Sisi Lain Metropolitan

Kisah Soleh Sudah 16 Tahun Jadi Tukang Patri: Sering Puasa, Sedih Saat Anak Nangis Minta Jajan

Di antara hiruk pikuk suasana kota, terdengar suara 'krek krek krek' yang berasal dari tepian jalan.

Tribunjakarta.com/Nur Indah Farrah Audina
Soleh, tukang patri disekitaran Bekasi-Jakarta Timur, Jumat (20/12/2019) 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina

TRIBUNJAKARTA.COM, PONDOK GEDE - Di antara hiruk pikuk suasana kota, terdengar suara 'krek krek krek' yang berasal dari tepian jalan.

Suara tersebut merupakan ciri khas dan penanda bahwa ada tukang patri yang lewat.

Soleh, tukang patri disekitaran Bekasi-Jakarta Timur, Jumat (20/12/2019)
Soleh, tukang patri disekitaran Bekasi-Jakarta Timur, Jumat (20/12/2019) (Tribunjakarta.com/Nur Indah Farrah Audina)

Meskipun keberadaannya sudah sulit ditemui, sejumlah orang masih tetap mempertahankan hidupnya dari menawarkan jasa patri.

Satu diantaranya ialah Soleh (45), warga asli Tasikmalaya, Jawa Barat yang sudah tinggal di Jakarta sejak tahun 2003.

Tak memiliki sawah di kampung halaman, membuat Soleh harus bekerja sebagai tukang cangkul selama berada di Tasik.

"Ya di kampung jadi tukang cangkul aja di tempat orang. Dari pagi sampai siang bayarannya cuma Rp 15 ribu," katanya kepada TribunJakarta.com, Jumat (20/12/2019).

Akibatnya, ia sering sekali mengganggur dan berdiam diri di rumah ketika tak ada yang menyuruhnya untuk bekerja.

"Alhamdulillahnya pas lagi nganggur ada yang ngajak ke Jakarta kerja begini. Saya diajari dulu. Pas dua bulan berjalan akhirnya bisa kan. Setelah itu baru saya keliling sendiri sampai sekarang," sambungnya.

Modal yang terbilang sedikit membuat Soleh tak pernah berganti pekerjaan, meskipun jasanya sudah jarang dipakai orang.

Dalam sehari, penghasilannya kerap kali tak menentu. Usai berkeliling Bekasi hingga kawasan Pasar Rebo, Jakarta Timur ia bisa sama sekali tak mendapatkan uang.

Seperti hari ini, usai berkeliling dari pagi hingga siang hari, ia mengatakan belum mendapatkan pemasukan sama sekali.

Peluh di dahinya hingga sepatu lusuhnya menjadi saksi betapa kejamnya Ibu Kota bagi tukang patri.

Kendati demikian, Soleh mengatakan tak pernah berhenti bersyukur atas apa yang didapatnya.

"Ya mau gimana lagi. Memang sudah nasibnya begini. Yang jelas selama kita usaha pasti ada aja rezekinya. Kalau siang ini belum ada pemasukan. InsyaAllah nanti sore ada kok. Ini makanya saya mau terus keliling lagi. Sebab selama masih banyak penjual makanan pamai panci alumunium pasti ada aja yang butuh jasa saya," katanya.

Sering Puasa

Soleh, tukang patri disekitaran Bekasi-Jakarta Timur, Jumat (20/12/2019)
Soleh, tukang patri disekitaran Bekasi-Jakarta Timur, Jumat (20/12/2019) (Tribunjakarta.com/Nur Indah Farrah Audina)

Tiap manusia memang diwajibkan untuk bersyukur atas apa yang didapatkan.

Begitu pula dengan Soleh. Keberadaan tukang patri yang tergerus oleh zaman tak membuatnya patah semangat.

Baginya setiap hari adalah hari kerja. Entah ada pemasukan atau tidak, Soleh mewajibkan dirinya untuk terus berkeliling karena ada keluarga yang harus ia nafkahi di kampung halaman.

Soleh pun menceritakan jika selama ini ia sering puasa makan karena tak ada uang.

Ketika istrinya, Ai menelponnya. Soleh mengatakan tak pernah menceritakan kondisinya ini.

"Kalau saya cerita yang ada dia sedih. Makanya saya diam aja. Karena selama ini saya sering enggak makan dan bisa dua hari karena uangnya enggak ada," katanya.

Selain itu, kondisinya semakin diperparah ketika ia memiliki tunggakan kontrakan selama 4 bulan.

"Dan ini juga saya masih nunggak kontrakan. Sebulannya Rp 400 ribu. Asal ada rezekinya saya kirimkan ke kampung buat biaya anak-anak sekolah dan kebutuhan di sana," lanjutnya.

Meskipun begitu, Soleh masih tetap bersyukur. Hal ini dikarenakan pemilik kontrakan selalu mengerti kondisinya.

"Kita memang harus bersyukur. Ketika saya sulit seperti ini. Alhamdulillah pemilik kontrakan baik. Saya bilang bu maaf saya belum ada uang. Dia selalu menjawab tidak apa-apa dan menyuruh saya untuk mencicil," katanya.

Semangat demi keluarga

Soleh, tukang patri disekitaran Bekasi-Jakarta Timur, Jumat (20/12/2019)
Soleh, tukang patri disekitaran Bekasi-Jakarta Timur, Jumat (20/12/2019) (Tribunjakarta.com/Nur Indah Farrah Audina)

Selama 16 tahun lamanya, Soleh menggantungkan hidupnya dari menyediakan jasa patri.

Meskipun lelah dan banyak sekali kisah pilu, hingga hari ini Soleh tak pernah menyerah dan tetap menekuninya.

Keluarga menjadi alasannya untuk kuat dan bangkit ketika duka kembali dirasanya.

Setiap hari ia selalu menyempatkan diri untuk berkomunikasi dengan istri dan 3 anaknya.

3 Baju Mewah Nikita Mirzani Dibakar, Asisten Panik Teriak-teriak Hingga Kejar Billy Syahputra

Tinjau Jalur Perbatasan Menggunakan Motor, Jokowi Sempat Alami Hal Ini hingga Hampir Jatuh di Lumpur

Ini Jadwal Sejumlah Kegiatan di Gereja Katedral Jelang Natal 2019

"Saya sempetin buat teleponan. Di situ dengerin curhatan istri aja. Dengar suara anak. Suara mereka aja bisa bangkitin semangat saya buat enggak menyerah. Makanya sampai saat ini saya enggak pernah ngeluh," katanya.

Soleh pun semakin bersyukur karena memiliki keluarga kecil yang menerima dan mau mengerti perihal kondisinya.

Meskipun hidupnya penuh kesederhanaan, tapi ia mampu tersenyum setiap harinya.

"Namanya anak-anak kan ada aja tingkahnya. Nanti istri saya ceritain. Meskipun adalah kisah sedihnya kalau anak nangis minta jajan tapi enggak punya uang. Tapi semuanya mampu tertutup sama tingkahnya mereka yang lucu," tandasnya.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved