Sisi Lain Metropolitan

Tya Bocah Yatim Penjual Bakpao Keliling Menangis Jejeritan, Uang Dagangannya Seharian Hilang

Pantang bagi Tya (12) meminta jajan ke ibunya karena hanya sebagai kuli pungut di Pasar Induk Kramat Jati. Keinginan terbesarnya adalah bersekolah.

Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Wahyu Aji
TRIBUNJAKARTA.COM/NUR INDAH FARRAH AUDINA
Deni dan Tya, bocah penjual bakpao di Kramat Jati, Jakarta Timur, Jumat (3/1/2020).   

Mereka pergi sejak Kamis (2/1/2020) bersama adik Tya, Galih yang berusia sembilan tahun.

Sementara di rumah, Tya hanya berdua bersama adik bungsunya.

"Bagusnya ditinggalin kunci rumah. Tapi kita enggak dikasih uang jajan."

"Tapi enggak apa-apa, yang penting KK-nya jadi biar Tya bisa sekolah," sambung.

Normalnya, anak seusia Tya duduk di kelas 6 sekolah dasar dan tahun depan masuk sekolah menengah pertama.

Tapi Tya tak pernah malu di usianya sekarang, asalkan bisa sekolah.

Pantang baginya untuk menyurutkan cita-cita, karena Tya ingin belajar dan pintar.

"Enggak apa-apa saya kelas satu di umur segini. Saya enggak malu, yang penting pintar, bisa ikuti pelajaran," kata Tya polos.

Sebelum bertemu Umi, bos bakpao, Tya sempat menemani ibunya lima hari dalam seminggu berdagang jengkol di Pasar Induk Kramat Jati.

Umi yang melihat Tya, menawarkannya untuk berjualan bakpao.

"Dek, kamu mau enggak jualan bakpao saya?" tanya Umi ke Tya.

"Mau bu. Saya mau," lekas Tya menjawab.

"Nanti saya upahin Rp 20 ribu," balas Umi.

Sejak itulah Tya sering keluar rumah sejak pagi dan pulang malam serta membolos mengaji.

Kini, Tya sudah berdagang bakpao kurang lebih enam bulan.

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved