Sang Istri Cemburuan, Pria di Kampung Kelapa Bojonggede Kabupaten Bogor, Tewas Gantung Diri

Lantaran sang istri cemburuan, pria di Kampung Kelapa Desa Rawapanjang Bojonggede Kabupaten Bogor lakukan gantung diri.

Penulis: Suharno | Editor: Wahyu Aji
Tribunnews.com/Ilustrasi
Ilustrasi Gantung Diri 

TRIBUNJAKARTA.COM - Rio Suparta (34) tewas di rumah kontrakannya di Kampung Kelapa, Desa Rawapanjang, Bojonggede, Kabupaten Bogor, Selasa (31/12/2019) pagi.

Korban pertama kali ditemukan oleh mertuanya sendiri bernama Sainah, yang masuk ke dalam rumah membangunkan korban untuk bekerja.

“Awalnya ini Sainah (mertua korban) mengetuk pintu untuk membangunkan anaknya untuk bekerja, kemudian mencari korban di kamar tidak ada."

"Lalu melihat korban sudah berada di kamar mandi dalam keadaan gantung diri,” kata Kapolsek Bojonggede Kompol Supriyadi kepada TribunJakarta.com, Selasa (31/12/2019).

Hasil penyelidikan, polisi menemukan fakta terbaru yang disampaikan oleh istri korban,

Menurut sang istri, suaminya itu sempat mencoba bunuh diri sekira pukul 03.30 WIB.

Supriyadi mengatakan, sekira pukul 03.30 WIB sang istri memergoki korban tengah melilitkan seutas tali tambang di kusen kayu ruang kamar mandinya.

Persija Jakarta Pulangkan Fachrudin ke Madura United, Bagaimana Nasib Lini Belakang Macan Kemayoran?

Ahmad Dhani Tak Menyesal Ditahan Selama 11 Bulan di Cipinang: Saya Berterimakasih Kepada Pelapor

Papan Reklame Roboh Tewaskan Driver Ojol di Jakbar, Sedang Antar Pesanan & Siapa Bertanggung Jawab?

Tarif Jalan Tol Cipali Alami Kenaikan Mulai 3 Januari Ini Daftarnya

“Pada sekira pukul 03.30 WIB istrinya melihat korban sedang melilitkan tali tambang di kusen kamar mandi."

"Kemudian diambil dan dipotong potong, setelah itu lanjut tidur bersama korban,” tambahnya.

Barulah sekira pukul 07.30 WIB, istri korban mendengar jeritan dari orang tuanya yang mendapati bahwa suaminya sudah tergantung meregang nyawa.

Lantaran Cemburu

Supriyadi membeberkan, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban, sehingga korban dinyatakan meninggal dunia murni karena bunuh diri.

“Tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan, dan korban murni bunuh diri dengan cara gantung diri menggunakan seutas tali tambang,” tambah Supriyadi.

Kapolsek Bojong Gede Kompol Supriyadi menjelaskan hasil keterangan pihak keluarga diketahui bahwa korban sedang dalam tekanan lantaran faktor ekonomi.

Selain faktor ekonomi, Supriyadi juga mengatakan bahwa korban kerap dicemburui oleh istrinya.

“Faktor ekonomi ya, terus istrinya ini juga sering cemburu sama dia,” ujar Supriyadi pada TribunJakarta.com, Selasa (31/12/2019).

Gagal Nikahi Janda

Sementara itu, Pemuda berusia 26 tahun memilih gantung diri di rumah kos milik ayahnya, di Tambakaji Kecamatan Ngaliyan, Semarang, Rabu (25/12/2019) sore.

Dia memilih mengakhiri hidup lantaran niatnya menikahi pujaan hati urung terlaksana.

Sebab, orang tuanya tidak merestui.

Terutama ayah korban.

"Saya memang tidak merestui, sebab wanita yang mau dia seriusi itu janda anak lima dan sudah memiliki cucu," ungkap ayah korban kepada Tribun Jateng, Rabu (25/12/2019) malam.

Dia melanjutkan malam sebelum kejadian gantung diri, Erwin sempat meminta tolong ibunya untuk menyampaikan kembali maksud korban ingin menikahi wanita pilihannya, yang berasal dari Kaliwungu, Kendal.

"Saya bilang, kalau mau hidup bersama wanita itu ikut saja dia. Jangan di sini. Tapi kalau memilih saran orang tua silahkan saja tetap di sini," katanya.

Penolakan Koiron bukan tanpa alasan.

Dia membeberkan usia anaknya dengan wanita itu terpaut sangat jauh.

Bahkan lebih tua dibandingkan ibunya.

Menurut sang ayah, wanita itu tidak tepat untuk anaknya.

Dia sempat mendengar kabar, wanita yang disukai anaknya telah meninggalkan suami pertamanya yang stroke.

"Sebenarnya orang tua mana yang tidak menginginkan terbaik untuk anaknya. Saya menolak bukan karena saya tidak suka terhadap anak. Tetapi semua demi kebaikan anak," jelasnya.

Dia mengungkapkan jalinan asmara anaknya itu, telah berjalan tiga tahun. Berawal dari teman kerja.

Andai anaknya memilih perempuan lain yang sebaya dengan dia atau perempuan baik-baik tentu bakal dia dukung.

Koiron mengakui anaknya memang pendiam. Jarang bergaul dengan pemuda seusianya.

"Almarhum juga jarang ikut kegiatan di lingkungan sekitar," jelasnya.

Koiron pun mengaku ikhlas atas kepergian anaknya.

Rencana Kamis (26/12/2019) siang. Anaknya bakal dimakamkan di TPU setempat.

Sempat Telepon Ibu

Sebelum melakukan gantung diri, almarhum sempat makan rujak bersama keluarga.

Hal ini diungkapkan Kapolsek Ngaliyan, AKP R Justinus, kepada Tribun Jateng, Rabu (25/12/2019) malam.

Kapolsek menuturkan mereka makan rujak di rumah ayah korban di Tambakaji Kecamatan Ngaliyan, Semarang, Rabu (25/12/2019) pukul 15.00 WIB.

Lantas pemuda ini menuju rumah kos milik ayahnya yang tidak jauh dari rumah pertama.

"Sekira pukul 16.00 korban sudah tergantung tak bernyawa di dapur, korban menggantungkan diri di usuk dengan menggunakan kain bendera merah putih," tuturnya.

AKP Justinus menungkapkan saksi mata pertama yang menemukan korban adalah ibunya.

Sebelum gantung diri, korban sempat menelepon ibunya untuk datang ke rumah kos.

Tak berselang lama, Ibunya datang mencari korban. Namun mendapati anaknya sudah dalam kondisi tidak bernyawa.

Setelah olah TKP, Polisi tidak menemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban.

Kemudian sesuai permintaan dari keluarga yang dituangkan dalam surat pernyataan yang ditandatangani oleh perwakilan keluarga dan RT/RW setempat.

Pihak keluarga sudah mengikhlaskan dan memohon untuk tidak dilakukan autopsi.

"Kami selanjutnya menyerahkan jenazah korban kepada pihak keluarga untuk dimakamkan," terangnya. (TribunJakarta.com /Tribun Jateng)

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved