Sisi Lain Metropolitan

Sempat Takut, Syifa Akhirnya Bolehkan Tya Bocah Yatim Jualkan Bakpao Keliling dan Ingatkan Hal Ini

Ia tak ingin diliputi rasa bersalah karena dituduh mempekerjakan Tya oleh orang tuanya. Sampai akhirnya, Umi memutuskan melaporkan Tya kepada Jas.

Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Wahyu Aji
TRIBUNJAKARTA.COM/NUR INDAH FARRAH AUDINA
Syifa, bos bakpao di Kramat Jati, Jakarta Timur, Selasa (7/1/2020) 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina

TRIBUNJAKARTA.COM, KRAMAT JATI - Neng Syifa (33) atau akrab disapa Umi, mengakui sempat takut karena dikira mempekerjakan anak di bawah umur sebagai penjual bakpao.

Ketakutannya itu cukup berdasar karena ia didatangi Tya Wati, bocah 12 tahun yang bersikeras meminta Umi agar dijadikan sebagai bakpao keliling.

Umi menjadi bos bakpao sejak beberapa tahun lalu saat mengontrak di Gang Asem RT 5/10, Kramat Jati, Jakarta Timur

Ia sudah berjualan bakpao untuk disetorkan ke warung-warung atau sekedar menerima pesanan yang datang.

Pada pertengahan 2018 lalu, ia pertama kali memiliki penjual bakpao di bawah umur, yaitu Tya.

Tya berkeliling menjual bakpao di perumahan Bulak Rantai, Jakarta Timur.

Ia berjualan untuk meringankan beban ibunya, Jasmina (33).

Sehari-hari Jasmina hanya sebagai kuli pungut barang sisa di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur.

"Awalnya saya takut dikira mempekerjakan anak ya. Tapi memang ini anaknya yang mau, dia datang ke saya," cerita Umi kepada TribunJakarta.com, Selasa (7/1/2020).

Tya yatim sejak usia dua tahun itu. Ia mulai berjualan bakpao dari rumah hingga pukul 17.00 WIB.

Ayahnya meninggal tertabrak kereta api saat hendak mengunjungi rumah orangtuanya di Jawa Tengah.

Melihat ibunya berjuang sendiri menghidupi dirinya dan dua saudara tirinya, Tya berusaha mencari uang jajan sejak pertengahan tahun lalu.

Mempertimbangan latar belakang Tya, Umi akhirnya mengizinkannya berdagang.

"Sejak saya izinkan, dia berhenti jualin jengkol milik ibunya. Dulu saya ketemu dia lagi jualan jengkol," cerita Umi awal pertemuan dengan Tya.

Setelah pertemuan itu, Tya mendatangi Umi dan mencoba merasakan bakpao yang hendak dijual lalu senang.

"Dia bilang enak dan kemudian esoknya datang lagi ke saya minta jualan. Saya suruh bilang dulu sama orang tuanya," sambung Umi.

Pada awalnya, Tya berjualan di depan SMPN 20 Jakarta.

Setiap pagi dan sore, Umi selalu menjemput Tya di lokasi tersebut.

Sampai akhirnya, Umi memutuskan menjelaskan kepada Jas, bahwa anak sulungnya berjualan bakpao miliknya.

Ia tak ingin diliputi rasa bersalah karena dituduh oleh orangtuanya karena mempekerjakan Tya.

Akhirnya, Umi menemui Jas di rumahnya Gang Istiqomah RT 8/4, Kelurahan Tengah, Kramat Jati, Jakarta Timur.

"Bu ini anaknya (Tya) jualin bakpao saya," ucap Umi kepada Jas saat itu.

"Biarin aja Umi, enggak apa-apa. Anaknya memang maunya begitu. Dia juga enggak sekolah," sahut Jas saat itu.

"Kenapa enggak disekolahin bu?" Umi balik bertanya.

"Enggak ada kartu keluarga (KK)," jelas Jas singkat.

Setelah mendapatkan izin, Umi membiarkam Tya berjualan bakpao hingga saat ini.

Dari satu bakpaonya, Umi hanya memberikan harga Rp 1 ribu.

Untuk keuntungannya ia serahkan kepada Tya sebagai penjual.

Tya ditemani adiknya, Deni, menjual bakpao di sekitaran Kramat Jati, Jakarta Timur, Jumat (3/1/2020).

 
Tya ditemani adiknya, Deni, menjual bakpao di sekitaran Kramat Jati, Jakarta Timur, Jumat (3/1/2020).   (TribunJakarta.com/Nur Indah Farrah Audina)

Perbaiki Perilaku Buruk Tya

Menjadi bos bakpao, Umi tak ingin ada jarak antara pemilik dan penjual. Begitu pula dengan Tya.

Melihat usianya yang masih belia, Umi mengatakan sejauh ini selalu menata akhlak dan sikap Tya.

Akibat faktor lingkungan, saat pertama kali datang Tya dan dua adiknya, Galih dan Deni, kerap melontarkan kata-kata kasar.

Galih dan Deni adalah adik tiri Tya hasil pernikahan Jas dengan suami keduanya.

Tak jarang Umi sering mendapatkan teguran dan peringatan dari para tetangganya.

"Itu siapa? Saudaranya Umi?" ucap satu di antara tetangganya saat itu.

"Bukan, itu anak Tanah Merah dan dia jualain bakpao saya," balas Umi.

"Inget ya, dijaga itu omongannya. Jangan sampai nama baik di sini jadi buruk karena omongan anak itu," balas tetangganya kala itu.

Umi membenarkan, awal datang tutur bahasa Tya kurang baik, segala macam bahasa binatang terlontar.

"Saya sempat enggak enak sama tetangga. Bahkan Tya ini sempat dilarang ke sini juga sama tetangga saya."

"Tapi alhamdulillah pelan-pelan saya tata sopan santunnya, sekarang sudah enggak begitu," jelas Umi.

Kendati demikian, Umi menuturkan jika Tya merupakan anak yang pintar dan cepat tanggap.

Ketika diajari satu kali, ia akan memahami perihal segala larangan yang tak diperbolehkan.

"Alhamdulillahnya anaknya pintar ya. Jadi kita nasihati begini begitu, dia mengerti. Adiknya pun begitu."

"Jadi asal tak ada pengaruh dari lingkungan, dia bisa berubah. Ini sih sudah mendingan ketimbang dulu," ujarnya.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved