahasa yang dipakainya saat debat, Rocky Gerung pun mengakui hal tersebut dilakukan dengan sengaja.

"Ya saya sengaja emang supaya kita terasang berdialektika," papar Rocky Gerung.

"Masalahnya ketika ada orang tak sepaham dengannya maka dia mengatakan dungu," cecar Eko Kuntadhi.

"Ya memang dungu," jawab Rocky Gerung.

"Masalahnya definisi yang diciptakannya berbeda dengan pengertian publik pada umumnya," imbuh Eko Kuntadhi.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved