Jejak Raja Keraton Agung Sejagat di Kampung Bandan: Tidur di Bedeng Pinggir Rel

Tokoh masyarakat setempat, Ramosin mengatakan, Toto tinggal dalam sebuah kontrakan di pinggir rel kereta dekat Stasiun Kampung Bandan.

Penulis: Gerald Leonardo Agustino | Editor: Muhammad Zulfikar
ISTIMEWA
Totok tengah naik kuda dan hebohnya Kerajaan Agung Sejagat Purworejo 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Gerald Leonardo Agustino

TRIBUNJAKARTA.COM, PADEMANGAN - Munculnya Keraton Agung Sejagat di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, menggegerkan publik.

Kerajaan yang dipimpin Raja Keraton Agung Sejagat Sinuhun Totok Santosa Hadiningrat dan ratunya Dyah Gitarja ini mengklaim telah mempunyai 450 anggota.

Aktivitas mereka mulai dikenal publik dari acara wilujengan dan kirab budaya yang digelar Jumat (10/01/2020) hingga Minggu (12/01/2020).

Namun, kenyataannya, Keraton Agung Sejagat dianggap telah melakukan tindak pidana penipuan.

Hasil penyelidikan kepolisian, Keraton Agung Sejagat menjanjikan para pengikutnya gaji besar dalam bentuk dollar.

Kabid Humas Polda Jawa Tengah Kombes Iskandar Sutisna mengatakan, iming-iming itu lantas dimanfaatkan pimpinan Keraton Agung Sejagat untuk meminta uang dari pengikutnya.

"Ada iming-iming jabatan dengan gaji besar dalam bentuk dollar bagi pengikutnya. Jabatannya tergantung berapa besaran iuran mereka, mulai dari Rp 3 juta hingga Rp 30 juta. Seluruhnya mencapai 450 pengikut dengan latar belakang yang berbeda," ujar Iskandar di Mapolda Jateng, Rabu (15/1/2020).

Baik Sinuhun Totok dan Dyah kini sudah ditangkap polisi. Mereka terancam hukuman 10 tahun penjara setelah diduga melanggar pasal 14 UU RI No 1 tahun 1946 tentang peraturan hukum pidana.

"Dalam pasal 14 tersebut, disebutkan barang siapa menyiarkan berita atau pemberitaan bohong dengan sengaja menerbitkan keonaran di kalangan rakyat, maka dihukum maksimal 10 tahun penjara," jelas Iskandar.

Dari pengusutan kasus ini, polisi menemukan berbagai fakta baru. Salah satunya ialah terkait latar belakang Totok yang ternyata bernama asli Toto Santoso dan ber-KTP Jakarta Utara, tepatnya sebagai warga Kampung Bandan, Kelurahan Ancol.

TribunJakarta.com telah merangkum sederet fakta terkait sosok Toto yang pernah tinggal di Kampung Bandan.

Tinggal bertahun-tahun di Kampung Bandan

Toto Santoso diketahui pernah tinggal di wilayah Kampung Bandan, Ancol, Jakarta Utara selama bertahun-tahun.

Toto tinggal di sebuah kontrakan di RT 12/RW 05 Kelurahan Ancol.

Ketua RT 12/RW 05 Ancol, Abdul Manaf mengatakan, Toto sempat mengontrak di wilayahnya sekitar tahun 2011.

Hal itu diingat Abdul lantaran Toto pernah mengajukan permintaan surat pengantar untuk membuat KTP.

"Jadi dia bikin surat pengantar bikin KTP. 2011 ketemu, 2012 balik lagi, bikin KTP," kata Abdul saat ditemui di sekretariat RW 05 Ancol, Rabu (15/1/2020) malam.

Abdul sendiri mengaku terakhir bertemu Toto di tahun 2015. Setelah permukiman di RW 05 dilalap si jago merah pada 2016, Toto sudah tak pernah dilihatnya.

Senada, Ketua RW 05 Ancol, Puji Haryati menyatakan bahwa Toto tidak pernah terlihat lagi sejak kebakaran 2016.

Toto, kata Puji, juga jarang terlihat beraktivitas dengan warga setempat.

"Tapi dia ini, kadang orangnya ada, orangnya nggak ada. Jadi nggak fokus di sini. Orang dia kan pengontrak juga, nggak ada rumah di sini," kata Puji.

Tidur di bedeng pinggir rel

Tokoh masyarakat setempat, Ramosin mengatakan, Toto tinggal dalam sebuah kontrakan di pinggir rel kereta dekat Stasiun Kampung Bandan.

Saat ditemui Rabu malam, Ramosin menunjukkan sebuah lahan kosong persis di sebelah rel kereta yang kini sudah tak dipenuhi rumah bedeng.

Lokasi itu, termasuk tempat Toto tinggal, sempat hangus terdampak kebakaran sekitar tahun 2016.

"Di sana itu, tapi udah enggak ada rumah," kata Ramosin sambil menunjukkan lokasi kontrakan Toto yang sudah tidak ada.

Adapun kamar kontrakan Toto, disebut Ramosin, cenderung kecil. Setahu Ramosin, ukuran kamar kontrakan Toto hanya sekitar 3x3 meter.

Selain itu, tempat tinggal Toto di pinggir rel itu juga berbentuk semi permanen.

"Ya dari kayu gitu kontrakannya dia," kata Ramosin.

Dikenal tertutup

Toto dikenal warga setempat sebagai pribadi yang tertutup.

Ramosin mengatakan, Toto jarang berinteraksi dengan warga.

"Sehari-harinya nggak tahu kerjanya apa. Ya nggak pernah ngobrol, tertutup orangnya," kata Ramosin.

Ketua RT 12/RW 05 Ancol, Abdul Manaf mengatakan Toto jarang mengikuti kegiatan di lingkungan setempat.

Padahal, Toto diketahui sempat tinggal selama bertahun-tahun mulai sekitar 2011 hingga 2016.

"Nggak, nggak pernah ikut kegiatan sama warga sini mah," kata Abdul.

Meski demikian, Abdul sempat mengetahui sedikit sifat Toto. Menurutnya, Toto memang pendiam.

"Orangnya sih biasa memang, pendiam. Tapi kenal lah sama orang-orang, kalo ketemu palingan 'wey dari mana'," kata Abdul.

Warung kelontong

Abdul Manaf mengatakan, Toto sempat membuka usaha warung kelontong.

"Katanya buka (warung) kelontong. Dia buka sendiri atau sama orang nggak tahu," kata Abdul saat ditemui di sekretariat RW 05 Ancol, Rabu (15/1/2020).

Toto sempat mengontrak di wilayahnya sekitar tahun 2011. Hal itu diingat Abdul lantaran Toto pernah mengajukan permintaan surat penganta untuk membuat KTP.

"Jadi dia bikin surat pengantar bikin KTP. 2011 ketemu, 2012 balik lagi, bikin KTP," kata Abdul.

Ketua RW 05 Ancol, Puji Haryati mengatakan, Toto membuka usahanya bukan di wilayah Kampung Bandan.

Warung kelontong itu, kata Puji, berdagang di wilayah Angke, Jakarta Barat.

"Kerjanya katanya sih dagang di Angke, tapi nggak tahu juga," kata Puji.

Waspada Sebagian Wilayah Jakarta Diprediksi Diguyur Hujan Disertai Petir, Kamis (16/1/2020)

Lokasi Pelayanan SIM dan Samsat Keliling Hari Ini di Jakarta, Kamis (16/1/2020)

Banyak yang Mengira Raja dan Ratu Keraton Agung Sejagat Suami Istri, Faktanya Bukan!

Tak pernah sebarkan pengaruh

Toto dipastikan tak pernah menyebarkan pengaruh Keraton Agung Sejagat ketika masih tinggal di Kampung Bandan.

Ketua RT 12/RW 05 Ancol, Abdul Manaf memastikan hal tersebut.

"Enggak pernah sama warga sini mah, enggak pernah nyebarin apa-apa," kata Abdul.

Tokoh masyarakat setempat, Ramosin juga mengonfirmasi hal tersebut.

Kata Ramosin, Toto bahkan jarang berinteraksi dengan warga.

"Ya nggak pernah ngobrol, tertutup orangnya," kata Ramosin.

Toto Santoso ditangkap bersama Ratu Kerajaan Agung Sejagat, Dyah Gitarja yang belakangan diketahui bernama asli Fanni Aminadia (41).

Raja dan Ratu Keraton Agung Sejagat diamankan polisi saat dalam perjalanan ke markas Keraton Agung Sejagat di Desa Pogung Jurutengah, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo, pada Selasa (14/1/2020).

Kabid Humas Polda Jawa Tengah, Kombes Iskandar Fitriana saat dikonfirmasi Tribunjateng.com, Selasa (14/1/2020), menjelaskan keduanya dijerat pasal penipuan.

Iskandar menambahkan, selain pasal penipuan, kedua pelaku juga diduga melanggar pasal 14 UU RI No 1 tahun 1946 tentang peraturan hukum pidana.

"Dalam pasal 14 tersebut, disebutkan barang siapa menyiarkan berita atau pemberitaan bohong dengan sengaja menerbitkan keonaran di kalangan rakyat, maka dihukum maksimal 10 tahun penjara," jelas Kombes Iskandar, dikutip dari Tribunjateng.com, Selasa (14/1/2020).

Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Rycko Amelza Dahniel menyebutkan Toto dan Fanni telah ditetapkan sebagai tersangka karena menarik dana dari masyarakat dengan menggunakan tipu daya.

"Dengan simbol-simbol kerajaan, tawarkan harapan dengan ideologi, kehidupan akan berubah. Semua simbol itu palsu," kata Rycko.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved